cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Studi Komunikasi dan Media
ISSN : 19785003     EISSN : 24076015     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 207 Documents
TALK SHOWISU PUBLIK DI TELEVISI DAN DINAMIKA DEMOKRASI Udi Rusadi
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 16, No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (94.119 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2012.160105

Abstract

This article describes the audience responses to the role of television talk show participants and their implications for the dynamics of democracy. The article is written based on a audience survey to the talk  show  Apa  khabar  Indonesia Malam in  TVone.  Survey  is  conducted in the city  of  Banjarmasin, South Kalimantan. The research findings show, guestoften emphaisizing self-interest and group and often  to  give  emotional  statement.  Host  has  demonstrated  its  role  as  a  moderator  as  well  as provocateur, trying to dig up and dvelop the conflict as a commodity of media content. Under these conditions confirmed the view that the public sphere as a pillar of democratic played hard by mass media.  Artikel  ini  menggambarkan  tanggapan  khalayak  terhadap   peran  partisipan  talk  show  televisi  dan implikasinya terhadap dinamika demokrasi. Tulisan didasarkan pada hasil survey tanggapan penonton terhadap  talk  show Apa  khabar  Indonesia  Malam  di  TVone.  Lokasi  survey di  wilayah  kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Temuan penelitian  menunjukkan, nara sumber  talk showdirespon penonton  sering  menonjolkan  kepentingan  diri  dan  kelompoknya  serta  pernyataannya  sering emosional.  Host telah  menunjukkan  peranannya  sebagai  moderator  sekaligus  provokator,  berusaha menggali  konflik  sebagai  komoditas  isi  media.  Kondisi  tersebut  mengukuhkan  pandangan  bahwa public spheresebagai pilar demokrasi sulit diperankan media massa.
POLA PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)DI LINGKUNGAN MASYARAKATPEDESAAN (Survei pada Komunitas Anggota Penerima PNPM Provinsi Jambi) Bambang Sunarwan
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 2 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.859 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2013.170203

Abstract

Internet sudah eksis di pedesaan melalui program-program pemerintah seperti PLIK, CAP dan MPLIK.Melalui survey pada Komunitas yang menjadi anggota penerima Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)di Provinsi Jambi yang berbasiskan pada konsep aktifitas dalam dimensi pertama (orientasi khalayak) menurut Levy dan Windahl dalam konteks pengembangan konsep uses pada model teori uses and gratification, penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) hasil penelitian ini secara umum kembali menguatkan kebenaran asumsi-asumsi konsep uses dalam model teori uses and gratification; 2) adanya aktifitas ekonomi responden pada dimensi selektifitas dalam aktifitas penggunaan internet menguatkan kebenaran asumsi bahwa ICT itu berhubungan dengan masalah ekonomi; 3) kurangnya partisipasi anggota PNPM dalam menggunakan internet berkaitan dengan lemahnya kesadaran anggota terhadap eksistensi program PNPM itu sendiri, disamping juga masih relatif lemahnya kadar literasi ICT anggota dan lingkungan domisili mereka yang juga masih belum terfasilitasi akses internet. 
AKTIFITAS KOMUNIKASI MASYARAKAT MELALUI SITUS JEJARING SOSIAL Yuli Hartono
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 15, No 2 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.081 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2011.150202

