cover
Contact Name
Haris Murwadi
Contact Email
editor.j@ubl.ac.id
Phone
+6281977948802
Journal Mail Official
editor.j@ubl.ac.id
Editorial Address
Universitas Bandar Lampung Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.26 Labuhanratu Bandar Lampung 35142 Indonesia
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Jurnal Arsitektur
Core Subject : Social, Engineering,
arsitektur dan lingkungan binaan, serta bidang ilmu lain yang sangat erat kaitannya seperti perencanaan kota dan daerah, desain interior, perancangan lansekap, dan sebagainya.
Articles 133 Documents
Pembacaan Wujud Fisik Arsitektur Nusantara Sebagai Perwujudan Perilaku Bermukim Overt dan Covert Josephine Roosandriantini
JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 2 (2018): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1775.203 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v8i2.1100

Abstract

Arsitektur Nusantara yang tersebar di seluruh daerah, memiliki keunikan dan keberagaman bentuk atap,penataan ruang, konstruksi, material, dan filosofinya. Terkadang sering terlupakan bahwa wujud arsitekturtidak hanya diciptakan hanya sebagai “tempat” bagi user, tetapi diciptakan dari hasil perilaku masyarakatsetempat. Sehingga, menghasilkan asumsi bahwa wujud fisik arsitektur nusantara dapat diciptakan dariperilaku masyarakat setempat (perilaku bermukim). Dalam penelitian ini akan dilakukan pembacaan terhadapwujud fisik arsitektur nusantara khususnya Toraja dan Batak Karo, ditinjau dari perilaku bermukim overt dancovert. Overt behavior merupakan perilaku yang dapat diamati orang lain secara jelas, sedangkan covertbehavior merupakan perilaku yang tidak tampak. Metode penelitian yang digunakan untuk pembacaan wujudfisik arsitektur Toraja dan Batak Karo ini, yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan psikologilingkungan arsitektur. Obyek penelitian berdasarkan literatur dan dokumentasi. Penelitian ini pentingdilakukan untuk mengetahui wujud fisik arsitektur Nusantara dapat terbentuk dari perilaku bermukim overtdan cover atau sebaliknya, dengan studi kasus Toraja dan Batak Karo. Hasil penelitian ini diharapkan dapatmenambah wacana dan wawasan yang berkaitan dengan pembacaan wujud fisik arsitektur nusantara dari sudutpandang psikologi lingkungan arsitektur.
Perencanaan Arsitektural Proses Restorasi Dari Bangunan Kapel Hati Kudus . Niki
JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 2 (2011): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (754.027 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v1i2.293

Abstract

Kapel Hati Kudus merupakan salah satu bangunan yang mempunyai nilai penting bagi kota Bandar Lampung dan Nusantara. Nilai ini dilihat dari beberapa faktor yaitu dari peran penting bagi perkembangan agama khatolik di Indonesia dan kota Bandar Lampung, dimana kita ketahui bahwa masuknya agama Katolik pada jaman penjajahan Belanda. Selain itu Kapel Hati Kudus punya peran penting dalam perkembangan arsitektur Nusantara dalam era tahun 1920-an karena merupakan salah satu gedung yang memiliki karateristik arsitektur Hindia Belanda. Sampai saat ini Kapel Hati Kudus difungsikan sebagai kegiatan pendidikan agama para calon umat Katolik atau yang disebut Katakumen. Berangkat dari nilai penting yang dimiliki kapel Hati Kudus muncul keinginan untuk mempertahankan kapel Hati Kudus melalui sebuah proses restorasi. Berlandaskan nilai penting kapel Hati Kudus, teknik restorasi yang dipilih adalah teknik preservasi yaitu mempertahankan setiap elemen atau unsur tanpa batasan, dimana semua elemen bangunan dijaga dan dirawat.
Tinjauan Layout Stan Dan Sirkulasi Pada Bangunan Exhibition Di Jakarta Muhammad Syahroni; . Ardiansyah
JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 2 (2014): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2538.923 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v4i2.534

