cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
PENGARUH NAUNGAN DAN ASAL BENIH TERHADAP DAYA HIDUP DAN PERTUMBUHAN ULIN (Eusideroxylon zwagery T. et B.) Agung W. Nugroho; Junaidah Junaidah; Fatahul Azwar; Joni Muara
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2011.8.5.279-286

Abstract

Ulin ( T. et B.) termasuk jenis tanaman yang hampir punah dan bersifat semi toleran. Informasi intensitas cahaya (naungan) yang optimal sangat diperlukan untuk keberhasilan konservasi jenis ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh naungan dan asal sumber benih terhadap daya hidup dan pertumbuhan ulin umur 1 tahun. Penelitian dilaksanakan dibawah tegakan berbagai umur PT Musi Hutan Persada Wilayah I Desa Suban Jeriji Blok Sodong Selatan Kecamatan Rambang Dangko Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi dengan umur sebagai petak utama dan asal benih sebagai subplot.Umur terdiri dari 6 taraf yaitu umur 1,2,3,4,5, dan 6 tahun. Asal benih berasal dari 3 daerah yaitu Jangga Baru-Jambi, Beliti Jaya-Sumatera Selatan dan Gunung Serumput Bangka Belitung. Hasil penelitian menunjukkan intensitas naungan sebesar 81,05% dan 86,15% meningkatkan daya hidup ulin sebesar 54,33% dan 39,68%.Asal benih Bangka-Belitung meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 47,47cm.
MUTU BIBIT MANGLID (Manglieta glauca BI) PADA TUJUH JENIS MEDIA SAPIH Aris Sudomo; Encep Rachman; Nina Mindawati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.404 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2010.7.5.265-272

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis media sapih yang mampu menghasilkan pertumbuhan dan mutu bibit Manglieta glauca BI terbaik. Penelitian dilakukan di persemaian Balai Penelitian Kehutanan Ciamis dari bulan Februari 2008 s/d September 2008. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 7 jenis media sapih yaitu M1 (Tanah + Pupuk kandang (3:1)), M2 (Tanah), M3 (Tanah + Pupuk kandang + Sekam padi (1:1:1)), M4 (Tanah + Pupuk kandang + Pasir (1:1:1)), M5(Tanah + Pupuk kandang + Serbuk sabut kelapa (1:1:1)), M6 ((Tanah + Pupuk kandang + Serbuk gergaji (1:1:1)) dan M7 ( Tanah + Pupuk kandang + Abu sekam padi (1:1:1)). Masing-masing perlakuan 60 bibit sehingga total bibit yang diperlukan adalah 7 x 60 = 420 bibit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa campuran media M4 (Tanah+ Pupuk kandang+Pasir (1:1:1)) memberikan pertumbuhan diameter (0,469 cm), tinggi (22,678 cm) dan jumlah daun (9,978) M. glauca BI yang lebih baik dibanding media lainnya. Campuran media M5 (tanah+pupuk kandang+serbuk sabut kelapa (1:1:1)) memberikan berat kering akar (2,096), berat kering batang dan daun (4,046) dan indeks mutu bibit (0,132) M. glauca BI yang terbaik dibanding media lainnya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penggunaan campuran media M4 dan M5 masing-masing memberikan pertumbuhan dan indeks mutu bibit yang terbaik dalam teknik pembibitan M. glauca BI. .
IRADIASI SINAR GAMMA ( Co) UNTUK MENINGKATKAN PERKECAMBAHAN 60 DAN PERTUMBUHAN BIBIT TEMBESU ( Roxb.)Fagraea fragran Muhammad Zanzibar; Megawati Megawati; Endang Pujiastuti; Dede J. Sudrajat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1998.301 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.165-174

Abstract

Iradiasi sinar gamma dengan dosis rendah telah banyak digunakan untuk memperbaiki perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit untuk banyak tanaman pertanian, namun teknik ini masih terbatas untuk diaplikasikan pada jenis- jenis tanaman hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mempelajari pengaruh iradiasi benih dan periode simpan terhadap perkecambahan benih tembesu, serta (2) mengetahui pengaruh iradiasi benih segar terhadap pertumbuhan bibit tembesu. Percobaan pertama menggunakan Rancangan Faktorial dalam Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu faktor iradiasi dan faktor periode simpan. Percobaan kedua menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan dosis iradiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan daya simpan, benih segar dapat diradiasi dengan dosis maksimal 120 Gy. Hasil iradiasi terhadap pertumbuhan tinggi dan diameter bibit jenis tembesu dicapai pada dosis 30 Gy, dimana perlakuan ini dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi sebesar 205,84% dan diameter sebesar 133,33%. Iradiasi sinar gamma 30 Gy dapat meningkatkan kualitas bibit jenis tembesu.
DAMPAK PERUBAHAN FISIOLOGI DAN BIOKIMIA BENIH EBONI (Diospyros celebica Bakh.) SELAMA PENYIMPANAN Naning Yuniarti; Dida Syamsuwida; Aam Aminah
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.2.65-71