Abstract

With the phenomenal background, activity of a members in public communication through the use of internet in social networking sites. This study focuses in the problem of how communication community activity through social networking sites. With survey refers to activity concept by Levy Katz, and uses concept by Gurevitch and Hass, the research results shows that: variety of custom activities communication in community member when online, through social networking sites, covering 16 different activities.  The quantity of activity  cover most of the seven types of activities, includes: "dating with friends"; "to see other people's profiles"; "commenting on statements of others in the site"; "convey a steam"; "find old friends"; "invite / accept other people to be friends "and" upload own photos ". The direction of communication activities via social networking site accounts, have variation, includes four types of guidance. The most direct target by respondent is 'every person' who can access throught social networking sites. Respondent prepare a lot of alternatives as  a modus of communication activities thorugh social networking sites, but without making one modus that dominate the activity.  Dengan latar belakang fenomenalnya aktifitas komunikasi anggota masyarakat melalui penggunaan situs jejaring sosial dalam medium internet, penelitian ini terfokus pada permasalahan bagaimana Aktifitas Komunikasi masyarakat melalui situs jejaring sosial. Dengan survey yang mengacu pada konsep aktiftitas Levy dan konsep penggunaan Katz, Gurevitch dan Hass, penelitian menunjukkan bahwa : ragam kebiasaan beraktifitas komunikasi anggota masyarakat saat online melalui situs jejaring sosial, meliputi 16 jenis aktifitas. Kuantitas aktifitas paling banyak yaitu mencakup tujuh jenis aktifitas meliputi : "dating dengan teman"; "melihat-lihat profil orang lain"; "mengomentari pernyataan orang lain dalam situs"; "menyampaikan uneg-uneg"; "mencari teman lama"; "mengundang/menerima orang lain jadi teman"; dan "upload foto diri sendiri". Arah aktifitas komunikasi melalui akun situs jejaring sosial itu memiliki variasi yang meliputi empat jenis pengarahan. Sasaran yang paling banyak diarahkan responden adalah ’setiap orang’ yang dapat mengakses situs jejaring sosial. Responden menyiapkan banyak alternatif sebagai modus untuk beraktifitas komunikasi melalui situs jejaring sosial namun tanpa menjadikan salah satu moduspun yang mendominasi mereka untuk beraktifitas. 
Literasi Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) masyarakat desa pantai, Survai di Desa Kota Bengkulu, Pangkal Pinang, Jakarta Sudji Siswanto
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 16, No 2 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.398 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2012.160201

Abstract

Convergence  of  Communications  and  Information  Technology  support  the  realization  of  the information  society  as  planned  by  WSIS  signatories, including  Indonesia.  WSIS  planned  the realization of ICT literacy at 50% of the world population by 2015 and 100% by 2025. This paper will present  the  results  of  research  about  computer  literacy  in  rural  coastal  communities.  The  research location selection was related to an attempt to make them as part of the global information society. This study was based on positivistic paradigm with  quantitative approach through survey methods in the province of DKI Jakarta, Bangka Belitung, and Bengkulu. The results of this study can be stated asfollows. Minor variables indicate that respondents  tend to have computer independent literacy skills. But particularly, it appears that the respondents in the coastal village of Bengkulu is far superior than other locations. Overall analysis of computer literacy showed that respondents who were more selfsufficient ability already prevalent in Bengkulu than two other locations. The same symptoms appears when it is viewed on the respondents who have not self-contained, Bengkulu province was also seen far  less  than  other  two  locations,  especially  Bangka  Belitung  province  which  dominated  by respondents that are not self-sufficient.  Konvergensi  Teknologi  Komunikasi  dan  Informasi  mendukung  upaya  mewujudkan  masyarakat informasi  (sesuatu  yang  dicanangkan  negara  penandatangan  WSIS  termasuk  Indonesia).  WSIS menyanangkan, terwujudnya ICT literasi pada 50% penduduk dunia pada tahun 2015 dan 100% pada tahun  2025.  Tulisan  ini  akan  memaparkan  hasil  penelitian  tentang  tingkat  literasi  komputer  di lingkungan  masyarakat  pedesaan  pantai.  Pemilihan  lokasi  penelitian  ini  terkait  dengan  upaya  untuk menjadikannya  sebagai  bagian  dari  masyarakat  informasi  global.  Penelitian  ini  dilaksanakan berdasarkan paradigma positivistik dengan pendekatan kuantitatif melalui metode survey di provinsi DKI Jakarta, Bangka Belitung dan Provinsi Bengkulu.Hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut.  Variabel  minor  menunjukkan  bahwa  literasi  komputer  responden  cenderung  memiliki kemampuan  yang  sifatnya  mandiri.  Namun  secara  khusus  tampak  bahwa  responden  di  desa  pantai Bengkulu  itu  jauh  lebih  unggul  jika  dibandingkan  dua  lokasi  lainnya.  Analisis  secara  keseluruhan terhadap  fenomena  literasi  komputer  menunjukkan  bahwa  responden  yang  kemampuannya  sudah mandiri itu lebih  menonjol  terjadi  di  lokasi  Bengkulu jika  dibandingkan  dengan  dua  lokasi lainnya. Gejala yang cenderung sama juga tampak jika ditinjau pada kalangan responden yang belum mandiri. Lokasi  Bengkulu  itu  juga  terlihat  jauh  lebih  sedikit  jika  dibandingkan  dengan  dua  lokasi  lainnya, terutama  dengan  lokasi  Bangka  Belitung  yang  dominan respondennya  memang  dari  kalangan responden yang belum mandiri.
MEDIA SOSIAL: ANTARA KEBEBASAN DAN EKSPLOITASI Karman Karman
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 1 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.289 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180104