Abstract

Salah satu promosi yang efektif dalam memperkenalkan suatu produk ke pasar adalah dengan mengikuti atau mengadakan pameran. Pameran merupakan suatu bentuk usaha jasa pertemuan yang mempertemukan antara produsen dan pembeli, Adapun macam pameran itu adalah : show, exhibition, expo, pekan raya, fair, bazaar, pasar murah. Gedung exhibition di Jakarta saat ini telah banyak bermunculan, mulai dari skala kecil hingga skala besar. Seir ing zamannya, masyarakat telah sadar pentingnya diadakan pameran. Saat Event pameran diadakan; pengunjung stan telah ramai memadati gedung exhibition hal ini berpengaruh pada kenyamanan, baik sirkulasi maupun layout/penataan stan yang ada didalam gedung exhibition. Sehingga terjadinya desak-desakan antara pengunjung. Hal ini sering terjadi karena sempitnya jarak antar stan yang tidak standar dan tidak jelasnya alur sirkulasinya. Gedung exhibition Jakarta International Exhibition (JIE) dan Jakarta Convention Center (JCC) memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, penulis hanya mengambil 2 (dua) studi kasus menurut tingkat schedule terpadat dan event terbesar. Gedung Jakarta International Expo pada tahun 2014 memiliki agenda sebanyak 66 event baik Nasional maupun Internasional dan Jakarta Convention Center sebanyak 246 event tingkat nasional. sedangkan selain kedua gedung exhibition yang dipilih, gedung yang lainnya memiliki event dibawah JIE dan JCC.One of the effective promotions to introduce a product to market is to follow or exhibit. The exhibition is a form of the business services that bring together a meeting between producers and buyers. The kinds of exhibitions are: show, exhibition, expo, fair, and bazaar. Exhibition buildingin Jakarta today has sprung up, ranging from small scale to large scale. Nowadays, people have realized the importance of the exhibition. When the exhibition event held; crowded booth visitors have filled the exhibition and this affects the comfort for the circulation and layout / arrangement of booths that are in the exhibition building. So there is the stampede among visitors. This often happens because of the narrowness of the distance between nonstandard booth and unclear flow circulation. Exhibition buildings Jakarta International Exhibition (JIE) and the Jakarta Convention Center (JCC) have advantages and disadvantages of each. The author only takes two (2) case studies according to the level of the most populous and largest event schedule. Building Jakarta International Expo in 2014 has an agenda as much as 66 events both nationally and internationally and the Jakarta Convention Center 246 national-level events. Whereas besides the exhibition building is chosen, the other building has an event under JIE and JCC.
Konsep Desain Ekologis Pada Zonasi Taman Tematik Bambu Di Kebun Raya Institut Teknologi Sumatera Rizka Nabilah; Yeni Rahayu; Tegar Wahyu Akbar
JURNAL ARSITEKTUR Vol 10, No 2 (2020): Juli
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (345.451 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v10i2.1340

