Jurnal Ilmiah HUBUNGAN INTERNASIONAL			
            
            
            
            
            
            
            
            JIHI can be a reference and literature source for academician in International Relations area as it consists of articles and research reports on International Relations Issues. Articles and research reports are written by academics who is the expert on its field like Security Studies, International Political Economy, Regime, International Organization, Gender and International Relations, Diplomacy, Media and International Relations, etc.
            
            
         
        
            Articles 
                302 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            Aksi Kamisan: Lamenting Women, State Violence and Human Security 
                        
                        Andalas, Mutiara                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 13, No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (238.245 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v13i1.2658.31-43                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This paper investigates the relationship of Aksi Kamisan and human security. It narrates the phenomenon of women participating in Aksi Kamisan who lament silently before the Presidential office. It explores the essential contribution of these women parading in front of the government offices in promoting human security. Women participants of Aksi Kamisan choose lamentation as a persuasive language to deliver messages on the importance of human security. Analyzing their letters sent to the present President and listening to their oral testimonies, I systematize their previously implicit understanding of human security. In the process I expose the underlying theology of the so-called âgod of securityâ by regimes after the reformation era. Finally I reflect on the theme from the historical-feminist-theological perspectives finding deeper meaning in the pursuit of truth and healing in the face of human suffering.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Projecting the Intramural ASEAN Norms into Extramural Terrain - Constructivism: Does TAC Work in the South China Sea? 
                        
                        Indraswari, Ratih                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 9, No 2 (2013) 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (553.943 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v9i2.1047.%p                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Abstract: This article examines the role of ASEANs norms in managing dispute over the South China Sea.ASEAN shares the beliefs that the settlement of differences or disputes by peaceful means and the abandonmentof the threat or use of force are necessary to ensure the stability over the region. It attempts to analyze thepossibility of exporting this intramural norm of ASEANs model of dispute settlement into an extramural terrainand seeks to answer the question whether ASEANs norm of cooperation can alter claimants perception towardseach other, and thus in return will constrain the urge to solve the dispute by force.Keywords : ASEAN norm, ASEANs model of dispute settlements, TAC, South China Sea, China
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Harmonisasi Ketentuan SPS dalam Perspektif Kepentingan Indonesia 
                        
                        Kusumaningrum, Demeiati Nur; 
Yekti, Septian Nur                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 14, No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (337.852 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v14i1.2767.37-50                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Tulisan ini menganalisis pengaruh rezim perdagangan internasional terhadap struktur domestik Indonesia. Standart Sanitasi dan Fitosanitasi (SPS) merupakan bagian dari kesepakatan AoA yang menjamin konsumen menikmati produk yang aman dan sehat untuk dikonsumsi dan berupaya memastikan bahwa peraturan kesehatan dan produk yang ketat tidak digunakan sebagai instrumen untuk melindungi produsen dalam negeri. Tujuan dari penulisan ini menjawab bagaimana harmonisasi kesepakatan SPS berdasarkan perspektif politik ekonomi pemerintah Indonesia. Melalui praktik liberalisasi perdagangan, penerapan tindakan sanitasi dan fitosanitasi menjadi bagian dari mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan Indonesia yang berada pada kewenangan Kementerian Pertanian. Strategi pemerintah Indonesia dalam penerapan ketentuan SPS mempertimbangkan: 1) perkembangan tantangan perdagangan internasional pada aspek peningkatan daya saing komoditas Indonesia dan 2) skema kerjasama ASEAN yang berfokus pada kebijakan Indonesia National Single Window.Kata Kunci: ASEAN, harmonisasi, kesepakatan SPS, politik, perdagangan
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Diplomasi Ekonomi dan Militer India di Asia Tenggara sebagai  Pendukung Keberadaan Kluster Industri Militer 
                        
                                                
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 12, No 1 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (522.595 KB)
                                
                                                                                
                        
                            
                                
                                
                                    
