cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota kendari,
Sulawesi tenggara
INDONESIA
JITRO (Jurnal Ilmiah dan Teknologi Peternakan Tropis)
Published by Universitas Halu Oleo
ISSN : 24067489     EISSN : 24069337     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis (JITRO) adalah jurnal ilmiah mempublikasikan hasil penelitian dan review bidang peternakan.
Arjuna Subject : -
Articles 19 Documents
Search results for , issue "Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari" : 19 Documents clear
Kualitas Fisik Daging Kambing Kacang Jantan Muda yang Diberi Rumput Lapang dan Tiga Level Konsentrat Marselinus Hambakodu; Luh Sri Enawati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.047 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5491

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian level konsentrat sebagai pakan suplemen terhadap kualitas fisik daging kambing yang meliputi susut masak, daya ikat air, keempukan dan pH. Penelitian ini menggunakan daging bagian otot Longisimus dorsi dan Bisef femoris dari 12 ekor kambing Kacang jantan muda berumur 6-8 bulan dengan berat badan awal 11,82 ± 1,29 kg (koefisien variasi 10,92%). Metode penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap 3 perlakuan dan 4 ulangan yaitu   R1 = rumput lapangan ad libitum + konsentrat 0,5% BB, R2 = rumput lapangan ad libitum + konsentrat 0,75% BB , R3 = rumput lapangan ad libitum  +  konsentrat 1% BB. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap susut masak, daya ikat air, keempukan dan pH. Pemberian konsentrat sebagai suplemen dengan level 0,5%; 0,75% dan 1% menghasilkan kualitas fisik daging (susut masak, daya ikat air, keempukan dan pH) yang relatif sama pada otot Longissimus dorsi dan Biceps femoris dari kambing Kacang jantan muda.Kata kunci: Kambing kacang jantan, konsentrat, sifat fisik daging.ABSTRACTThis study aims to determine the effect of level concentrate as a feed supplement on the physical quality of meat of Kacang male goat including cooking loss, water holding capacity, tenderness and pH. This research used meats the muscle section of Longissimus dorsi and Bicep femoris from 12 heads of young male Kacang goat aged 6-8 months with the initial body weight 11,89 ± 1,29 kg (variation coefficient 10,92%). The research method used completely randomized design with three treatments and four replicates, i.e.: R1 = native grass ad libitum + concentrates 0,5% BW, R2 = native grass ad libitum + concentrates 0,75% BW, R3 = native grass ad libitum + concentrates 1% BW. Statistical analysis showed that the treatment effect insignificant (p> 0.05) against cooking loss, water holding capacity, tenderness and pH. Giving of concentrate as a supplement to the level of 0,5%; 0,75% and 1% resulted in the physical quality of the meat (cooking loss, water holding capacity, tenderness and pH) were relatively similar to the muscle Longissimus dorsi and Biceps femoris of young male Kacang goats.Keywords: Male Kacang goat, concentrate, the physical quality of meat.
Pengaruh Injeksi Selenium dan Vitamin E pada Ayam Petelur Fase Molting (force molting) terhadap Performa Produksi Nur Saidah Said; Sulmiyati Sulmiyati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (151.186 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5616