Abstract

   ABSTRACTCommunication technology has contributed to any social change, from printing press, to internet which include social media. The Internet presence plays an important role in social events such as Revolution in Egypt, Arabic Spring in Middle east. In Indonesia, social media creates social cohesion as seen in the conflict between Corruption Eradication Commission of Indonesia (KPK) versus National Police or case of "Gecko vs Crocodile", and "Coins for Prita ". This paper will discuss the social media phenomenon and explain who get the most benefit from it. The results shows that participants feel having the freedom to participate in public space, circulate media content, and establish friendships. Actually, what happens in social media  is exploitation by the conglomerates to media users. Participating in social networking media such as uploading of video, audio or article is like the unpaid workers. Social networking media owners benefit from the ads. instead. Youtube benefits from advertisers, and facebook and other social media do too. Contrarily, users do not realize that their activities are part of the elite media economic interests. Furthermore, in cyberspace, there is panoptic surveillance: participants are being monitored by the media, although they do not perceive it. Keywords : Social Media; participation; panopticon ABSTRAKTeknologi komunikasi memiliki andil dalam setiap perubahan sosial, dari mulai lahirnya mesin cetak, radio, televisi, sampai internet yang di dalamnya terdapat aplikasi media sosial. Hadirnya internet memainkan peran penting dalam peristiwa sosial seperti di Mesir, peristiwa Arabic Spring. Di Indonesia, media sosial menciptakan kohesivitas sosial seperti nampak dalam peristiwa “Cicak & Buaya”, “koin untuk Prita”. Tulisan ini akan membahas fenomena media sosial serta menjelaskan siapa yang paling banyak diuntungkan dari penggunaan media sosial. Hasil diskusi menunjukkan bahwa partisipan merasa memiliki kebebasan dalam berpartisipasi dalam ruang publik, serta bisa menjalin hubungan pertemanan, bebas melakukan aktivitas sirkulasi konten media. Di balik itu semua, yang terjadi sebenarnya adalah partisipan dieksploitasi oleh para konglomerat yang menggunakan media baru, jejaring sosial untuk tujuannya ekonomi. Aktivitas partisipan dalam jejaring sosial seperti megunggah video, audio atau artikel tidak ubahnya seperti pekerja, buruh yang tidak dibayar. Sebaliknya pemilik media jejaring sosial mendapat keuntungan dari iklan yang masuk. Youtube mendapat keuntungan dari para pengiklan, begitu juga facebook, dan media sosial lainya. Ironisya para pengguna tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan merupakan bagian dari kepentingan ekonomi elit media. Selain itu, di dunia maya terjadi pengawasan model panoptic : partisipan selalu diawasi oleh media walaupun tidak merasa diawasi. Kata-Kata Kunci : Media Sosial; partisipasi; panopticon
AKTIFITAS EKONOMI MASYARAKAT MELALUI INTERNET Hasyim Ali Imran
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.74 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180201

