JURNAL PERBENIHAN TANAMAN HUTAN
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan is the official scientific publications from Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC). The journal publishes research findings at different aspect of forest tree seeds, include: seed sources development and management, reproductive biology, seed ecology and biology, seed handling technology, vegetative propagation technology, seed health, nursery technology, seed and seedling quality testing, seed policy and social economy.Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan publish twice a year in August and December.
Articles
126 Documents
IDENTIFIKASI DAN TEKNIK PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT BENIH PULAI (Alstonia scholaris)
Evayusvita Rustam;
Naning Yuniarti;
Tati Suharti
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 1, No 2 (2013): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/bptpth.2013.1.2.83-90
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan mengendalikan hama dan penyakit benih pulai yang terbawa dari lapangan. Identifikasi cendawan dilakukan dengan menginkubasi benih selama 7 hari, sedangkan untuk pengendalian terhadap hama dan penyakit benih diberi insektisida nabati dan kimia. Dari hasil identifikasi jenis cendawan pada benih pulai yaitu Aspergillus sp, Curvularia sp., Fusarium sp., Penicillium sp. dan Rhizopus sp. Persentase infeksi cendawan tertinggi pada benih pulai asal Nagrak (Aspergillus sp. sebesar 92%, Curvularia sp. 29% dan Fusarium sp. 21%), sedangkan persentase infeksi cendawan terendah pada benih pulai asal Jambi (Aspergillus sp. 2% dan Fusarium sp. 1%). Perlakuan terbaik yang dapat mengendalikan hama pada benih pulai adalah perlakuan yang diberi ekstrak daun suren dalam wadah plastik tertutup dan disimpan di ruang suhu kamar 270C selama 2 bulan. Pengendalian penyakit, terbaik pada benih adalah memberi bubuk kunyit ke dalam wadah plastik tertutup dan disimpan di lemari es 160C. Perlakuan tersebut menghasilkan daya kecambah masing-masing 70%.
POTENSI REGENERASI ALAMI SURIAN (Toona sinensis) MELALUI PENYIMPANAN BENIH DI TANAH
NFN Nurhasybi;
Dede Jajat Sudrajat
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 2, No 1 (2014): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/bptpth.2014.2.1.37-47
Rehabilitasi hutan dan lahan secara umum dilakukan dengan pola penanaman yang bergantung pada ketersediaan benih, perbanyakan tanaman dan penyiapan bibit di persemaian. Kondisi di alam memperlihatkan hutan dan lahan memperbaiki dirinya melalui benih yang tersimpan didalamnya, yang akan tumbuh apabila dormansinya terpatahkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi alami yang mampu mempertahankan viabilitas benih jenis pionir sesuai dengan karakteristik benih. Sasaran yang hendak dicapai adalah diketahuinya informasi daya simpan benih jenis surian ( Toona sinensis) di alam (bawah tegakan hutan dan tempat terbuka) pada kondisi mikro. Rancangan percobaan untuk pelaksanaan penelitian berupa rancangan acak lengkap pola faktorial meliputi faktor : (a) tapak (a1. di bawah tegakan dan a2. di tempat terbuka), (b) wadah simpan/ kemasan benih (b1. aluminium foil, b2. toples, b3. kain blacu, b4. kawat kasa) dan (c) Periode simpan (c1. 0, c2. 2, c3. 4, c4. 6, c5. 8, c6. 10 minggu). Parameter yang diamati adalah kadar air dan daya berkecambah. Hasil penelitian menunjukkan benih suren hanya dapat bertahan selama 4 minggu (daya berkecambah 46 %) dalam penyimpanan di tanah. Penyimpanan setelah melalui periode 2 minggu umumnya viabilitas benih mengalami penurunan sangat besar hingga mencapai 20 %. Benih suren memerlukan wadah simpan yang semi permeable. Fluktuasi kadar air benih suren bergerak dari kadar air awal 8 – 10 % hingga 38 – 40 %.
PENGARUH SIFAT FISIK MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH IBA PADA PERTUMBUHAN STEK KAYU BAWANG (Azadirachta excelsa L.)
NFN Danu;
Kurniawati Purwaka Putri
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 2, No 2 (2014): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1177.122 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2014.2.2.89-98
Kebutuhan bahan baku kayu dari tahun ke tahun semakin meningkat sementara produksi kayu semakin menurun. Tanaman kayu bawang (Azadirachta excelsa L.) merupakan jenis alternatif prioritas dalam pembangunan hutan tanaman penghasil kayu. Teknik perbanyakan secara vegetatif stek merupakan salah satu teknik yang dapat memperbanyak bibit bermutu secara masal dan tepat waktu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik perbanyakan vegetatif stek jenis kayu bawang. Media campuran serbuk sabut kelapa + sekam padi (2:1, v/v) memiliki kerapatan lindak rendah (0,19 g/cc) dan kesarangan yang tinggi (88,48 %). Media ini dengan menggunakan IBA 50 ppm dapat menghasilkan persen stek berakar tanaman kayu bawang sebesar 95% dengan jumlah akar 2 buah dan jumlah daun 2 helai.
