cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. serang,
Banten
INDONESIA
JURNAL INTEGRASI PROSES
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal integrasi proses (JIP) diterbitkan oleh Jurusan Teknik Kimia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dua kali dalam setahun. JIP menerima artikel dalam bidang teknik kimia berupa original research papers, reviewed papers dan short communications dari para peneliti, akademisi, industri dan praktisi.
Arjuna Subject : -
Articles 200 Documents
PROSES DELIGNIFIKASI MENGGUNAKAN NAOH DAN AMONIA (NH3) PADA TEMPURUNG KELAPA Ika Kurniaty; Ummul Habibah Hasyim; Devi Yustiana; Isnaini Fajriah M
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 4 DESEMBER 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1028.426 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i4.2546

Abstract

Kelapa adalah tanaman yang bernilai ekonomis tinggi, salah satu bagian dari kelapa dapat diolah menjadi bahan baku alternatif adalah tempurung kelapa. Tempurung kelapa dianggap sebagai limbah yang mengandung lignoselulosa, kini dimanfaatkan untuk bahan baku industri pembuatan arang aktif atau karbon aktif, sampai bioetanol. Delignifikasi merupakan tahap awal atau proses pretreatment untuk memutuskan ikatan lignin pada selulosa dalam tempurung kelapa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsentrasi optimum NaOH yang menghasilkan kadar selulosa tertinggi pada proses pretreatment, mengetahui persentase kadar lignin, selulosa dan hemiselulosa sesudah pretreatment menggunakan NaOH dan NH3. Metode yang digunakan adalah proses delignifikasi dengan NaOH dan dilanjutkan menggunakan larutan NH3, kemudian dianalisis menggunakan metode Chesson untuk menghitung kadar lignin, selulosa dan hemiselulosa. Berdasarkan hasil data penelitian di dalam tempurung kelapa mengandung senyawa lignin, selulosa dan hemiselulosa yang diketahui melalui metode Chesson. Kandungan hemiselulosa optimum dihasilkan sebanyak 11% setelah melalui 2 tahap perlakuan adalah pada konsentrasi NaOH sebanyak 7% dan dengan larutan NH3 15%. Persentase kandungan selulosa optimum sebanyak 81% dengan penambahan konsentrasi NaOH 9%. Kandungan lignin sebesar 8% dapat terdegradasi akibat proses delignifikasi dengan pretreatment menggunakan NaOH sebanyak (5 dan 11)% dan NH3 15%.
DISTILASI EKSTRAKTIF PADA PEMISAHAN ASETON DAN METANOL Yansen Hartanto; Herry Santoso; Sandy Wijaya; Andrew Mardone
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 4 DESEMBER 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1408.227 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i4.2505

Abstract

Distilasi merupakan proses pemisahan yang banyak digunakan pada industri kimia. Akan tetapi pemisahan ini tidak bisa digunakan untuk campuran azeotropik. Untuk memisahkan campuran ini distilasi harus dimodifikasi dengan penambahan komponen lain (entrainer) seperti distilasi azeotropik heterogen dan distilasi ekstraktif. Selain itu distilasi juga bisa dilakukan dengan menggunakan dua tekanan yang berbeda seandainya titik azeotrop dipengaruhi oleh tekanan. Pada penelitian ini digunakan campuran aseton dan metanol di mana kedua komponen ini banyak dijumpai pada industri kimia karena banyak digunakan sebagai pelarut. Distilasi yang dikaji pada penelitian ini yaitu distilasi ekstraktif dan entrainer yang digunakan yaitu air. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan variabel desain yang optimum seperti jumlah tahap kolom distilasi, lokasi umpan masuk dan lokasi entrainer masuk menggunakan Aspen Plus. Fungsi objektif yang diminimumkan yaitu penjumlahan biaya kapital dan biaya operasi yang dikenal dengan Total Annual Cost (TAC). Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa kondisi optimum diperoleh saat jumlah tahap kolom distilasi pertama sebesar 70, umpan masuk pada tahap ke-61, dan entrainer masuk pada tahap ke-30. Sedangkan desain optimum kolom distilasi kedua yaitu jumlah tahap 26 dan umpan masuk pada tahap ke-13.Kata Kunci: distilasi, azeotropik, entrainer, TAC. 
PEMANFAATAN TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ASAM PHOSPAT MENGGUNAKAN PROSES BASAH DENGAN PELARUT HCL Rini Anggraenie; Tiara Daralia Utami; Ammar Muhaemin Haenur; Ari Susandy Sanjaya
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 3 JUNI 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (762.206 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i3.1746