Abstract

The case of this research is phenomenon of activities in online shopping site in Karang Taruna. By harnessing the concept uses of theory uses and gratification introduced by Katz, Gurevitch and Hass, and the concept of activity by Levy, this research (by survey method) studies about that phenomenon through three dimension: kinds of media;media exposure; and media content. Those dimensions become a base in the making of this research questionairre. This shows the versality of audience reaction towards online shopping sites. This is an empiric evidence that audiences actively use media. They are stubborn active selectors. This fact supports the truth of assumption in uses and gratification model. Alvin Tofler’s Assumption about society in information era is not always correct. The truth of this assumption depends on how the audiencesuse the media. That the audience in this research are generally consumers in the process of online shopping, become an indication to challenge Alvin Tovfler’s assumption. On the contrary, audience which are as “owners of economic resources”or “producers” in the process of transaction, supports the truth of Alvin Tofler’s one. In Toffler, this minor group is the “counquerer of the world”. Mengambil kasus terkait fenomena aktifitas bisnis melalui Online Shopping Sites pada pengrus karang taruna, maka dengan berbasiskan konsep uses dalam model theory uses and gratification dari Katz, Gurevitch dan Hass serta konsep aktifitas Levy, penelitian bermetode survai ini menelaah fenomena tadi melalui tiga dimensi : Jenis Media; Terpaan Media; dan Isi Media. Substansi dimensi dimaksud selanjutnya menjadi dasar pembuatan kuesioner atas sejumlah pertanyaan utama penelitian. Dari hasil diskusi hasil penelitian kiranya itu memperlihatkan ragam reaksi audience dalam memperlakukan Online Shopping Sites. Fenomena audience ini menjadi bukti empirik kalau audience memang aktif terkait penggunaan media. Mereka sebagai active selector yang stubborn dan ini kembali menegaskan kebenaran asumsi yang dikemukakan dalam model teori uses and gratification.;-Asumsi Alvin Tovfler mengenai masyarakat era informasi berindikasi masih belum sepenuhnya benar.;-Kebenaran asumsi ini tampaknya tergantung pada bagaimana audience itu memperlakukan media itu sendiri. Audience yang dalam penelitian ini dominannya berposisi sebagai konsumen dalam tahap transaksi Online Shopping, dapat menjadi indikasi yang menolak kebenaran asumsi Alvin Tovfler tadi. Sementara adience yang relatif minim berposisi “Sebagai Pemilik Sumber-sumber Ekonomi” atau “Sebagai Produsen” dalam transaksi tadi, tentunya pula dapat menjadi pendukung bagi kebenaran asumsi Alvin Tovfler. Dalam bahasa Tovler, kalangan minoritas inilah yang ” menguasai dunia”.
LITERASI INTERNET APARATUR PEMERINTAH (Survei Aparat Pemerintah di Lingkungan Pemda Kabupaten Seram Bagian Barat, Propinsi Maluku) Muhammad Rustam
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.008 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180205

Abstract

Backgroud of this research is about the relationship between Information and Communication Technology and the chenge of current government system. This research questions government official’s internet literacy in relation to implementation of the governance system. This research shows that :1) Government official’s internet literacy is low; 2) Accordingly, it suggests that government officials are not ready to take role as officials working in governance system. In order to have an adaptability toward goverment system change, ICT literacy of government officials should be empowered specially in term of e-litercy. Key words : Internet Literacy; government official; governance.Dengan berlatarbelakangkan fenomena perkembangan ICT (Information and Communication Tekhnology) dalam kaitannya dengan perubahan sistem pemerintahan saat ini, penelitian ini mempertanyakan persoalan literasi internet aparat pemerintah dalam kaitan penerapan sistem pemerintahan berbasis konsep governance. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan : 1) Kadar literasi internet aparat pemerintah umumnya cenderung masih belum memadai; 2) Sehubungan kadar literasi internet itu cenderung masih belum memadai pada umumnya, ini berindikasi kalau para aparatur itu belum siap memerankan diri sebagai aparat yang bekerja dalam sistem pemerintahan berbasiskan konsep governance. Guna kepentingan adaptasi aparatur terhadap perubahan sistem pemerintahan, kiranya dianggap perlu dilakukan kegiatan-kegiatan sejenis empowering terkait upaya peningkatan kadar ICT literacy, khususnya tentu menyangkut i-litercy. Kata-kata kunci : Literasi Internet; aparat pemerintah.
MASYARAKAT DESA, INTERNET DAN PENINGKATAN EKONOMI (Survai Komunitas PNPM di Jambi, Bengkulu, Babel) Ari Cahyo Nugroho
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.042 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180202