Abstract

ABSTRAKMolting merupakan kejadian alami, tetapi ini dapat dilakukan secara buatan yang disebut dengan force molting. Pada saat ayam petelur mengalami fase molting maka tingkat stres menjadi tinggi. Setelah force molting, yaitu ketika bulu baru sudah tumbuh, ayam akan kembali bertelur meski jumlah produksinya tidak setinggi masa bertelur normal.Selenium dengan kombinasi vitamin E memperbaiki stres dan daya tahan terhadap penyakit sebagai hasilnya performa produksi dan reproduksi meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh injeksi Selenium dan Vitamin E pada ayam petelur fase molting (force molting) terhadap performa produksi. Hewan coba yang digunakan adalah ayam petelur strain isa brown berumur 80 minggu sebanyak 80 ekor yang dibagi menjadi 4 perlakuan dengan 20 ulangan yaitu P0 (0,3 ml PBS), P1 (0,3 ml), P2 (0,6 ml) dan P3 (0,9 ml). Injeksi selenium dan vitamin E menggunakan obat Introvit-E-Selen (Sodium-selenite 0.5 mg/ml dan tocopherol acetate 50.0 mg/ml) pada saat dilakukannya force molting.Penelitian dilakukan dengan mengukur konsumsi pakan,berat telur dankonversi pakan sebagai variabel performa produksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Sidik Ragam dan jika perlakuan berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan P2 (0,6 ml Introvit-E-Selen) memiliki pengaruh terhadap nilai konsumsi pakan, berat telur dan konversi pakan dengan rataan nilai 97,35±7,77a, 69,66±3,79a dan 1,40±0,13a. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian injeksi selenium dan vitamin E pada ayam petelur fase molting (force molting) memberi pengaruh yang nyata terhadap performa produksi.Kata kunci: force molting, performa produksi, selenium, vitamin EABSTRACT               Molting is a natural occurrence, but this can be induced artificially using the method called force molting. When laying hens experience molting phase, the stress level becomes high. After force molting, new feathers will grow and the chicken will lay eggs even though the production is not as high as the normal laying period. Selenium with a combination of vitamin E improves resistance to stress and diseases as a result of increased production and reproductive performance. The purpose of this study was to determine the effect of Selenium and Vitamin E injection on laying hens in force molting phase on production performance. The experiment used 80 hens of 80 weeks old Isa brown strain layers which were divided into 4 treatments with 20 replications; P0 (0.3 ml PBS), P1 (0.3 ml), P2 (0.6 ml) and P3 (0.9 ml). Type of injection used was Introvit-E-Selen (Sodium-selenite 0.5 mg/ml and tocopherol acetate 50.0 mg/ml) at force molting. The study was conducted by measuring feed consumption, egg weight and feed conversion for production performance variables. The data obtained were analyzed by Analysis of Variance, if the treatment was significant, then followed by Duncan test. The results showed that treatment P2 (0.6 ml Introvit-E-Selen) affected feed consumption, egg weight and feed conversion by average of 97.35 ± 7.77a, 69.66 ± 3.79a, and 1.40 ± 0.13a, respectively. This study concluded that injection of selenium and vitamin E in laying hens at molting (force molting) phase had a significant effect on production performance.Keywords: force molting, vitamin E, selenium, production performance
SNP Discovery of Chicken Liver with Divergent Unsaturated Fatty Acid using Next Generation RNA Sequencing Asep Gunawan; Mutasem Ali M. Abuzahra; Kasita Listyarini; Jakaria Jakaria; Cece Sumantri
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (182.625 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5807