KARAKTERISTIK PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN SERTA POTENSI REPRODUKSI WERU (ALBIZIA PROCERA) DI PANCURENDANG- MAJALENGKA
Dida Syamsuwida;
Dharmawati F Djam'an;
Sofwan Bustomi
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 3, No 1 (2015): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (596.67 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2015.3.1.21-30
Weru (Albizia procera)adalah tanaman Leguminosaeyang memiliki berbagai manfaat mulai dari kayu energi, daun untuk pakan ternak hingga peneduh pada perkebunan teh.Tujuan penelitian adalah memberikan informasi karakteristik pembungaan dan pembuahan serta potensireproduksinyasehingga waktu pemanenan yang tepat dapat diketahui danproduksi buah yang dihasilkan dapat diestimasi. Pengamatan dilaksanakan di Desa Pancurendang, Kabupaten Majalengka. Sebanyak 10 pohon sampel dipilih untuk pengamatan pembungaan dan masing-masing ditandai 5 cabang berbunga. Hasil pengamatan menunjukkan inisiasi bunga weru terjadi lebih dari 2 bulan, dengan siklus reproduksi tanaman berlangsung selama 7-8 bulan. Siklus diawali dengan munculnya tunas generatif pada bulan Februari, kemudian menjadi kuncup bunga pada bulan Maret dan bunga mekar bulan April. Perkembangan menjadi buah muda pada bulan Mei-Juni. Pemanenan buah dapat dilakukan pada bulan September-Oktober. Ratio bunga menjadi buah (fruit set) weru rata-rata 41%, seed set 85% dan keberhasilan reproduksi (KRSP) 35%.
Surian (Toona sinensis (A. Juss.) M. Roem.) Flowers: Morphology,Phenology, and Insects Visitors
Agus Astho Pramono;
Endah R Palupi;
Iskandar Zulkarnaen Siregar;
Cecep Kusmana
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 4, No 2 (2016): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (4288.335 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2016.4.2.67-79
Efforts to improve the productivity of a seed source require a deep understanding of reproductive characteristics and environmental factors that affect the seed production. This study aimed to investigate the characteristics of reproduction which include 1) the characteristics of flower morphology and phenology, and 2) the identification of flower visitors of surian. Studies conducted in the smallholder forest in Sumedang, West Java. Surian flowers were compound flower that arranged in panicles shape.When a flower blooms, petals do not open fully, formed like a tube. Male flowers are smaller than female flowers and never bloom, and the male flowers fall first. Branching patterns of surian flower panicle is thyrses, and flowers bloom not simultaneously. The development of flower from buds to bloom takes approximately 12 days, the flowers bloom 1-3 days, development of fruit until ripe takes 5-5.5 months. It is found 12 species of insects visiting flowers, 11 species are considered very small. Insects those are found in large quantities were Thrips and three species of Nitidulidae.
The Type of Dormancy and Pre Treatment for Breaking Dormancy of Balsa (Ochroma bicolor ROWLEE) Seed
Muhammad Zanzibar
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 5, No 1 (2017): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (626.59 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2017.5.1.51-60
One of the determinants of the success of germination is when the dormancy inhibiting factor in the seed has been controlled. When experiencing dormancy symptoms then before germination need to do preliminary treatment. This study aims to determine the type of dormancy and pretreatment for breaking the dormancy of balsa seeds.The experimental design used was a complete randomized design (RAL). The observed variables were germination capacity (GC), mean days germination (MDG) and germination value es (GV). The preliminary treatment used included the use of 80 oC hot water, the use of water with room temperature 27 oC, giberalin acid (GA3), hydrogen peroxide (H2O2), and without treatment (control). The results show that the dormant type of balsa seed is a combination of external dormancy (skin hardness) and internal dormancy (embryo). The best preliminary treatment was obtained on soaking the seeds in GA3 (75 ppm) for 24 hours.
Application Arbuscular Mycorrhizal Fungi on Desmodium ovalifolium in Post mining Soil
Sri Muryati;
Irdika Mansur;
Sri Wilarso Budi
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 5, No 1 (2017): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (849.867 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2017.5.1.35-50
Mining activities results on environmental degradation and finally on ecosystem damage. Legume cover crop forming symbiosis with beneficial soil microorganism is widely well known to be used for degraded land reclamation such as in post mining area. Desmodium spp. is one of legume cover crop forming symbiosis with arbuscular mycorrhizal fungi (AMF) and rhizobium symbiosis. This study aimed to analyse the growth respond D. ovalifolium that has inoculated AMF from rhizosfer of 4 types of Desmodium spp. There were two factors that are AMF inoculation and media treatment, were applied: with or without inoculation of AMF, and with or without applications of compost. Inoculation of AMF and compost application increased height of O. sumatrana two week after planting (WAP). Single inoculation of AMF into desmodium spp. improved height variables of stem significantly, total biomass, sprout biomass, and number of postule roots as well. Combination of compost and post mining soil had the highest increased in height 2 WAP and roots biomass of Desmodium spp. This research implies that AMF application is an important key for effective methods in improving plant grow in post mining area.