Abstract

Eboni  (Diospyros  celebica Bakh.)  merupakan  jenis  tanaman  yang potensial  untuk dikembangkan  pada pembangunan hutan tanaman. Benih bermutu tinggi diperlukan dalam program pengembangan jenis ini dan penyimpanan benih tidak dapat dihindari berkaitan dengan penyediaan benih. Penyimpanan benih eboni ditujukan untuk mempertahankan viabilitas benih agar tetap tinggi. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak perubahan kandungan biokimia dan fisiologis benih eboni selama penyimpanan. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap pola Faktorial dengan perlakuan faktor ruang simpan dan periode penyimpanan.  Hasil  penelitian  menunjukkan perubahan  fisiologis benih eboni  selama penyimpanan mengakibatkan adanya penurunan nilai daya berkecambah dan kadar air benih ; perubahan biokimia benih eboni selama penyimpanan menunjukkan adanya peningkatan kandungan lemak dan protein serta penurunan kandungan karbohidrat seiring dengan lamanya pengeringan dan penyimpanan ; penyimpanan benih eboni di ruang simpan AC dapat mempertahankan viabilitas benih selama 8 minggu, dengan daya berkecambahnya hingga 61,94% dengan kadar air 46,69%. Berdasarkan reaksi fisiologis dan biokimia yang terjadi, maka benih eboni dapat dikatagorikan sebagai benih rekalsitran.
PENENTUAN KRITERIA MASAK FISIOLOGIS BUAH MINDI (Melia azedarachs BERDASARKAN SIFAT-SIFAT FISIK, FISIOLOGIS DAN BIOKIMIA Eliya Suita; Nurhasybi Nurhasybi; Naning Yuniarti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1196.051 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.2.75-82

Abstract

Mindi (Melia azedarach) merupakan salah satu jenis pohon serba guna yang perlu dikembangkan terkait dengan penggunaan kayunya. Untuk menentukan waktu pengumpulan buah yang tepat diperlukan informasi mengenai masak fisiologis yang dicirikan oleh perubahan wama kulit buah, dari hijau, hijau kekuningan dan kuning. Dalam penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap dengan parameter jumlah benih per liter, berat 1.000  butir, daya berkecambah dan kadar air benih. Data dilengkapi dengan komposisi kimia benih dari ketiga tingkat kemasakan buah tersebut. Analisis sidik ragam menunjukkan wama buah berpengaruh terhadap jumlah benih per liter, kadar air benih dan daya berkecambah benih mindi. Jumlah benih per liter buah berwama hijau (1.562 butir) tidak berbeda nyata dengan berwana hijau kekuningan (1.600 butir) tetapi berbeda nyata dengan kuning (.1504 butir). Berat 1000 butir benih dari buah berwama kuning (426,10 gram) tidak berbeda dengan hijau kekuningan (422,17  gram) tetapi berbeda nyata dengan hijau (416,54 gram). Kadar air benih dari buah berwarna hijau (27,21 %) berbeda nyata dengan hijau kekuningan (16,96 %) dan kuning (15,86  %).  Daya berkecambah benih dari buah yang berwarna hijau (0 %) juga berbeda nyata dengan benih dari buah yang berwama hijau kekuningan (34,5 %) dan kuning (35 %). Komposisi kimia benih masing-masing dari warna kulit buah hijau mengandung karbohidrat (16,80  %), protein (2,99  %) dan lemak (0,69 %), buah hijau kekuningan mengandung  karbohidrat ( 16,4 7 %), protein (2,98 %) dan lemak (4,08  %), sedangkan buah kuning mengandung karbohidrat (18,97  %), protein (3,40 %) dan lemak (4,82 %). Waktu pengumpulan buah mindi direkomendasikan ketika buah berwama kuning dan/atau hijau kekuningan.  
TINGKAT PEMANFAATAN TUMBUHAN PENGHASIL WARNA PADA USAHA TENUN IKAT DI KABUPATEN SUMBA TIMUR Murniati Murniati; Mariana Takandjandji
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2956.206 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2015.12.3.223-237