Abstract

Asam phospat merupakan salah satu bahan kimia yang sangat diperlukan untuk pembuatan pupuk dan juga untuk keperluan laboratorium. Asam phospat dapat ditemukan pada bahan yang mengandung phospor terutama batuan dan dari tulang binatang. Pada penelitian kali ini digunakan bahan yang mengandung phospor yaitu limbah tulang ayam. Selain alasan tersebut, tulang ayam juga mudah didapatkan disekitar Universitas Mulawarman. Pembuatan asam phospat dapat dilakukan dengan dua proses yaitu proses basah dan proses tanur listrik (kering). Dalam penelitian ini, proses yang digunakan adalah proses basah, langkah awal yang dilakukan adalah proses pengeringan tulang ayam yang telah bersih dari daging dan sumsum kemudian digerus sampai menjadi serbuk berukuran 100 mesh kemudian mereaksikan serbuk tulang ayam menggunakan pelarut HCl. Variabel yang digunakan yaitu waktu dan konsentrasi HCl dimana variabel waktu yaitu 30, 60, 90,dan 120 menit digunakan pada saat memanaskan dan proses pengadukan didalam labu leher empat yang telah berisi serbuk tulang ayam 1 gram dan larutan HCl konsentrasi 5, 10, 15, dan20% yang diletakkan diatas hotplate. Hasil yang didapatkan dari percobaan ini yaitu pada waktu 120 menit dan konsentrasi HCl 20% didapatkan yield tertinggi yaitu 94,7333. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuktikan teori bahwa didalam tulang ayam mengandung komponen anorganik yaitu salah satunya phosfor yang dimana jika direaksikan dengan pelarut HCl akan menghasilkan asam phosfat kemudian untuk manfaat lainnya yaitu mengurangi masalah lingkungan.
PEMANFAATAN BONGGOL PISANG KEPOK (MUSA PARADISIACA L.) SEBAGAI BIOETANOL Novy Pralisa Putri; Dwi Widia Ningrum; Noviyanti Eka Prahana; Fika Dwi Oktavia
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 7 NOMOR 1 JUNI 2018
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (913.497 KB) | DOI: 10.36055/jip.v7i1.2569

Abstract

Pati bonggol pisang mempunyai potensi yang besar untuk diolah menjadi Bioetanol. Metode yang digunakan yaitu hidrolisis dan fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar etanol yang dihasilkan pada fermentasi bonggol pisang dengan menggunakan variasi penambahan volume enzim dan variasi waktu  proses dekstrinisasi maupun sakarifikasi pada proses hidolisis. Bonggol pisang yang telah diambil patinya kemudian dihidrolisis dengan menggunakan variasi penambahan volume enzim α-amilase dan glukoamilase dan variasi waktu pada proses dekstrinisasi maupun sakarifikasi lalu di fermentasi selama 7 hari. Bakteri yang digunakan pada proses fermentasi adalah Saccharomyces Cereviceae. Hasil yang diperoleh dari fermentasi dihitung densitasnya kemudian di konversi ke kadar etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar etanol tertinggi didapatkan dengan perlakuan waktu proses dekstrinisasi lebih lama dibandingkan proses sakarifikasi pada proses hidrolisis dengan variasi volume enzim α-amilase dan glukoamilase 1:1 (ml). Hubungan densitas dengan kadar etanol adalah berbanding terbalik dimana semakin kecil densitas maka semakin besar kadar etanol yang didapatkan.
REVIEW: SINTESIS KARBON AKTIF DENGAN MENGGUNAKAN AKTIVASI KIMIA ZnCL2 Hans Kristianto
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 3 JUNI 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.69 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i3.1031