Seed Germination of Pericopsis mooniana Thw. Based on Color and Scarification Techniques
NFN Suhartati;
Didin Alfaizin
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 5, No 2 (2017): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (607.405 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2017.5.2.115-124
Pericopsis mooniana Thw has a hard seed coat, making it difficult to germinate. This type of seed needs of seed selection and scarification to speed up the germination process, in order to produce a high germination and good seedling. The study aims to increase the value of germination of P. mooniana seed through seed selection based on seed color and scarification techniques. Experimental design used was completely randomized design (CRD) with two factors and three replications. The first factor is seed color (W0 = no selected seeds, W1 = yellowish seeds and W2 = brownish seeds). The second factor is scarification seeds (S0 = without soaked, S1 = soaked in cold water for 24 hours, S2 = soaked in hot water (800C) for 24 hours and S3 = soaked in sulphuric acid/H2SO4 (0.1 M) for 20 minutes. Parameters observed were first time of germination, speed of germination and germination percentage. This study was conducted at the greenhouse, Forestry Research Institute of Makassar in July - August 2015. The result of study showed that yellowish seeds and brownish seed can shortened the time of first germination and increased the germination speed by using scarification technique of seed soaking in hot water to increase germination rate up to 76%.
PENGARUH NAUNGAN, ZAT PENGATUR TUMBUH , DAN TANAMAN INDUK TERHADAP PERAKARAN STEK JABON (Anthocephaus cadamba)
Agus Astho Pramono;
Nurmawati Siregar
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 3, No 2 (2015): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20886/bptpth.2015.3.2.101-113
Teknologi pembiakan vegetatif perlu dikuasai dalam perbanyakan masal terhadap klon terseleksi yang akan meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi hutan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas naungan, dosis IBA dan tanaman induk terhadap perakaran stek jabon. Intensitas naungan yang diuji adalah: tanpa naungan, naungan (25%), dan dosis IBA yang diuji adalah: 0 ppm, 750 ppm, 1500 ppm, dan 3000 ppm. Asal tanaman induk yaitu: bibit berasal dari biakan stek, dan bibit berasal dari biakan biji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan IBA dari konsentrasi 0 sampai 3000 ppm tidak berpengaruh secara nyata terhadap kualitas perakaran stek jabon. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap perkaran stek adalah perlakuan naungan. Perlakuan naungan mampu meningkatkan kualitas perkaran stek jabon. Stek yang ditanam pada media dengan naungan 25% mampu meningkatkan keberhasilan hidup stek dari 57,5% menjadi 74,38% dan nilai panjang akar meningkat dari 9,75 cm menjadi 16,37 cm. Pucuk jabon dari bibit yang dibiakkan secara stek mampu meningkatkan keberhasilan stek dibandingkan dengan pucuk dari bibit biakan generatif.
PENGARUH BEBERAPA JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP PERTUMBUHAN STEK BATANG BIDARA LAUT (Strychnos ligustrina Bl)
Anita Apriliani Dwi Rahayu;
Septiantina Dyah Riendriasari
Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 4, No 1 (2016): Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan
Publisher : Forest Tree Seed Technology Research & Development Center (FTSTRDC)/ Balai Penelitian dan
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (524.786 KB)
|
DOI: 10.20886/bptpth.2016.4.1.25-31
Bidara laut (Strychnos ligustrina Bl.) dikenal sebagai tanaman obat yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti diabetes, malaria, pegal linu dll. Nilai ekonomi kayu bidara laut sebagai bahan baku obat tradisional menyebabkan eksploitasi yang berlebihan di dalam kawasan hutan. Hal ini dikhawatirkan dapat menyebabkan terjadinya kelangkaan di alam. Teknik perbanyakan bidara laut yang tepat sampai saat ini belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis zat pengatur tumbuh yang terbaik untuk pertumbuhan stek batang S. ligustrina. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan Zat Pengatur Tumbuh: kontrol/tanpa ZPT (Z0), NAA 100 ppm (Z1), IBA 100 ppm (Z2), NAA + IBA (50:50 ppm) (Z3), dan air kelapa 100% (Z4). Parameter yang diamati meliputi persen stek bertunas, jumlah tunas per stek dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat umur stek 4 bulan setelah tanam, perlakuan zat pengatur tumbuh tidak berpengaruh nyata terhadap persen bertunas, jumlah tunas dan panjang akar. Persen bertunas stek batang terbaik ditunjukkan perlakuan Z4 (air kelapa 100%) yaitu sebesar 46,67%, jumlah tunas terbanyak dan panjang akar terbaik ditunjukkan perlakuan Z0 (tanpa ZPT) yaitu 2,22 tunas dan 9 cm.