Abstract

Kebun Raya Institut Teknologi Sumatera (ITERA) direncanakan memiliki taman tematik bambu. Perancangan taman tersebut membutuhkan analisis dari perspektif sains dan sosial yang saling berhubungan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis konsep desain ekologis taman tematik bambu di Kebun Raya ITERA berdasarkan persepsi masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan metode concurrent triangulation strategy atau strategi campuran (data kuantitatif dan kualitatif). Tahapan pertama, penyebaran kuesioner pada 120 responden  dengan cara purposive sampling atau pengambilan sampel terpilih. Tahapan kedua, dilakukan dengan cara sintesis konsep desain ekologis dari data persepsi masyarakat dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat, yaitu 95,1% responden mengetahui bahwa bambu memiliki nilai estetika yang bagus, 40,8% responden menyebutkan fungsi paling penting dari bambu adalah mencegah erosi dan pengikisan permukaan tanah. Persepsi masyarakat terhadap pola taman tematik bambu yaitu 49,5% yang dominan terhadap pola taman gabungan geometris dan organik. Zona taman tematik yang menjadi pilihan prioritas responden adalah 62,1% zona penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, disusul perolehan 39,8% zona estetika bambu. Konsep desain taman ekologis dari presepsi responden adalah 55,4% penggunaan sistem daur ulang (reduce, reuse, dan recycle). Konsep desain yang diimplementasikan di dalam taman tematik bambu adalah dengan konsep biomimetika dengan mengambil inspirasi dari alam yaitu bentuk batang bambu dan percabangannya agar pola khas taman tematik bambu muncul. Pengembangan konsep diwujudkan ke dalam tiga ruang, yaitu penerimaan, pemanfaatan, dan ruang pendukung. Selain itu, aplikasi desain ekologis dalam taman fokus pada berbagai aspek yaitu efisiensi air, konservasi tanah dan air, pengelolaan limbah, keanekaragaman bambu lokal, preservasi budaya masyarakat bersama bambu. Luaran dari penelitian ini adalah rencana zonasi.
Archipelascape A Master Plan For Regenerating The Archipelagic Country Budi Prayitno
JURNAL ARSITEKTUR Vol 1, No 1 (2010): Oktober
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.971 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v1i1.284

Abstract

The regeneration of coastal cities is one of the key architectural, urban design and planning innovation with the of industrial decline, enhance livability and sustainability and transform the image of the Indonesian archipelagic and marine decline. Thus, the various design and planning model for waterfront regeneration could be able to develop and expand into mixed-use and hybrid function which invent new conjunction of public and private interest. In this emerging waterfront projects, inter-coastal cities competition turns the city into a product which is marketed and sold, focusing attention on the imagery which iconed the city and differentiates it from other coastal cities. Such images includes iconography of local waterfront and function is linked to the rise brand marketing in the archipelagic context.These planning activities show there have been a wide array of responses the opportunities and problems associated with spatial networks of coastal areas of metropolitan cities. They recognize a process starting with growing the nodes (coastal activities centers) and clustering some sub spatial networks through bridging them by water transportation systems. This process is shaped by creating multi-layered network of regional coastal cities into some clusters and corridors in the context of waterfront metropolitan regeneration in archipelagic country. There are three level of network in archipelagic spatial planning concepts that is cities network, regional network (intra-island and inter-island) and global network for fostering the ability of other regions to rival Jakarta city dominance in activities and drawing power. This is only when the regional coastal cities have acquired this power can there be a harmonization of centralized and decentralized planning policy.
Pengaruh Pasir pada Pembuatan Beton Sikat di Dinding Rislan Syarif; . Ardiansyah
JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 1 (2013): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.238 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v4i1.458

