cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
JURNAL PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
ISSN : 23548568     EISSN : 25276565     DOI : -
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan is the official scientific publications from Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC). The journal publishes research findings at different aspect of forest tree seeds, include: seed sources development and management, reproductive biology, seed ecology and biology, seed handling technology, vegetative propagation technology, seed health, nursery technology, seed and seedling quality testing, seed policy and social economy.Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan publish twice a year in August and December.
Arjuna Subject : -
Articles 126 Documents
INDUKSI MUTASI KROMOSOM MENGGUNAKAN KOLKISIN TERHADAP PLANLET TEMBESU (Fragraea fragrans. Roxb) SECARA IN-VITRO Tania Oktavia Herlinda; Ratna Uli Damayanti Sianturi; Triastinurmiatiningsih Triastinurmiatiningsih
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.131-148

Abstract

Salah satu teknik pembibitan secara vegetatif yang dapat mempertahankan kelestarian tanaman tembesu dapat dilakukan dengan menggunakan teknik poliploidisasi agar mendapatkan genotif yang diferensiasi yaitu dengan induksi mutasi menggunakan kolkisin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi dan waktu lama perendaman terbaik terhadap pertambahan jumlah daun, tinggi planlet dan jumlah kromosom dengan pemberian kolkisisn. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan mutagen kimia kolkisin yang berbeda. Percobaan dilakukan dengan lama perendaman L1 (24 jam), L2 (48 jam) dan L3 (72 jam) serta perendaman konsentrasi dalam larutan kolkisin K1 (0,1%), K2 (0,2%) dan K3 (0,3%) sehingga ada 9 kombinasi perlakuan . Untuk kontrol dilakukan tanpa perendaman dengan kolkisin. Hasil penelitian menunjukkan pemberian perlakuan kolkisin berpengaruh nyata terhadap penambahan ukuran tinggi dan jumlah daun planlet, namun tidak berpengaruh terhadap panjang dan lebar daun. Konsentrasi 0,3%; 0,1% dan perendaman 24 jam sama-sama efektif untuk pertambahan tinggi planlet dan jumlah daun. Kolkisin sangat berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah kromosom sebanyak 12 pada tanaman tembesu dengan konsentrasi 0,3% dan lama perendaman selama 72 jam.
PENGARUH RADIASI SINAR GAMMA TERHADAP DAYA KECAMBAH BENIH AKASIA (Acacia mangium) GENERASI M2 Dewi Rahmawati; Supriyanto Supriyanto; Aditya Nugroho
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.23-36

Abstract

Perkecambahan merupakan kegiatan penting sejak benih dorman sampai kebibit yang sedang tumbuh tergantung dari viabilitas benih, lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Oleh karena itu perlu dilaksanakan pengujian benih untuk mengetahui viabilitas benih atau kemampuan benih untuk tumbuh menjadi bibit pada kondisi lingkungan yang optimum. Untuk membuktikan sterililitas benih dilakukan uji daya kecambah benih. Penelitian ini menggunakan metode skarifikasi sebagai salah satu teknik pematahan dormansi pada benih secara mekanik dan fisik. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan infertilitas benih dari tetua A. mangium M2 yang diperoleh dari teknik pemuliaan mutasi. Perkecambahan benih A. mangium generasi M2 dengan 5 cara perlakuan yaitu: (A) tanpa perlakuan (kontrol), (B) perlakuan menggunting bagian kotiledon benih, (C) pengamplasan benih dibagian hylum, (D) perendaman air Hasil dari penelitian ini menunjukkan persentase perkecambahan benih akasia untuk masing-masing perlakuan memberikan hasil yang berbeda. Secara keseluruhan, pengaruh perlakuan terbaik untuk perkecambahan benih A. mangium adalah dengan menggunakan perlakuan B, C dan E yaitu pencelupan selama 30 detik dalam air mendidih (pada suhu 90°C),  menggunting bagian kotiledon benih dan mengampas benih. Perlakuan B, C dan E memiliki daya berkecambah di atas 80 %.  Hal ini dikategorikan daya berkecambah benih yang tinggi.  Kecepatan berkecambah tertinggi pada benih A. mangium dengan perlakuan E adalah 2,27% hari. Nilai perkecambahan terbaik juga dihasilkan pada benih dengan perlakuan E yaitu 3,52%/hari. Sehingga membuktikan bahwa benih A. mangium generasi M2 hasil radiasi tidak bersifat steril.
PEST INCIDENCE-SEVERITY OF TENUPALPUS PACIFICUS TOWARDS LEAF MASS AREA (LMA) ON SEVERAL Dendrobium SPP. Faozan Indresputra; Sri Rahayu; Suradi Suradi; Dedi Damhuri; Yuniar Yuniar
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.11-21