Tulisan ini mengeksplorasi Asia Tenggara sebagai pasar yang potensial untuk Kluster Industri Militer. Tiga Negara yang merepresentasikan area ini adalah Myanmar, Thailand, dan Singapura. Setiap Negara memiliki spesifikasi yang unik, termasuk keuntungan absolut yaitu Negara India sebagai Negara tetangga. Myanmar memiliki potensi geopolitik dan sumber daya alam mentah yang berlimpah, sedangkan Singapura memiliki keuntungan kompetitif yaitu dapat mengelola sektor jasa. Dibandingkan dengan dua Negara sebelumnya, Thailand hanya memiliki keuntungan dari diaspora India sebagai komponen pendukung dari keberlanjutan dari Kluster Industri Militer. Tapi, kuantitas ini memberikan jaminan bahwa India tidak pernah mengabaikan posisi Negara di setiap kebijakannya. Selain itu, penulis menyimpulkan jika ekonomi dan diplomasi militer harus diambil oleh Least Developed Country, khususnya sebagai ekonomi, yang menempatkan industry militer sebagai prioritas pengembangan sub-sektor. Argumentasi yang paling mendesak adalah model monopsoni yang memiliki latar belakang kostumer yang minimum, sedangkan ketersediaan volume permintaan absolut untuk kinerja kluster.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Donald Trump dan Reorientasi Kebijakan Keamanan Amerika Serikat Terhadap Program Pengembangan Senjata Nuklir Korea Utara. 
                        
                        Al Syahrin, Muhammad Najeri                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 14, No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (281.556 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v14i1.2717.97-111                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This research attempts to identify some of the trends in changing the orientation of Donald Trumps and United States security policies toward North Koreas nuclear weapons development program. The identification begins with an explanation of some of the strategic and policy options that have been done and have not yet by the United States in an effort to stop nuclear tensions in the East Asian region. After describing some of the policy options for Donald Trump, this study will predict the right security policy in the denuclearization of the Korean peninsula. The Trump policy is expected to show greater urgency than the previous United States presidential policy. Based on the assumption, through "Maximum Pressure and Engagement" strategy, Trump tries to combine diplomatic rhetoric, sanctions, and negotiations. This strategy is expected to be effective in forcing Pyongyang to choose between nuclear weapons development or its survival as a country. Keywords: Security Policy, Nuclear Weapons, Maximum Pressure, And Engagement Strategy.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Kepentingan Nasional Ekuador terhadap Eksplorasi Minyak di Taman Nasional Yasuni 
                        
                        Darmawan, Adityo                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 11, No 2 (2015): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (158.215 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v11i2.1582.%p                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Masalah kelestarian lingkungan sering berbenturan dengan masalah pembangunan. Salah satu masalah yang terjadi di Ekuador adalah dilema antara pengembangan eksplorasi minyak dengan pelestarian Taman Nasional Yasuni. Bantuan dunia internasional yang tidak maksimal mendorong Ekuador memutuskan mundur dari rezim Yasuni-ITT Trust Fund. Sikap Ekuador untuk keluar dari rezim internasional dikaji melalui perspektif realisme dalam hubungan internasional. Temuan penelitian ini adalah Ekuador menerapkan prinsip-prinsip dalam teori realisme. akan tetapi, pada penerapan konsep kemandirian Ekuador cenderung tidak konsisten. Meskipun pemaksimalan kepentingan nasional itu penting, tetapi akan sulit bagi negara menerpakan prinsip kemandirian dengan murni saat sekarang ini.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Implementasi CEDAW tentang Penghapusan Diskriminasi Perempuan : Studi Kasus Pemilu di Indonesia Tahun 2009 dan 2014 
                        