Abstract

ABSTRAKRNA sequencing memberikan peluang baru untuk mendeteksi variasi SNP (Single Nucleotide Polymorphism) pada perbedaan jaringan dengan perbedaan fenotipe. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisisasi penemuan SNP terbaru terkait perbedaan asam lemak tak jenuh pada ayam dengan menggunakan RNA sequencing. Sebanyak 6 sampel dipilih dari 62 sampel masing-masing 3 sampel tinggi dan 3 sampel rendah  yang merepresentasikan perbedaan fenotip yang kontras terkait asam lemak tak jenuh dianalisis dengan menggunakan RNA Sequensing. Hasil identifikasi SNP memperlihatkan  sebanyak 1208 SNP pada sampel tinggi dan rendah setelah disejajarkan dengan genom ayam Gallus gallus (GGA) v4.0. Sekitar 91% dari total SNP yang ditemukan memiliki tingkat polimorfisme yang tinggi pada 5 gen yang ditemukan terkait asam lemak yaitu gen SCD, COL6A2, CYP2J2L4, HSD17B4, dan SLC23A3. Gen SCD, HSD17B4, dan SLC23A3 memiliki jumlah titik mutasi dengan jumlah yang paling tinggi masing-masing berturut-turut  18, 13, dan 12 SNP. Tingkat level signifikan yang tinggi dan peranan dari ketiga gen tersebut yang sangat penting terkait komposisi asam lemak mengindikasikan bahwa gen SCD, HSD17B4, dan SLC23A3 merupakan tiga gen baru dan potensial untuk digunakan sebagai penanda seleksi kandungan asam lemak tak jenuh tinggi. Namun, hasil penelitian ini perlu divalidasi dan dikonfirmasi sebagai potensial kandidat gen dalam jumlah ayam yang lebih besar dan breed yang berbeda.Kata kunci: asam lemak, ayam, RNA-Seq, variasi transkriptomikABSTRACTRNA sequencing (RNA-Seq) reveals new opportunity for identification  SNP discovery in different tissues with divergent phenotype. The objective of this study was to characterize SNP profile from divergent unsaturated fatty acids using RNA-Seq. Six liver samples were selected from 62 chicken which classified 3 high and 3 low unsaturated fatty acids were analyzed using RNA-Seq. The SNP identification showed 1208 SNPs in chicken samples and a large number of those corresponded to differences between high and low chicken genome assembly Gallus gallus (GGA) v4.0. Among them, about 91% of genes had multiple polymorphisms within 5 genes (SCD, COL6A2, CYP2J2L4, HSD17B4, and SLC23A3). The SCD, HSD17B4, and SLC23A3 contained the largest number of mutations with 18, 13, and 12 SNPs respectively. Combining the significant level of SNPs and gene function related with fatty acid composition  allow us to suggest SCD, SLC23A3, HSD17B4 as the three novel and promising candidate genes for selecting unsaturated fatty acids. However, further validation is required to confirm the effect of these candidate genes in larger chicken populations.Keywords: chicken, fatty acids, RNA-Seq, transcriptome variants
Kualitas Semen Cair Kambing Boer Berbahan Pengencer Air Kelapa Muda Varietas Viridis Setelah Simpan Dingin Muhammad Ade Salim; Muhammad Nur Ihsan; Nurul Isnaini; Trinil Susilawati
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.92 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5449

Abstract

ABSTRAKAir kelapa muda varietas viridisdapat dijadikan pengencer aletrnatif semen cair bagi program IB di daerah minim sarana semen beku. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh penggunaan air kelapa muda viridissebagai bahan pengencer terhadap kualitas semen cair kambing Boer setelah didinginkan. Dilaksanakanselama 3 bulan di Laboratorium Fakultas Peternakan UBUnit SumberSekar,Malang. Metodenya yaitu eksperimen. Semen dari  3 pejantan Boer umur 3-5 tahun, dikoleksi seminggu sekali dengan VB. Air kelapa mudaviridis umur 5-7 bulan serta tris aminomethane sebagai kontrol. Didesain menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 perlakuan yaitu P0 (tris aminomethane + 10% KT) dan  P1 (air kelapa muda viridis + 10% KT) masing-masing diulang 10 kali. Data dianalisis dengan analisis Ragam (Anova) dengan software Genstat 18. Variabelnya yaitu motilitas individu, viabilitas dan abnormalitas. Hasil penelitian yaitu motilitas individu pada P1bertahan sampai 4 hari (40,5± 24,3%), viabilitas terbaik sampai hari ke-5 (42±24,6%), abnormalitas terendah di hari ke-7(1,31± 0,6). Kesimpulannya, Pengencer air kelapa muda viridis dapat mempertahankan kualitas semen cair kambing Boer selama 4 hari untuk motilitas dan 5 hari untuk viabilitas.Kata Kunci:pengencer, air kelapa, varietas viridisABSTRACTYoung viridis coconut water could be used as an alternative to liquid semen diluent for artificial insemination program in the area with limited facility for frozen semen production. This study evaluated the use of young coconut water as a diluent on liquid semen quality of Boer goat after cold storage. This study was carried out for 3 months at Sumber Sekar Laboratory, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya, Malang. The semen was collected from 3 Boer bucks aged at 3 to 5 years old. The semen collection was done once a week with the aid of artificial vagina. The diluents used were young Viridis coconut (5 to 7 months old) and tris aminomethane. The method used was an experiment in a randomized block design with 2 treatments and 10 replicates. The treatments used were T0: tris aminomethane + 10% egg yolk (control) and T1:  young Viridis coconut water + 10% egg yolk. Data were analyzed by analysis of variance using Genstat 18 software. The variables measured were sperm individual motility, viability, and abnormality. The results showed that the sperm individual motility in T1 survived up to 4 days (40.5± 24.3%), the best viability at 5 days (42.0±24.6%),  while the lowest abnormality at 7 days (1.31±0.6). It could be concluded that: 1. Tris aminomethane diluent has higher quality with the storage length up to 9 days, 2. Young Viridis coconut water diluent could preserve liquid semen quality of Boer goat up to 4 days for sperm motility and 5 days for sperm viability.Keywords: diluents, coconut water, viridis variety
Evaluasi Kualitas dan Karakteristik Fermentasi Silase Kombinasi Stay Green Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) – Indigofera zolingeriana dengan Perberbedaan Komposisi Widhi Kurniawan; Teguh Wahyono; Natsir Sandiah; Hamdan Has; La Ode Nafiu; Astriana Napirah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (203.548 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5551