Abstract

The use of natural stone floor and wall permeability can cause the impact natural building of buildings architecture. Concrete finishing comb is the use of small natural stone the comb after begin tobe dry stir up the surface in the form of small natural stone ( krikil ). Because the concrete comb is one of many types of natural stone used in buildings, especially in the assembly to the floor, but lets also be assembly on the wall. Installation on the wall is difficult job and should be done by an experienced person, stir mixture 1 pc : 2 sand : 3.5-4 krikil comb concrete is adequate in comparison to concrete employment comb. But the results of the experiment it was found that the installation of the concrete wall comb the sand influential role for successful employment comb concrete wall influential role enough sand to concrete employment outcomes comb . From the test results it was found that the greatest impact of sand for concrete up the comb , the sands of time are not suitable for the job Translucent concrete comb mounted on the wall , whereas sand Mount Sugih  and  Cape of Star has good properties for the installation of concrete brush on the floor and on the wall.Penggunaan bahan batu alam padadinding dan lantai bangunan dapat memyebabkan kesan alami pada bangunan arsitektur. Beton sikat adalah bentuk finishing yang menggunakan batu krikil yang di sikat setelah adukan perekatnya mulai mongering sehingga permukaannya berupa batu alam kecil-Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 3 201 23kecil (krikil). Karena itu beton sikat merupakan salah satu dari jenis batu alam yang digunakan pada bangunan terutama pada pemasangan untuk lantai, tetapi memungkinkan juga di pasang pada permukaan dinding. Pemasangan pada dinding merupakan pekerjaan cukup sulit dan harus dikerjakan oleh orang yang berpengalaman, campuran adukan 1 pc : 2 pasir : 3,5-4 krikil beton sikat merupakan perbandingan yang cukup memadai dalam pekerjaan beton sikat. Tetapi dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada pemasangan beton sikat dinding peranan pasir cukup berpengaruh untuk keberhasilan pekerjaan beton sikat dinding peranan pasir cukup berpengaruh untuk keberhasilan pekerjaan beton sikat tersebut. Dari hasil uji coba didapatkan bahwa jenis pasir berpengaruh besar untuk adukan beton sikat, pasir dari Kali Bening tidak cocok untuk pekerjaan beton sikat yang di pasang pada dinding, sedangkan pasir Gunung Sugih dan Tanjung Bintang mempunyai sifat yang baik untuk pemasangan beton sikat pada lantai maupun pada dinding.
Identifikasi Area Berpotensi Macet di Kawasan Pendidikan Jl. Z.A. Pagar Alam Bandarlampung Satrio Agung Perwira; Haris Murwadi; Ai Siti Munawaroh; Shofia Islamia Ishar
JURNAL ARSITEKTUR Vol 9, No 2 (2019): Juli
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1638.233 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v9i2.1260

Abstract

Jalan raya merupakan jalan utama yang dapat menghubungkan satu kawasan ke kawasan lainnya. Salah satu jalan raya di Bandarlampung yang memiliki peran sangat penting yaitu Jl. Z.A. Pagar Alam. Jalan ini menghubungkan kawasan-kawasan penting di Kota Bandarlampung. Beberapa titik pada jalanan ini selalu terdapat kemacetan, khususnya pada jam-jam sibuk. Salah satu indikasi kemacetan yang terjadi adalah kendaraan yang ada saat ini sudah sangat banyak namun luasan jalan raya belum menyesuaikannya. Penyebab lainnya juga adalah perilaku pengguna jalan raya yang memarkirkan kendaraan mereka yang illegal. Identifikasi ini bertujuan untuk menganalisa kemacetan yang ada di kawasan pendidikan di Jl. Z.A. Pagar Alam. Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif. Data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan membandingkan keadaan dengan peraturan yang berlaku. Hasil penelitian menunjukan 1) area parkir illegal pada kawasan ini merupakan tindakan yang didasari oleh tidak tersedianya lahan parkir yang cukup; 2) parkir ilegal di area ini juga dikarenakan bangunan pendukung seperti warung makan, tempat print dan photocopy yang tidak memiliki lahan parkir sehingga menggunakan bagian jalan raya untuk parkir illegal; 3) Kemacetan yang terjadi pada beberapa titik ini didasari oleh fenomena yang disebut bottleneck atau penyempitan jalur yang pada akhirnya membuat pengendara harus mengambil jalur tengah atau tindakan bergeser atau zig zag; 4) Parkir illegal pada beberapa titik di kawasan ini merupakan area yang tidak seharusnya ada tempat parkir illegal dikarenakan beberapa titik seperti pada titik A, C, D, dan E merupakan area dengan pertemuan jalan penghubung lainnya yang menjadikan area ini cukup terhambat pergerakan kendaraannya. Solusi untuk mengatasi permasalahan kemacetan yaitu: dilakukan pelebaran jalan, diberikan kantung parkir, merelokasi pedagang pinggir jalan ke jalan gang, dan memberikan ruang pada area kendaraan yang akan berbalik arah.
Pertimbangan Iklim Tropis Lembab Dalam Konsep Arsitektur Bangunan Modern Gagoek Hardiman
JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 2 (2012): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.929 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v2i2.307