Abstract

Karbon aktif merupakan material karbon yang berpori dengan luas permukaan yang besar sehingga banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Karbon aktif dapat disintesis dari batu bara antrasit atau pun bituminous, akan tetapi penggunaan biomassa sebagai bahan baku karbon aktif semakin banyak diteliti. Secara umum, pembuatan karbon aktif terdiri atas karbonisasi dan aktivasi secara fisika atau pun kimia. Pada review ini dibahas proses aktivasi kimia dengan menggunakan agen aktivasi ZnCl2. Dalam proses aktivasi, ZnCl2 berfungsi menginhibisi pembentukan tar, serta mendorong terjadinya aromatisasi sehingga menghasilkan produk karbon aktif yang berpori. Rasio ZnCl2 terhadap biomassa dan temperatur karbonisasi merupakan variabel yang berpengaruh terhadap luas permukaan karbon aktif yang diperoleh, sementara waktu karbonisasi cenderung tidak berpengaruh. Penelitian terbaru banyak berfokus pada eksplorasi penggunaan berbagai biomassa, penggunaan gelombang mikro sebagai pemanasan alternatif, serta penggunaan agen aktivasi pembantu dalam aktivasi karbon aktif. Pengambilan kembali agen aktivasi juga perlu diteliti lebih lanjut untuk menjamin sisi ekonomis proses pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia.
PENENTUAN KADAR KALIUM DALAM ABU TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAERAH TEPIAN LANGSAT KUTAI TIMUR DENGAN METODE EKSTRAKSI Ari Susandy Sanjaya; Juniar Arya Prajaka; Nur Aini; Tatang Hernas Soerawidjaja
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 7 NOMOR 1 JUNI 2018
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.056 KB) | DOI: 10.36055/jip.v7i1.2614

Abstract

Pemanfaatan abu sawit sebagai biomassa terbarukan dapat dilakukan dengan mengubah kalium yang terkandung di dalamnya menjadi pupuk kalium. Metode analisa untuk mengetahui suatu kandungan berupa mineral dalam suatu bahan tertentu dapat dilakukan dengan analisa melalui alat instrument maupun titrasi. Pada penelitian ini analisa yang dilakukan menggunakan metode titrasi yang selanjutnya dilakukan metode analisa untuk mengetahui kandungan kalium dalam abu sawit, tersebut, abu sawit terlebih dahulu diekstrak dengan merebus abu sawit dengan air dan disaring dengan penyaringan vacuum. Pada penelitian ini digunakan 2 jenis sampel abu, yaitu abu halus dan abu kasar Tandan Kosong Kelapa sawit (TKKS). Abu halus dan abu kasar pada sampel berasal dari daerah Tepian Langsat Kutai Timur. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi kandungan kalium dalam abu kelapa sawit seperti volume aquadest dan waktu perebusan yang bervariasi. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh kadar K2CO3 paling tinggi dalam abu sampel halus 1 yaitu sebesar 24.499 % dan pada sampel abu kasar yaitu sebesar 17.8508 %.
PENGARUH WAKTU KARBONISASI PADA ADSORBEN CANGKANG KACANG TANAH TERHADAP DEGRADASI ZAT WARNA METHYL VIOLET Wardalia Wardalia; Rusdi Rusdi
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 4 DESEMBER 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (954.197 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i4.2542

Abstract

Untuk meminimalkan jumlah zat warna methyl violet dalam limbah cair industri tekstil diperlukan sebuah proses pengolahan air dengan metode adsorpsi. Metode adsorpsi dapat dilakukan menggunakan media seperti  karbon aktif, zeolit dan adsorben lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan karakterisasi pada pembuatan adsorben dengan parameter waktu pemanasan serta pengujian kemampuan penjerapan dalam mendegradasi zat waran methyl violet. Penelitian ini diawali dengan pembuatan adsorben dengan waktu karbonisasi yang bervariasi yaitu 30, 60, 90, dan 120 menit dan diaktivasi secara kimiawi kemudian dilakukan pengujian dengan mengontakkan 1 gram adsorben cangkang kacang tanah berukuran 80 mesh dengan larutan methyl violet 100 ppm dengan pengadukan skala 5 selama 60 menit,. Dari penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa cangkang kacang tanah efektif untuk menjerap zat warna methyl violet dengan effisiensi maksimum sebesar 97,52 % dan konsentrasi akhir methyl violet mengalami penurunan dengan jumlah zat warna yang teradsorp sebesar 9,752 mg/g adsorben pada waktu karbonisasi 90 menit.
PRODUKSI ASAM SITRAT OLEH Aspergillus niger PADA KULTIVASI MEDIA CAIR Kirana Sanggrami Sasmitaloka
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 3 JUNI 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.965 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i3.1747