Abstract

 ABSTRAK Ketersediaan hijauan pakan ternak haruslah memenuhi aspek kuantitas, kualitas dan kontinyuitas. Teknologi pengawetan pakan dengan membuat silase berbahan tanaman pakan yang sesuai diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pakan tersebut. Sorgum memiliki potensi sebagai bahan silase yang baik namun perlu ditingkatkan kualitasnya dengan menambahkan hijauan yang tinggi kandungan protein kasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas dan karakteristik fermentasi silase kombinasi sorgum dan leguminosa. Penelitian ini dilakukan dengan mengkombinasikan Stay green dan Indigofera zolingeriana (100:0, 60:40, 50:50, dan 40:60%) sebagai bahan silase untuk dievaluasi pH, kandungan bahan kering (BK), bahan organik(BO), protein kasar (PK) dan Nilai Fleigh. Silase dibuat dalam silo ukuran 1 liter yang difermentasi selama 21 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meningkatnya persentase Indigofera zolingerianadalam silase meningkatkan pH silase, BK, dan PK silase. Peningkatan pH tersebut berakibat pada terjadinya proteolisis pada PK silase. Penggunaan Indigofera zolingeriana dalam silase kombinasi dengan sorgum Stay green pada persentase 40% masih memungkinkan untuk memperoleh silase kombinasi yang berkualitas baik (Nilai Fleigh 70,13) dan kandungan protein kasar mencapai 15,68%. Kualitas tersebut selanjutnya akan menurun apabila persentase Indigofera zolingeriana dinaikkan walaupun kandungan protein kasar meningkat.Kata Kunci: Silase, Kombinasi, Kualitas, Evaluasi, Nilai Fleigh.ABSTRACTFeed availability has to meet quantity, quality and continuity aspect. Feed preservation technology by making silage from suitable forage plants is expected to meet these needs. Sorghum has the potential as a good silage material but needs to be improved in quality by adding other forage which have high crude protein content. This study was aimed to evaluate the quality and characteristics fermentation of sorghum and legumecombination silage. This research was conducted by combining Stay greensorghum and Indigofera zolingeriana (100: 0, 60:40, 50:50, and 40: 60% combination) as silage material to be evaluated for pH, dry matter content (DM), organic matter (OM), crude protein (CP) and Fleighpoint. Silage was made in 1 liter size silos which are fermented for 21 days. The results showed that the increasing percentage of Indigofera zolingeriana in silage could increase silage, pH, DM, and CP silage. The increase in pH resulted in proteolysis of silage protein. The added of Indigofera zolingeriana in silage combination at 40% was still possible to obtain good quality silage (Fleighpoint 70.13) and reaching 15.68% of silage CP content. The silage quality was decrease if the percentage of Indigofera zolingeriana increased, even though the silage CP content could increasesafterward.Keywords: Silage, Combination, Quality, Evaluation, Fleigh point
Mikroklimat, Termoregulasi dan Produktivitas Sapi Perah Friesians Holstein pada Ketinggian Tempat Berbeda Elmy Mariana; Cece Sumantri; Dewi Apri Astuti; Anneke Anggraeni; Asep Gunawan
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (207.944 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.5617