Abstract

Many of Dendrobium spp. are famous due to its beauty and medicinal uses. Their preserving efforts are still top priority among orchid plants in Bogor Botanical Garden (BBG). However, false spider mite (Tenupaipus pacificus) caused damages on leaves of several dendrobium species under greenhouse conditions. We examined diseases assessments of incidence-severity to the most visually attacked species such as Dendrobium bigibbum, Dendrobium lineale, Dendrobium sanguinolentum and Dendrobium secundum. We also measured Leaf Mass Area (LMA) as a defensive trait that might influence patterns of the pest’s attack. The assessment showed that D. secundum had the highest average incidence-severity (0.84 and 0.30 respectively) among other species. This pattern was correlated with its lowest average LMA (41.86 g m-2) compared to D. lineale which had the opposite patterns both LMA and incidence-severity. Positive correlation on incidence-severity with tendentiously lower severity than incidence suggest that T. pasificus was still in outbreak but it had not reached fatal damages or deadly result since two other species, D. bigibbum and D. lineale, had high LMA that could slow the feeding rate of pest’s behavior. This result is expected to be basic sanitary control management to overcome the pests. 
STRUKTUR DAN METODE PERKECAMBAHAN BENIH ROTAN JERNANG (Daemonorops dransfieldii Rustiami) Eny Widajati; Nelly Fridayanti; Endah Retno Palupi; Satriyas Ilyas; Sri Wilarso Budi
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.81-99

Abstract

Buah rotan jernang merupakan hasil hutan bukan kayu bernilai ekonomi tinggi karena pada eksokarp buah terdapat resin. Buah rotan jernang dipanen sebelum benih mencapai masak fisiologis untuk mendapatkan resin kualitas tinggi sehingga tanaman tidak dapat meregenerasi secara alamiah dan rotan jernang di habitat alami semakin berkurang. Kendala dalam ketersedian benih bermutu adalah perkecambahan lama dan pertumbuhan bibit tidak seragam. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan metode perkecambahan yang lebih cepat dan seragam, mempelajari proses perkecambahan, dan mengembangkan metode uji daya berkecambah. Percobaan pertama menggunakan RAL dua faktor. Faktor pertama adalah pencongkelan operkulum, terdiri atas dua taraf yaitu benih utuh dan benih tanpa operkulum. Faktor kedua adalah perendaman benih terdiri atas tiga taraf yaitu kontrol, perendaman menggunakan aquades dan KNO3 0,2%. Percobaan kedua menggunakan RAL satu faktor yaitu media perkecambahan terdiri atas media pasir dan cocopeat. Data dianalisis menggunakan SAS 9.4 dan diuji lanjut menggunakan DMRT pada taraf kepercayaan 5%. Pencongkelan operkulum dan tanpa perendaman dapat meningkatkan indeks vigor dan kecepatan tumbuh. Proses perkecambahan benih rotan jernang (benih tanpa operkulum) terdiri atas empat tahap yaitu terbentuk tangkai kotiledon, kotiledon ligule, akar dan daun. Hitungan pertama dan hitungan terakhir uji daya berkecambah adalah 72 dan 104 hari setelah tanam. Kriteria kecambah normal adalah panjang plumula minimum ±15 mm, akar berkembang dengan sempurna yaitu terdapat akar primer dan akar sekunder.  Media terbaik untuk perkecambahan benih rotan jernang adalah pasir. 
PEMANFAATAN FUNGI Mikoriza arbuskula DAN DARK SEPTATE ENDOPHYTE PADA BIBIT BALSA (Ochroma pyramidale) UNTUK MENDUKUNG REHABILITASI LAHAN KRITIS Kurniawati Purwaka Putri; Yulianti Yulianti; Dida Syamsuwida; Nurin Widyani; Dede J. Sudrajat; Eliya Suita; Nurhasybi Nurhasybi
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.67-80