Abstract

Asam sitrat merupakan asam organik yang banyak digunakan dalam industri makanan, minuman, farmasi, kosmetik, pertanian, dan kimia. Asam sitrat dapat diproduksi melalui proses fermentasi mikroorganisme penghasil asam sitrat. Aspergilus niger merupakan salah satu mikroorganisme yang dapat digunakan pada proses produksi asam sitrat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses produksi asam sitrat oleh Aspergillus niger menggunakan kultivasi media cair. Pengamatan dilakukan terhadap pH, biomassa, gula sisa (substrat sisa), absorbansi, total asam dan rendemen (yield) yang dihasilkan. Sumber karbon yang digunakan adalah gula pasir, sedangkan sumber nitrogen yang digunakan adalah (NH4)2SO4. Hasil penelitian menunjukkan produksi asam sitrat maksimum sebesar 11,904 g/l pada hari ke-4, laju pertumbuhan spesifik maksimum sebesar 0,03 hari-1, Yp/x adalah 1,881 g asam sitrat/g biomassa, Yp/s adalah 1,881 g asam sitrat/ppm substrat, dan Yx/s adalah 0,016 g biomassa/ppm substrat.
KINETIKA KETALISASI GLISEROL DAN ASETON MENGGUNAKAN KATALISATOR PENUKAR ION Nuryoto, Nuryoto; Rochmat, Agus
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 7 NOMOR 1 JUNI 2018
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (24.439 KB) | DOI: 10.36055/jip.v7i1.3217

Abstract

Hasil samping produksi biodiesel berupa gliserol mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi produk turunnya yaitu solketal, melalui reaksi ketalisasi gliserol. Reaksi ketalisasi gliserol dengan aseton  merupakan reaksi dapat balik yang menghasilkan solketal, asetal, dan air. Pendekatan matematika diperlukan untuk memprediksi laju reaksi dan untuk  pengembangan serta operasional proses reaksi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari kinetika reaksi ketalisasi gliserol dengan aseton menggunakan  katalisator padat berupa katalisatot penukar ion dengan pendekatan beberapa model matematika berbasis penentuan konstanta kecepatan reaksi  dan kesetimbangan  reaksi. Percobaan dilakukan  dengan katalisator zeolit alam modernit dari Bayah, Indonesia dan amberlyst 15 dry menggunakan raektor batch  pada rentang suhu reaksi  30-60oC,  perbandingan pereaksi  1:1 - 8:1 mol aseton/mol gliserol, katalisator 9% massa gliserol, dan kecepatan pengadukan 800 rpm. Hasil percobaan menunjukan bahwa model  dengan penyimpangan  rerata  terkecil dihasilkan pada model Langmuir- Hinshelwood yaitu sebesar  1,31 % untuk katalisator zeolit alam modernit dan  2,22% untuk katalisator amberlyst 15 dry.
PEMODELAN DAN SIMULASI REAKSI DEGRADASI PARASETAMOL DENGAN KATALIS TiO2 I Gede Pandega Wiratama; Hendra Ronaldi; Herry Santoso
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 6 NOMOR 3 JUNI 2017
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1245.372 KB) | DOI: 10.36055/jip.v6i3.1328

Abstract

The objective of this experiment is to determine the model and the optimum condition of the photocatalytic degradation of paracetamol. Based on the mechanism of the process, the suggested kinetics models are pseudo homogenous model, First Unimolecular Catalytic Reaction model, and Second Unimolecular Catalytic Reaction model.The first step of this research is determining the model then estimating the parameters of the model. k and n for the pseudo homogenous model;  ksr, kads, kdes, KA, KP, KR,and KS for the First Unimolecular Catalytic Reaction and Second Unimolecular Catalytic Reaction model. The validation and simulation of the parameters are based on the results of experiments conducted in the study (Desale et al., 2013). Validation of the models are carried out under the variations of catalyst loading and pH. This research shows that Surface reaction of First Unimolecular Catalytic Reaction’s model fitted the best from the data and there is no pattern on the error. The simulation gives the optimum conditions at catalyst loading 1 g/L and pH 9. In this optimum conditions, the simulation of paracetamol degradation can reach 99.961% on the conversion.

Page 6 of 20 | Total Record : 200