Abstract

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ketinggian tempat terhadap kondisi mikroklimat,termoregulasi dan produktivitas sapi Friesian-Holstein (FH). Penelitian dilakukan pada tiga lokasi dengan ketinggian berbeda, yaituPodok Ranggon (97mdpl), Ciawi (576mdpl), dan Lembang (1241mdpl). Sebanyak 63 sapi FH dalam kondisi laktasi normal digunakan dalam penelitian ini.  Aspek lingkungan meliputi suhu udara, kelembaban relatif dan Temperature-Humidity Index di dicatat setiap 2 jam dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB. Parameter termoregulasi yang diamati terdiri atas suhu kulit (Ts),suhu rektal (Tr), suhu tubuh (Tb), denyut jantung (Hr),laju pernapasan (Rr), dan Heat Tolerance Coeficient (HTC).Berdasarkan nilai Ta, Rr dan THI, dataran rendah memberikan dampak cekaman panas sedang, dataran sedangdan tinggi memberikan dampak cekaman panas ringan pada sapi perah. Hasil menunjukkan bahwa sapi dataran rendah memiliki Nilai HTC, Tr, Ts dan Tb tertinggi (P<0,05) dan Hr yang terendah (P<0,05). Produksi susu di ketiga lokasi penelitian berbeda nyata (P<0,05), dengan produksi susu tertinggi di dataran tinggi (13,1±3,52 kg),dataran sedang (11,3±4,73 kg) dan dataran rendah (7,0±3,36 kg). Secara umum sapi FH di dataran rendah, sedang dan tinggi tercekam panas akibat kondisi lingkungan yang berada pada kondisi di luar zona nyamanselama musim kemarau, akan tetapi mampu beradaptasi terhadap kondisi tersebut. Kata kunci: ketinggian tempat, produktivitas, sapi perah, cekaman panas, termoregulasiABSTRACTThe purpose of this research was to determine altitude effect on microclimate, thermoregulation and productivity of Friesian Holstein. Research was conducted in different altitudes, i.e.: Pondok Ranggon (97m asl), Ciawi (576m asl), and Lembang (1241 m asl). A total of 63 FH cows in normal lactation were used in this study. Microclimate aspects observation includes environmental temperature (Ta), relative humidity (RH) and Temperature-Humidity Index (THI) were recorded every 2 hours from 08.00 to 16.00. The physiological responses measurements consisted of skin temperature (Ts), rectal temperature (Tr), body temperature (Tb), heart rate (Hr), respiratory rate (Rr) and Heat Tolerance Coeficient (HTC). Lowland environmental provide moderate heat stress, while the medium and highland impacts with mild stress. The results showed that lowland cows have highest HTC, Tr, Ts and Tb (P<0.05) and lowest Hr (P<0.05). Milk production in the different altitude was significantly different (P<0.05), with the highest milk yields in the highlands (13.1±3.52 kg), medium (11.3±4.73 kg) and lowland (7.0±3.36 kg). In general, HF dairy cows in low-, medium- and highland are exposed to climatic stress during dry season conditions, although they have the ability to adapt physiologically and cope with environmental stress.  Keyworlds: altitude, dairy cattle, heat stress, productivity, physiological responses
Pengaruh Lama Thawing yang Berbeda pada Suhu 25 oC Terhadap Kualitas Semen Beku Sapi Ongole Enike Dwi Kusumawati; Syam Rahadi; Sugeng Santoso; Dyah Lestari Yulianti
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (88.472 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.6538