Abstract

Bibit yang mampu bersimbiose dengan mikroorganisme tanah berpotensi meningkatkan kemampuan hidup bibit di lahan terdegradasi atau lahan kritis. Balsa (Ochroma pyramidale) merupakan salah satu tanaman yang potensial untuk digunakan dalam rehabilitasi dan revegetasi lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stimulant Fungi  Mikoriza Arbuskula  (FMA ) dan Dark Septate Endophyte (DSE) terhadap kualitas bibit balsa (Ochroma pyramidale) di persemaian dalam rangka mendukung keberhasilan rehabilitasi lahan kritis. Dalam penelitian ini digunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 8 (delapan) perlakuan, yaitu (1) FMA, (2) DSE CPP, (3) DSE MM. (4) DSE KSP, (5) Campuran FMA dan DSE CPP, (6) Campuran FMA dan DSE MM, (7) Campuran FMA dan DSE KSP dan (8) Kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa parameter pertumbuhan morfologi bibit dipengaruhi oleh stimulan DSE KSP. Ratio pucuk akar dan kolonisasi akar pada bibit yang diberi DSE dalam bentuk tunggal (DSE MM dan DSE KSP) maupun campuran (FMA + DSE CPP ) menunjukkan peningkatan dibanding kontrol. Inokulasi FMA dan DSE baik yang single maupun double inoculation mampu meningkatkan serapan hara dan kandungan klorofil daun bibit. Pemberian FMA atau DSE serta kombinasinya menaikan kandungan bahan organik C dan hara N media bibit. Kondisi ini sangat mendukung apabila bibit akan ditanam pada lahan kritis atau marjinal.
THE EFFECTIVENESS OF AGARWOOD INDUCTION BY FUNGAL INOCULATION ON Gyrinops versteegii Lutfi Anggadhania; Y.M.M. Anita nugraheni; Nurul Wahyuni
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 10, No 1 (2022): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/bptpth.2022.10.1.149-158

Abstract

Agarwood commerce increases as a result of its high market value. Due to the length of time required for agarwood to develop in nature, the supply cannot meet market demand. A variety of methods for growing and inoculating agarwood were being developed. This research aimed to determine the efficacy of inoculating Gyrinops versteegii with agarwood-producing fungus from West Nusa Tenggara in Lombok. The methodology used in this study is bio-induction with drilling on the stems of Gyrinops versteegii trees. The agarwood inoculant was then applied to the perforated and then covered with paraffin. Inoculants used in this study were fungi isolated from the agarwood tree G. verstegii found in West Nusa Tenggara. The fungal inoculants were re-inoculated on identical agarwood trees in a similar environment to the origin of the isolate. This agarwood inoculation study is intended to improve agarwood's overall quality. Inoculating agarwood with isolates obtained from the same species of agarwood tree improved the compatibility between the isolates and agarwood-producing plants. After 6 months of inoculation, the findings revealed that the mean area with high infection in fungal isolates code LT was 2728 mm2, while code M, code ALS, and the control isolates had respective values of 543 mm2, 281.3 mm2, and 166 mm2. The olfactory and color characteristics of each isolating agent showed no significant differences. The efficacy of LT fungal isolates is 73%, but the effectiveness of ALS and M fungal isolates is 7% and 14%, respectively. The effectiveness (p≤0.05) is shown by the area parameter.

Page 13 of 13 | Total Record : 126