Abstract

Pemahaman terhadap prinsip arsitektur tropis lembab di Indonesia, sangat perlu untuk menciptakan bangunan dengan ruang-ruang yang nyaman dan sehat. Selain itu dengan mengantisipasi permasalahan dan memanfaatkan potensi iklim tropis lembab, akan didapatkan hal yang sangat penting, yakni penghematan energi, pelestarian lingkungan dan penghematan sumberdaya alam. Nenek moyang bangsa Indonesia terbukti telah berhasil merencanakan banguan yang sesuai dengan iklim tropis lembab secara trial and error dalam kurun waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu untuk mewujudkan arsitektur yang berkelanjutan dan sesuai dengan alam serta budaya Indonesia. Perlu dipelajari local wisdom atau kearifan lokal pada arsitektur Nusantara yang dapat dipadukan dengan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang bersifat global untuk mewujudkan arsitektur masadepan yang berkelanjutan.
Perkembangan Konsep Regionalisme Kritis Kenneth Frampton (1985-2005) Dimas Wihardyanto; . Sherlia
JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 1 (2011): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (766.916 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v2i1.298

Abstract

This paper outlines the development of Critical Regionalism Concept, introduced by Kenneth Frampton, whom a professor in history and architecture. His most influential achievement was a book titled "Toward A Critical Regionalism", that introduced critical regionalism theory/thought as a response of globalization and universalization impact. His thought was based on the worry of excessive impact of modernism and globalism, and political situation at that time, causing buildings of western classic architecture style replaced by modern architecture style as symbols of industrialism. Critical Regionalism theory tried to put back architecture and buildings to the context and the development of its surrounding, as an effort to strengthen local identity by seeing its potency and noticing every details in buildings. Now, this theory is widespread and developed by world architects. These architects succeed in making modern architecture more tactile and tectonic, creating creative and tectonic structures forms, which able to counter universalism in architecture by placing back technology as instrument in architecture
BANDAR LAMPUNG CREATIVE VILLAGE PERENCANAAN KAWASAN WISATA KREATIF DI PESISIR PANTAI WAY TATAAN BANDAR LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN SUSTAINABLE ARCHITECTURE Pernando PERNANDO; Fritz Akhmad Nuzir; Ardiansyah ARDIANSYAH
JURNAL ARSITEKTUR Vol 8, No 1 (2017): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1749.513 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v8i1.992

Abstract

Di kota Bandar Lampung salah satu wilayah yang memiliki permukiman kumuh adalah kawasan bantaran sungai Way Kuripan kelurahan Kota Karang yang berada kecamatan Teluk Betung Selatan. Permasalahan kekumuhan yang dihadapi pada permukiman bantaran sungai Way Kuripan kelurahan Kota Karang ini adalah ketidakteraturan bangunan, minimnya sarana prasarana, Persoalan sampah, terbatasnya ketersediaan sumber air bersih, buruknya layanan sistem anitasi dan drainase Dibalik semua permasalahan tersebut sebenarnya permukiman bantaran sungai Way Kuripan kelurahan Kota Karang mempunyai potensi yang baik dilihat dari masyarakatnya sendiri. Masyarakat kelurahan kota Karang mempunyai keahlian sebagai pembuat kapal nelayan dan kerjinan daur ulang sampah. Oleh karena itu jika dilihat dari potensi SDA kawasan permukiman bantaran sungai Way Kuripan kelurahan Kota Karang perlu perencanaan penataan sebagai kawasan wisata kreatif. Wisata kreatif disini yaitu suatu kegiatan  pariwisata yang menawarkan tiga hal yaitu something to see, something to do, something to buy. Maksud dari tiga hal tersebut yaitu wisata yang bukan hanya menawarkan keindahan, tetapi juga menawarkan kegiatan belajar yang memanfaatkan kreativitas, keterampilan, bakat serta menawarkan wisata belanja hasil produk masyarakat setempat.

Page 6 of 14 | Total Record : 133