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama thawing yang berbeda pada suhu 250C untuk mendapatkan kualitas spermatozoa semen beku sapi ongole yang optimal. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Kanjuruhan Malang. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial. Setiap perlakuan thawing diberikan ulangan sebanyak 10 sampel semen beku sapi ongole. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan lama thawing 7, 15, 30 detik pada suhu 25oC memberikan perbedaan pengaruh yang sangat nyata (p<0.01) pada motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa semen beku sapi ongole. Motilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar 40,8%, viabilitas tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar 82,39%, sedangkan abnormalitas terendah diperoleh pada perlakuan P3 dengan rata-rata sebesar 11,95%. Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa thawing pada suhu 25oC dengan lama waktu 30 detik memberikan kualitas spermatozoa yang paling baik sehingga disarankan untuk melakukan thawing pada suhu 25oC dengan lama waktu 30 detik. Kata kunci: abnormalias, mortalitas, ongole, thawing, viabilitasABSTRACT This study aims to determine the effect of different thawing time at 250C to get the sperm quality of frozen semen ongole bull. Research conducted at the Laboratory of Animal Husbandry Faculty Kanjuruhan University of Malang. The method of study by using Completely Randomized Design (CRD) factorial. Any treatment given repeated thawing of frozen samples of 10 times. The study show that treatment with time thawing 7 (P1), 15 (P2), 30 (P3) seconds at 25oC gives a very significant difference (P<0.01) on motility, viability and abnormalities of ongole Bull sperm. The highest motility and viability were obtained at P3 (40,8%) and (82,39%), while the lowest abnormalities obtained on P3 (11,95%). Based on this research it can be concluded that thawing at 25oC with 30 seconds to give the best quality sperm that is recommended for thawing. Keywords: abnormality, motility, ongole, thawing, viabilit
Integrasi Pertanian, Kehutanan, dan Peternakan (Agrosilvopastural) di Wilayah DAS Laeya Kabupaten Konawe Selatan Deki Zulkarnain; Kahirun Kahirun; Mukhtar Mukhtar; Abdi Abdi; La Ode Jabuddin
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (664.88 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.6967

Abstract

 ABSTRAK Konsep agrosilvopastural merupakan salah satu komponen dari konsep agroforestri, yakni pengkombinasian antara komponen pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi  jenis usaha agrosilvopastural, (2) menganalisis karakteristik pelaku usaha agrosilvopastural dan (3) menganalisis keragaan usaha agrosilvopastural di wilayah sekitar DAS Laeya. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim di wilayah hulu dan hilir DAS Laeya dengan jumlah 51 rumah tangga. Analisis yang digunakan dalam kajian ini analisis deskriptif, pendapatan, analisis R/C-ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Jenis usaha agrosilvopastural di wilayah sekitar DAS Laeya Kabupaten Konawe Selatan meliputi; (a) Tanaman pangan, palawija, dan hortikultura (semusim), yang terdiri dari;  padi ladang, padi sawah, jagung, cabai, serta jenis sayur-sayuran dan buah-buahan, (b) Tanaman perkebunan (tahunan) yang terdiri dari; jambu mete, lada, dan kelapa sawit, (c) Tanaman kehutanan yang terdiri dari; jati lokal, jati putih, jabon, dan kayu biti, dan (d) Peternakan yang terdiri dari; sapi bali, unggas lokal, dan kambing. Berdasarkan hasil analisis R/C ratio dan B/C ratio, bahwa usaha agrosilvopastural di wilayah hulu dan hilir DAS Laeya Kabupaten Konawe Selatan layak untuk dijadikan sebagai objek pengembangan usaha agrosivopastural, dengan rata-rata nilai R/C ratio sebesar 4,02 dan B/C ratio sebesar 3,02.Kata kunci:  integrasi pertanian, kehutanan, peternakanABSTRACTThe agrosilvopastural concept is one component of the concept of agroforestry, namely the combination of agricultural components with forestry and livestock / animal. This study aims to: (1) identify the type of agrosilvopastural business, (2) analyze the characteristics of agrosilvopastural business actors and (3) analyze the performance of agrosilvopastural businesses in the area around the Laeya watershed. Respondents in this study were people living in the upstream and downstream areas of the Laeya watershed with a total of 51 households. The analysis used in this study was descriptive analysis, income, R/C-ratio analysis. The results showed that: Types of agrosilvopastural businesses in the area around the Laeya watershed in South Konawe Regency include; (a) Food crops, secondary crops and horticulture (annuals), which consist of; field rice, paddy rice, corn, chili, and types of vegetables and fruits, (b) Plantation crops (annual) consisting of; cashew, pepper, and oil palm, (c) Forestry plants consisting of; local teak, white teak, jabon, and biti wood, and (d) Livestock consisting of; Bali cattle, local poultry, and goats. Based on the results of the  /C ratio and B/C ratio, that the agrosilvopastural effort in the upstream and downstream areas of the Laeya watershed in Konawe Selatan Regency is feasible to be used as an object of developing agro-ventricural enterprises, with an average R / C ratio of 4.02 and B / C ratio of 3.02.Keywords: integration of agriculture, forestry. livestock
Pemetaan Potensi Sumberdaya Lahan Hijauan Pakan Ternak Sapi Bali di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan Musram Abadi; La Ode Nafiu; Jufri Karim
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Tropis Vol 6, No 1 (2019): JITRO, Januari
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1006.3 KB) | DOI: 10.33772/jitro.v6i1.8203

Abstract

ABSTRAK   Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan memetakkan potensi sumberdaya lahan hijauan pakan ternak (HPT) di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskripsi kualitatif dan analisis SIG. Lokasi penelitian ini adalah Kecamatan Tinanggea, yang memiliki sumberdaya lahan potensial untuk dikembangkannya hijauan pakan ternak (HPT). Metode pengumpulan data menggunakan metode survey melalui pengambilan sampel tanah pada setiap wilayah yang telah ditetapkan, selanjutnya melakukan pemetaan wilayah yang memiliki potensi untuk pengembangan hijauan pakan ternak (HPT). Hasil penelitian ini diperoleh berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan yang dilakukan di Kecamatan Tinanggea Kabupaten Konawe Selatan dengan menggunakan metode pencocokan (matching) antara data karakteristik dan kualitas lahan dengan kriteria kesesuaian lahan (persyaratan tumbuh tanaman yang dievaluasi) dengan kategori sangat sesuai, yaitu lahan untuk tanaman rumput gajah seluas 31,85 hektar, lahan untuk tanaman leguminosa seluas 21,50 hektar, dan lahan untuk tanaman rumput lapangan seluas 184,26 hektar.Kata Kunci: hijauan pakan ternak, pemetaan, sumberdaya lahanABSTRACTThis study aimed to identify and map the potential of forage land resources in Sub-district Tinaggea, Konawe Selatan Regency.  Analysis method used in this research was qualitively descriptive analysis and Geographic Information System (SIG).  This research was conducted in Sub-district Tinanggea where the land resources are very potential to be improved as the pasture area.  Method of collecting data used survey method by collecting the soil samples in each determined areas, and then mapping the areas that have the potential for expanding the forage land. Result of the study was obtained based on evaluation of land suitability conducted in Sub-district Tinanggea, Konawe Selatan Regency by using matching method among characteristic data and land quality with the land suitability criteria (growth requirement of evaluated grass) in the very appropriate category including the land for elephant grass as large as 31.85 hectare, leguminosae as large as 21.50 hectare, and grass field as large as 184.26 hectare.Keywords: forage, land resources, mapping

Page 2 of 2 | Total Record : 19