Abstract

Villagers become one of the main targets in term of building the information society. This research case is receiveres of National Programs for Community Empowerment in province of Jambi, Bengkulu, and Babel. By surveying 373 respondents determined by proportional random sampling, it shows that the usage pattern in the selectivity dimension (media content, media type, media exposure) is various. Their economy status is in low-level. They do not have information communication technology gadgets. This findings explain that they are not literate since of pracondition of PNPM itself, for example savings-and-loan program in village. In the observation, it shows that PNPM activities is so coordinative that individuals must not access internet. Statistic test shows that there is significant relationship between variable of internet usage pattern with economic status. But, the relationship is two tail.Dengan latar belakang desa menjadi salah satu target utama dalam upaya mewujudkan masyarakat informasi, penelitian menjadikan komunitas penerima program PNPM sebagai kasus di tiga provinsi (Jambi, Bengkulu dan Babel). Dengan metode survai terhadap 373 responden yang ditetapkan dengan teknik simple random sampling proportional, temuan memperlihatkan, dari segi pola penggunan menurut segi dimensi selektifitas; baik dari sisi menyangkut isi media yang diseleksi; Jenis media; dan terpaan media, polanya terjadi secara beragam. Tingkat ekonomi mereka dari ukuran kepemilikan barang, umumnya cenderung masih relatif rendah. Dalam kaitan barang yang berkaitan dengan produk TIK, kebanyakan mereka masih belum memilikinya. Secara praktis, gambaran dari temuan penelitian ini, bisa pula menjelaskan bahwa anggota komunitas penerima langsung program PNPM itu pada umumnya tampak masih cenderung tidak akrab dengan dunia ICT. Beberapa hal yang mungkin jadi penyebab kondisi tersebut, diantaranya faktor prakondisi program PNPM itu sendiri. Misalnya terkait dengan program simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan. Dari hasil observasi, dalam program ini, kegiatannya koordinatif sehingga memang tidak membuat setiap individu penerima itu harus mengakses internet. Dari hasil analisis uji statistik memperlihatkan bahwa memang ada hubungan yang signifikan antara variabel pola penggunaan internet dengan tingkat ekonomi. Namun signifikansi hubungan itu bersifat dua arah (two tail).  
RADIO SIARAN DAN KHALAYAK (Survei Masyarakat Kota Merauke Terkait Radio PRO 2 FM RRI Merauke) Rukman Pala
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.581 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180207

Abstract

ABSTRACTThe background of this research is the phenomenon of FM usage by radio industries in Indonesia.This research focuses on Radio PRO 2 FM RRI in Merauke. This one triesto focus on audience in Merauke district, that is Karang Indah village. The radio phenomenon is content of Radio programs in PRO 2 FM RRI in Merauke. The relationship with audience is about motivation and aspiration variables. By non-probability-sampling survey, this one shows that most of audiences are eager to listen to program of Pro 2 FM RRI in Merauke. But, respondents have a great aspiration to listen to Radio Pro 2 FM RRI. In the elaboration, it shows that those two variables are assumed to have a relationship. Statistically, the alpa value is 0, 05. Key words : Radio Program,; Audiences; Format; interest; Aspiration.ABSTRAKDilatar belakangi fenomena penggunaan saluran FM oleh industri radio siaran di Indonesia, penelitian ini difokuskan pada fenomena praktik Radio PRO 2 FM RRI Merauke. Dalam pemfokusan tersebut, penelitian ini mencoba mengaitkannya dengan khalayak di salah satu kelurahan di distrik Merauke, yaitu Kelurahan Karang Indah. Fenomena radio yang jadi fokus studi yaitu menyangkut program isi siaranRadio PRO 2 FM RRI Merauke. Keterkaitannya dengan khalayak terbatas menyangkut fenomena variabel minat dengar dan variabel aspirasi. Melalui metode survey non probability sampling, temuan menunjukkan bahwa sebagian besar responden berminat dengar kecil terhadap siaran Pro 2 FM RRI Merauke. Namun responden itu banyak yang beraspirasi besarterhadap Radio Pro 2 FM RRI. Hasil elaborasi mengenai variabel minat dengar dengan variabel aspirasi yang diasumsikan ada keterkaitannya, secara statistik memang terdapat signifikansi pada alpa 0,05. Kata-kata kunci : Radio siaran ; khalayak; format; minat ; aspirasi.
DOMINASI WACANA ANTI-POLITIK BARAT PADA MEDIA-MUSLIM REVIVALIS (Analisis Wacana Model Teun Van Dijk Tabloid Media Umat Edisi Pemilu 2014) Karman Karman
Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media
Publisher : BPSDMP Kominfo Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.156 KB) | DOI: 10.31445/jskm.2014.180208