Abstract

ABSTRACTEast Sumba cloth woven is colored using natural dye from plants. This study aimed to (1) identify plant producing natural dye in East Sumba, (2) its utilization level, and (3) its availability in nature. The research was conducted at four villages in 2013 and 2014 by using interview and focused group discussion with cloth woven handcrafter andalso field observation. Five plant species namely Indigofera tinctoria L., Morinda citrifolia L., Symplocos sp., Aleurites moluccana (L.) Willd. and Erythrina sp. were used as dye material, binder, color preservatives and fabric softener. All plants were collected directly from nature, therefore the potency of these species were not yet available. Utilization level of I. tinctoria and M. citrifolia biomass as primary dye source were 49.3 and 246.7 ton per year, respectively. Whereas, utilization level of Symplocos sp. and A. moluccana as binder, color preservatives and fabricsoftener were each 246.7 and 49.3 ton per year. Cultivation of dye-producing plant and introduction of alternative dyes should be carried to meet the increasing demand of dyes.ABSTRAKPembuatan kain tenun ikat Sumba Timur sampai saat ini menggunakan pewarna alam yang dihasilkan dari tumbuhan. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan pewarna yang digunakan di SumbaTimur, (2) tingkat pemanfaatan, serta (3) ketersediaan di alam dan upaya untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat. Penelitian dilakukan di empat kelurahan/desa pada tahun 2013 dan 2014 melalui metode wawancara dan diskusi kelompok terarah dengan pengrajin serta pengamatan di lapangan. Terdapat lima jenis tumbuhan yangdigunakan pengrajin sebagai sumber, pengikat dan pengawet warna serta pelembut kain yaitu nila (Indigofera tinctoria L.), mengkudu (Morinda citrifolia L.), loba (Symplocos sp.), kemiri (Aleurites moluccana (L.) Willd.) dan dadap (Erytrina sp.). Kelima jenis tumbuhan tersebut dipungut langsung dari alam, tetapi data potensi jenis-jenis tersebut tidak tersedia. Tingkat pemanfaatan biomassa nila dan mengkudu sebagai sumber pewarna utama adalah 49,3 dan 246,7 ton per tahun. Sedangkan tingkat pemanfaatan loba dan kemiri sebagai bahan pengikat dan pengawet warna serta pelembut kain adalah 246,7 dan 49,3 ton per tahun. Kebutuhan biomassa tumbuhan penghasil warna yang terus meningkat perlu diimbangi dengan upaya budidaya jenis-jenis tersebut dan pengenalan serta penggunaan jenis-jenis pewarna alternatif.
PENGARUH FREKWENSI PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA TERHADAP PERTUMBUHAN MERANTI DI LAPANGAN Nina Mindawati; Yetti Heryati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.594 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2006.3.2.63-71

Abstract

Shorea atau meranti dikenal di perdagangan dunia sebagai kayu tropik yang cukup berperan penting. Program pembangunan HTI tengkawang tidak akan berhasil dengan baik jika tanpa dilakukan pemeliharaan pada tanaman muda di lapangan. Penelitian mengenai macam dan frekwensi pemeliharaan terhadap tanaman muda di lapangan telah dilakukan di HP Haurbentes, Jasinga, Jawa Barat. Rancangan yang digunakan adalah Acak Lengkap dengan dua tipe pemeliharaan yang dilakukan sampai tanaman berumur 3 tahun, yaitu berupa pemeliharaan intensif dan kurang intensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pemeliharaan intensif berpengaruh secara nyata terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi dan diameter jenis S. stenoptera sebesar 3,19 m dan 3,64 cm, sedangkan jenis S. mecistopteryx sebesar 3,43 m dan 3,76 cm. Prestasi kerja pembangunan hutan tanaman meranti mulai dari penyiapan lahan, penanaman dengan pemeliharaan yang intensif selama 3 tahun memerlukan sekitar 66 HOK/ha, sedangkan jika pemeliharaan kurang intensif sebesar 56 HOK/ha. Kondisi tanah dan tumbuhan bawah di areal dengan pemeliharaan yang intensif menunjukkan hasil yang lebih baik ditinjau dari pH tanah, N total, P tersedia dan KTK serta nilai INP tumbuhan bawah jika dibanding pemeliharaan kurang intensif.
EVALUASI UJI PENINGKATAN GENETIK MANGIUM Budi Leksono; Teguh Setyaji; Nur Hidayati Hidayati
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1110.941 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2005.2.2.60-67