                        Valentina, Angelia Maria; 
Dewi, Elisabeth                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 13, No 1 (2017): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (267.581 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v13i1.2669.1-15                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
United Nations as international organization issued an international convention to eliminate discrimination towards women, called CEDAW (Convention on Elimination of All Form of Discrimination Against Women). As the one of the nation that ratified the convention, Indonesia, adopted CEDAW articles that becomes UU RI No. 7 Tahun 1984. Indonesia agreed to prevent further discrimination towards women and implement all the policies written on those article. Unfortunately, the success and implementation of CEDAW is still doubtful, especially in political realm. The number of women political participation never reached 30% according to the affirmative action that is stated in Indonesian Constitution. The 2009 and 2014 general election showed that womenâs representation in parliament in still low and not having significant change. The success of CEDAW can be seen from womenâs political participation, measured by international indicator called GEM (Gender Empowerment Measure). GEM is used to measure shift and effectiveness of the implementation of CEDAW Convention in Indonesia, especially in political participation. This article concluded that CEDAW International Convention in political participation is not effective yet, considering the number of women in parliament not balanced with ratio of women citizen in Indonesia.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa 
                        
                        Sudira, I Nyoman                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 10, No 2 (2014): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (600.946 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v10i2.1313.%p                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Konflik yang terjadi di Laut Cina Selatan melibatkan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara. Negara-negara tersebut adalah Vietnam dan Filipina. Akan tetapi, konflik ini pun mempengaruhi beberapa negara diluar kawasan Asia Tenggara yaitu Cina dan Amerika Serikat. Kawasan Laut Cina Selatan yang cukup luas dan berbatasan langsung dengan beberapa negara membuat Laut Cina Selatan memiliki potensi yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara seperti Amerika Serikat dan Cina. Dalam penulisan paper "Konflik Laut Cina Selatan dan Politik Luar Negeri Indonesia ke Amerika dan Eropa" ini pembahasan akan difokuskan pada empat bagian. Diawali dengan pembahasan mengenai Amerika Serikat (AS) dan Konflik Laut Cina Selatan, kemudian diikuti pembahsan mengenai Uni Eropa dan Konflik Laut Cina Selatan. Pada bagian akhir akan disajikan dua bahasan yang berkaitan dengan Indonesia yakni:Indonesia dan Konflik Laut Cina Selatan;serta sekaligus sebagai penutup, Politik Luar Negeri RI terhadap Amerika dan Eropa terkait isu Laut Cina Selatan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Gender in International Conflict: Women Representation in Security Discourse 
                        
                        Fitriani, Fitriani                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 8, No 2 (2012) 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (1040.991 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v8i2.545.%p                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Security discourse that was long cons idered as scientific, objective and gender neutral is one subject that had received numerous feminist critics. It is not only that feminist observed security discourse as minority â including women and victims â blind; it is also masculine and prostatus quo. This article reviews the building of security discourse from feminist perspective that detects, since the theoretical building to the practical level, women are given weak position to justified the strong state. At maximum the rhetoric of women empowerment is used by the state to validate its coercive action.Keywords : international security, genderization, gender studies, feminism
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Ancaman Non-Militer Terhadap Keamanan Nasional di Papua 
                        
                        Indrawan, Jerry                        
                         Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional  Vol 12, No 2 (2016): Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional 
                        
                        Publisher : Parahyangan Center for International Studies 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (298.026 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.26593/jihi.v12i2.2651.159-173                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Pertahanan negara merupakan salah satu elemen pokok suatu negara karena menyangkut kepentingan untuk melindungi warga negara, wilayah, dan sistem politiknya dari ancaman negara lain. Situasi di Papua tidak dapat dikategorikan sebagai konflik bersenjata, tetapi lebih dikategorikan sebagai kekacauan, ketegangan, atau gangguan dalam negeri. Ancaman non-militer pada hakikatnya ancaman yang menggunakan faktor-faktor nirmiliter yang dinilai mempunyai kemampuan yang membahayakan kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa. Keinginan masyarakat Papua untuk merdeka lebih disebabkan karena mereka tidak mengalami kesetaraan dalam hal kesejahteraan dengan propinsi-propinsi lain di Indonesia. Jika tidak ada penanganan yang serius, kondisi ini akan berkembang menjadi kondisi permanen yang tentunya akan menjadi ancaman besar terhadap keamanan nasional.Kata Kunci: Ancaman Non-Militer, Pertahanan Negara, Keamanan Nasional, dan Papua