Abstract

Indonesia as a democratic country has conducted general elections since 1955. Democracy originating from Greece has globalized. In other word, it becomes grand narratives. In Indonesia, muslim media responds democracy differently. Some media denies it because of spirit to implement islam totally (revivalism). Media Umat tabloid is a media which voice discourse of ant-western politic (anti-democracy). This article dealts with how media delegitimize democracy as product of the West, and what the reasons media delegitimize it. This discourse analysis harnesses analysis model introduced by Teun Van Dijk. This one focuses on textual structure. This research shows that Media Umat Tabloid focuses to delegitimize political parties because of their inability to make an improvement for Indonesia. According to Media Umat, The root cause is secularism & capitalism. The argumentation to delegitimize based on two different contexs. First, performance of political and legal institutions do not make an improvement and welfare. Oppositely, they do corruptive actions. Democracy tends to be on the side of capitalist and only and brings about demagogue. Second, delegitimzation on the basis of theological argument that democracy is incompatible with Islamic canon (syari’ah). Indonesia sebagai negara demokratis sudah menyelenggarakan proses pemilihan umum. Demokrasi yang berasal dari bangsa Yunani kini menjadi sistem yang mendunia, grand narratives. Di Indonesia, konsep ini mendapat penolakan dari umat islam. Penolakan ini dikaitkan dengan semangat untuk kembali ke sistem Islam secara total (revivalisme). Tabloid Media Umat adalah media yang menyuarakan wacana anti-demokrasi. Tulisan ini akan membahas bagaimana wacana delegitimasi sistem demokrasi sebagai produk Barat dilakukan oleh media tersebut, dan bagaiama media ini melakukan delegitimasi demokrasi. Penelitian menggunakan analisis wacana model Van Dijk yang fokus pada analisis struktur teks. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa Tabloid MU mendelegitimasi Partai politik yang dinilai tidak akan menciptakan kemajuan dan menyelesaikan persoalan bangsa. Sebab, akarnya terletak pada sistem yang sekuler dan kapitalistik. Delegitimasi demokrasi didasarkan pada dua konteks yang berbeda. Pertama, kinerja lembaga politik dan hukum tidak mampu memberikan kemajuan dan kesejahteraan tapi malah berbuat korup. Demokrasi selalu berpihak kepada pemilik modal, dan melahirkan para demagogue. Kedua, delegitimasi atas dasar teologis. Demokrasi tidak sesuai dengan hukum Islam.

Page 5 of 21 | Total Record : 207


Filter by Year

2011 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 28 No No. 2 (2024): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA (JSKM) Vol 28 No No 1 (2024): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA (JSKM) Vol 27 No 2 (2023): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA (JSKM) Vol 27 No 1 (2023): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 26 No 2 (2022): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 26 No 1 (2022): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 25, No 2 (2021): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 25, No 1 (2021): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 24, No 2 (2020): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 24, No 1 (2020): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 23, No 2 (2019): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 23, No 1 (2019): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 2 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 2 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 1 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 22, No 1 (2018): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 2 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 2 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 1 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 21, No 1 (2017): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 20, No 2 (2016): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 20, No 1 (2016): JURNAL STUDI KOMUNIKASI DAN MEDIA Vol 19, No 2 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 19, No 1 (2015): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 2 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 18, No 1 (2014): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 2 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 17, No 1 (2013): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 16, No 2 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 16, No 1 (2012): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 15, No 2 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan Media Vol 15, No 1 (2011): Jurnal Studi Komunikasi dan media More Issue