Abstract

Uji peningkatan genetik Acacia mangium di Wonogiri di bangun tahun 2001 dengan tujuan untuk memprediksi perolehan genetik yang sesungguhnya dari kebun benih generasi pertama dibandingkan dengan tegakan benih. Desain menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok (RCBD), 4 ulangan, 8 sumber benih, 100 pohon/plot (10 pohon x 10 pohon) dan jarak tanam 4 m x 2 m. Sumber benih terdiri atas 6 kebun benih semai (KBS) dan 2 areal produksi benih sebagai kontrol. Hasil uji pada tingkat semai menunjukkan persen tumbuh 96% dan berbeda nyata pada sifat diameter dengan semai KBS Grup A yang terbaik. Pertumbuhan tanaman menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada umur 12 bulan setelah tanam. Tanaman dari kebun benih semai lebih baik dari pada tegakan benih dengan peningkatan perolehan genetik sebesar 20,8 % - 22,8 % (tinggi), 19,6  % - 25,8 % (diameter) dan 22,4% (bentuk batang). Urutan kebun benih yang terbaik adalah KBS Group B, KBS Wonogiri dan KBS Group A dengan asal benih dari Papua New Guinea (PNG).
EVALUASI PERTUMBUHAN AWAL JABON (Neolamarckia cadamba Roxb) DI HUTAN RAKYAT Lutfy Abdulah; Nina Mindawati, A; A. Syaffari Kosasih; Darwo Darwo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.3.119-127

Abstract

Jabon merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh, sehingga jabon sangat diminati untuk dikembangkan di hutan rakyat dan hutan tanaman industri. Namun, pertumbuhan yang optimal akan tercapai jika pemahaman tentang teknik silvikultur seperti manajemen hara di tapak sangat dibutuhkan. Selain itu, luas lahan milik yang diperuntukkan untuk membangun hutan rakyat tidak terlalu luas, sementara kebutuhan untuk budidaya tanaman hortikultura juga penting. Untuk itu penelitian ini dirancang untuk mempelajari laju pertumbuhan jabon pada scenario pengelolaan antara manajemen hara dan pemanfaatan lahan antara untuk meningkatkan nilai ekonomi lahan.Penelitian ini bertujuan untuk melihat beda pertumbuhan awal jabon pada variasi manajemen lahan dan manajemen hara yang berbeda terutama pemupukan dan pola agroforestry yang dikembangkan. Metode yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, dimana perlakuan yang dilakukan adalah penanaman jabon dengan diberi pupuk kompos, jabon ditanam dengan pola agroforestry dan tidak diberi pupuk kompos serta jabon ditanam dengan pola agroforestry dan diberi pupuk kompos.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan diameter jabon terbaik bila jabon ditanam dengan pola agroforestry dan tidak diberi pupuk kompos maupun jabon ditanam dengan pola agroforestry dan diberi pupuk kompos. Sementara perlakuan terbaik untuk pertumbuhan tinggi jabon adalah jabon ditanam dengan pola agroforestry dan diberi pupuk kompos.
DESKRIPSI EKOLOGI HABITAT EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DI CAGARALAM KALAENA, KAB. LUWU TIMUR Merryana Kiding Allo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3359.263 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2008.5.3.175-190

Abstract

Hubungan kehidupan yang terjadi dalam suatu ekosistem tidak lepas dari pengaruh utama lingkungan yang menunjang kehidupan di atasnya. Cagar Alam Kalaena sebagai suatu ekosistem hutan hujan dataran rendah yang ada di Sulawesi merupakan tempat tumbuh alami eboni (Diospyros celebica Bakh.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi biofisik yang optimal bagi pertumbuhan eboni sebagai dasar dalam pengembangan eboni di masa yang akan datang. Pohon eboni memiliki motif kayu yang indah dan unik dengan wama strip berselang-seling antara hitam dan coklat kemerahan. Keunikan kayu ini menyebabkan harga kayu eboni yang tertinggi di dunia. Jenis tanah umumnya podsolik  coklat kekuningan berasal dari bahan induk serpih dan batu pasir, hasil analisis tanah menunjukkan kandungan bahan organik tanah dan kesuburan tanah umumnya rendah-sangat rendah, temperatur tanah 26,5°C, kelembaban 83%, curah hujan tahunan sekitar 2.689 mm per tahun dan type iklim A menurut klasifikasi Schmidt Ferguson.

Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue