AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA
Agastya: Jurnal Sejarah dan Pembelajarannya is a biannual journal, published by Universitas PGRI Madiun on January and July, with regitered number ISSN 2087-8907 (printed), ISSN 2502-2857 (online). Agastya provides a forum for lecturers, academicians, researchers, practitioners, to deliver and share knowledge in the form of empirical and theoretical research articles on historical education and learning.
Articles
298 Documents
RISET DI BAWAH KEMENRISTEK-DIKTI (PROSPEK DAN TANTANGAN)
Hartono, Yudi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Dipisahkannya Kemendikbud mengandung prospek dan tantangan. Di bawah payung Kemenristek-Dikti, perguruan tinggi lebih memiliki peluang untuk menghasilkan inovasi melalui riset lebih serius yang dapat menjadi terobosan inovatif dalam iptek. PT perlu mengembangkan diri dari âPT pengajaran (teaching university)â menjadi PT berbasis riset (research-based university). Sementara itu, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah juga bisa lebih fokus untuk menyiapkan peserta didik ke jenjang yang lebih tinggi tanpa dibebani lagi dengan urusan pendidikan tinggi. Tantangannya adalah sinergi dengan lembaga-lembaga riset seperti LIPI, Lapan, BPPT. Kemauan politik dari pemerintah untuk menggunakan hasil riset yang dihasilkan lembaga-lembaga penelitian juga perlu didorong. Tantangan lain adalah rendahnya alokasi dana riset, kurangnya kebebasan menjalankan otonomi kampus dan mimbar akademik, serta posisi pendidikan tinggi keagamaan. Tidak kalah penting adalah tantangan bagi LPTK dalam menjalin sinergi dengan Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan Dasar dan Menengah dalam program-program praktek pendidikan.
PENDIDIKAN KARAKTER KAFFAH MELALUI PENGEMBANGAN BOARDING SCHOOL: SEBUAH ALTERNATIF
Tri Sulistiyono, Singgih
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Pembangunan karakter bangsa merupakan sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar dalam rangka untuk memperbaiki krisis moralitas kebangsaan yang terjadi dewasa ini. Pendidikan karakter di sekolah merupakan salah satu upaya untuk pembangunan karakter bangsa secara keseluruhan. Dengan mengingat bahwa akar persoalah karakter bangsa bersumber pada kepribadian yang terbelah yang bermula dari adanya gap antara dunia pendidikan di sekolah dan dunia nyata dalam masyarakat maka diperlukan suatu sistem pendidikan yang kaffah yang mampu menciptakan manusia dengan kepribadian dan karakter yang utuh. Di samping itu pendidikan yang kaffah juga perlu diiringi dengan upaya pemerintah untuk menciptakan dan menegakkan hukum dalam masyarakat yang merefleksikan nilai-nilai luhur budaya dan karakter bangsa sebagaimana yang telah dirumuskan oleh kemendikbud. Model sekolah bording dengan penerapan pendidikan budaya dan karakter bangsa secara kaffah dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mencetak generasi muda yang memiliki karakter yang diidealkan berdasarkan Pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa.
SEJARAH PERKEMBANGAN KESENIAN TARI GAPLIK DI DESA KENDUNG KECAMATAN KWADUNGAN KABUPATEN NGAWI TAHUN 1966-2014
Wibowo, Anjar Mukti;
Cahyanul Janah, Shoffikha
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Keberadaan tari gaplik diperkirakan sudah ada sejak Indonesia belum merdeka. Gaplik ini merupakan singkatan dari gambaran petunjuk liwat kesenian. latar belakang ditarikannya tari ini karena desa Kendung mengalami bencana pagebluk dan huru hara, dan setelah diadakan tari gaplik keadaan menjadi lebih baik. Tari Gaplik di desa Kendung ditarikan pada hari Jumat Wage. Orang yang menarikannya saat ini adalah saudara Hartono, yang menjadi penerus ayahnya yaitu saudara Kasno. Pada tahun 1966 tari gaplik mulai ditampilkan dalam acara-acara Nyadran di desa-desa yang lain. Diantaranya adalah desa Mbayem, desa Kincang kabupaten Magetan, desa Suratmajan Maospati, dan desa Kinandang kabupaten Magetan. Pada tahun 2005Â tari gaplik mulai mewakili kota Ngawi dalam festival kesenian tradisional di Surabaya. Pada bulan januari 2006 tari gaplik kembali mengikuti festival kesenian tradisional se jawa timur di Surabaya. Setelah itu pada tahun 2008Â tari gaplik dipercaya kembali dan diikut sertakan dalam lomba kesenian tradisional se Jawa Timur di Bojonegoro, dan untuk ke empat kalinya tari gaplik kembali diikutkan dalam lomba pada Agustus 2010 di Kediri. Setelah dikenal luas oleh masyarakat dan menjadi tari tradisional yang menghibur serta menarik banyak penonton, pada bulan Juni 2013 tari gaplik ditampilkan dalam hari jadi Ngawi di Benteng Pendem kota Ngawi.
DAMPAK KUNJUNGAN WISATAWAN TERHADAP PELESTARIAN MUSEUM TRINIL TAHUN 2010-2013
Astutik, Yuli;
Soebijantoro, Soebijantoro
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kunjungan wisatawan terhadap pelestarian Museum Trinil tahun 2010-2013. Lokasi penelitian ini berada di Musuem Trini dan sekitarnya Dukuh Pilang Desa Kawu Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Ngawi.Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan induktif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sumber datar primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Validasi yang digunakan untuk menguji kebenaran dan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Sedangkan analisis data menggunakan analisi model interaktif miles dan hubbermain.Hasil penelitian yang diperoleh yaitu semakin banyak jumlah wisatawan yang berkunjung ke Museum Trinil yang terjadi pada tahun 2010 hingga 2013 menyebabkan Museum Trinil semakin tidak lestari. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya dampak negatif kuat daripada dampak positif. Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi di lapangan menunjukkan bahwa keinginan dari sebagian besar wisatawan asing untuk memiliki benda-benda cagar budaya yang asli bukan replika buatan manusia sebagai sebuah souvenir. Sehingga hal ini menyebabkan sebagian besar koleksi-koleksi yang ada di Museum Trinil hanya sebuah replika atau tiruan dari fosil yang sebenarnya yang dapat mengurangi keaslian bukti peninggalan sejarah yang ada Kabupaten Ngawi khususnya di Museum Trinil itu sendiri. Sedangkan wisatawan lokal sering meninggalkan sampah disekitar Museum Trinil khususnya di taman belakang yang lokasinya jauh dari pengawasan pengelola museum. Selain itu, banyaknya coretan-coretan menggunakan aerosol semprot benda-benda yang ada di sekitar Museum Trinil. Terbukti dari banyaknya coretan pada replika hewan-hewan purba yang ada di taman belakang gedung serta pada tugu peresmian berdirinya Museum Trinil. Meskipun peningkatan jumlah wisatawan yang terjadi mulai tahun 2010 hingga 2013 membawa dampak positif dengan perenovasian gedung Museum Trinil yang dilakaukan oleh Pemerintah Pusat, dampak negatif akan tetap ada dan kemungkinan juga akan merusak hasil perenovasian tersebut apabila tidak diimbangi dengan peraturan-peratuan yang jelas untuk para wisatawan baik asing maupun lokal.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL DI SMA KOTA MADIUN
Mukti Wibowo, Anjar
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran berbasis situs sejarah lokal bagi siswa sekolah menengah atas di Madiun. Sejarah lokal penting sebagai sumber pembelajaran sejarah karena memungkinkan siswa untuk berhubungan secara sangat "intim" dengan peristiwa yang sangat lokal dan mungkin selama ini dianggap tidak besar, tetapi sesungguhnya memiliki peran penting dan berharga dalam membentuk peristiwa yang lebih besar. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan. Model pengembangan dalam penelitian ini adalah model prosedural. Prosedur atau langkah penelitian dan pengembangan merujuk pada siklus R & D dari Borg dan Gall (1983:626) yang meliputi kegiatan: pengumpulan informasi dan identifikasi masalah, perencanaan model, pengembangan model awal, uji terbatas, revisi model, uji skala kecil, revisi model, uji skala besar, revisi model, model akhir, diseminasi dan implementasi. Penelitian dilakukan selama dua tahun. Hasil penelitian menemukan masalah-masalah yang muncul disebabkan adanya penolakan dari sekolah ketika lawatan sejarah, keterbatan waktu jam pelajaran dan transportasi ke lokasi. Berdasarkan pemetaan kebutuah yang ditemukan, selanjutnya disusun draf model pemanfaatan situs sejarah lokal Madiun sebagai sumber pembelajaran. Draf model tersebut diujikan kepada ahli pembelajaran sejarah. Hasil kegiatan tersebut adalah model awal pengembangan model pemanfaatan situs sejarah lokal sebagai sumber pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Kota Madiun yang diujicobakan pada tahun kedua.
SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN UPACARA KELAHIRAN ADAT JAWA TAHUN 2009-2014 (STUDI DI DESA BRINGIN KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO)
Fransiska Risdianawati, Lutfi;
Hanif, Muhammad
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap Sikap Masyarakat terhadap Pelaksanaan Upacara Kelahiran Adat Jawa Tahun 2009-2014 di Desa Bringin Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo.Lokasi dari penelitian ini adalah di Desa Bringin Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. Bentuk dari penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yaitu penelitian yang datanya tidak berbentuk angka, menekankan pada kondisi obyek yang alamiah untuk memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa hubungan interaksi pola tingkah laku, yang kenyataannya tidak ada rekayasa dalam aktifitas tersebut saat penelitian berlangsung. Penelitian ini dilakukan selama enam bulan yaitu antara bulan Februari sampai Juli. Pengambilan data menggunakan sumber data primer yang diperoleh dari Dokumen Desa Bringin dan bahan kepustakaan. Validasi yang dipergunakan yaitu validasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang didalamnya terdapat tiga tahapan yaitu melalui proses reduksi data, sajian data dan verifikasi atau penarikan kesimpulan.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulankan bahwa sikap Masyarakat Desa Bringin ialah sebagian besar setuju atau menerima segala macam bentuk pelaksanaan upacara kelahiran adat Jawa. Upacara Kelahiran adat ini seperti Upacara selamatan brokohan (setelah bayi lahir), sepasaran (lima hari), selapanan (tiga puluh lima hari), telunglapan (Tiga bulan lima belas hari), mitoni (tujuh bulan), dan nyetahuni (Setahun).Berkaitan dengan adanya bentuk sikap masyarakat yang menerima keberadaan upacara adat tersebut, terdapat berbagai macam tindakan yang dilaksanakan masyarakat yaitu melaksanakan segala macam upacara kelahiran dengan berbagai perlengkapan di dalamnya yaitu sesaji. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan sikap masyarakat Desa Bringin terhadap pelaksanaan upacara kelahiran yaitu faktor lingkungan, faktor kebudayaan, faktor kewibawaan seorang tokoh yang dianggap penting, faktor dalam diri sendiri, dan faktor lembaga pendidikan. Baik pendidikan yang disenggarakan oleh lembaga pendidikan desa setempat yaitu Pondok Pesantren âDarul Fikriâ dan pendidikan umum maupun lembaga pendidikan yang berada di luar desa setempat.
DINAMIKA PARTAI MASYUMI PADA MASA REVOLUSI FISIK (1945â1949)
Ishaqro, Alfi Hafid
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Masa pendudukan Jepang menjadi tahap yang fundamental bagi kelahiran Partai Masjumi. Pemerintahan militer Jepang, melalui kebijakan politiknya berupaya memasukkan Islam Indonesia sebagai bagian dari politik perangnya, yang saat itu disebut âLingkaran Kesejahteraan Bersama Asia Rayaâ. Pada bulan November 1943 lahirlah Masjumi pertama, Madjelis Sjoero Moeslimin Indonesia. Masyumi menjadi sarana baru bagi Jepang untuk menarik simpati masyarakat muslim agar mendukung kepentingan perang Jepang yang terlihat mulai terdesak. Pada bulan Februari 1945, Masyumi mendapatkan keuntungan dari usaha pemerintah Jepang untuk mengurangi pengaruh kaum nasionalis dengan mengadu domba dengan kubu Islam. Pada Januari 1944, pergerakan nasionalis dihabisi dari pengaruh-pengaruhnya sebagai representasi perjuangan rakyat Indonesia. Seiring dengan hal tersebut Jepang memberikan keleluasaaan pergerakan Masyumi hingga kesuluruh wilayah Nusantara. Masyumi berbeda dengan organisasi Islam lain yang lahir sebelumnya, selama kurun waktu setahun sejak pendiriannya Masyumi mampu melakukan pekerjaan yang tak pernah dilakukan sebelumnya oleh organisasi lainnya. Diantara lain membangun jaringan keseluruh pelosok Nusantara, merekrut milisi dalam jumlah yang besar dan menyatukan berbagai kelompok perjuangan kaum Islam. Partai Masyumi dibentuk menjadi partai politik agar senantiasa dapat menyalurkan aspirasi politik umat Islam Indonesia saat itu.
MEMBACA POLITIK ISLAM PASCA REFORMASI
Joebagio, Hermanu
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Krisis multidimensi 1997-1998 yang ditandai dengan kenaikan mata uang dollar antara Rp.10.000 hingga Rp.15.000/dollar berakibat hancurnya fundamental ekonomi Indonesia. Kondisi ini menjadi triggered Muslim Islam untuk membangun orientasi-orientasi Islam politik.Islam politik dan politik Islam berbeda dalam pemaknaannya. Islam politik merupakan perjuangan kelompok Muslim garis keras untuk mendapatkan dimensi kekuasaan, dan ketika dimensi kekuasaan telah teraih, al-Qurâan, al-Hadits, dan Fiqh sebagai philosophische grondslag. Sementara itu politik Islam merupakan perjuangan meraih kekuasaan politik dengan menggunakan simbol Islam sebagai basis recruitmentmassa.Ketika kekuasaan dapat diraih, mereka menggunakan Pancasila sebagai philosophische grondslag. Karena itu perkembangan Islam politik pada awal reformasi sangatlah kuat, tetapi selama lima belas tahun pasca reformasi justru orientasi Islam politik menjadi sangat radikal, dan orientasi politik mereka mengikuti pola politik yang bersifat âterorâ.Melihat kondisi partai politik Islam pasca reformasi yang begitu lebar variannya, dan ada kecenderungan elit politik partai politik Islam belum 100 persen menjadikan Pancasila sebagai philosophische grondslag dapat memicu rendahnya partisipasi pemilih. Partai politik Islam yang banyak variannya itu ada gagasan untuk menyederhanakan. Keberhasilan Soeharto menyederhanakan partai politik dalam tiga mainstream sosial-demokrat (Golkar), nasionalis (PDI), dan Islam (PPP) sangat baik. Bila tiga mainstream itu dihidupkan kembali dalam bentuk baru, dan diletakkan pada fase lima belas tahun reformasi, maka partisipasi pemilih terhadap partai politik Islam berbanding lurus dengan kekuatan pemilih mayoritas.
PERSEPSI MASYARAKAT DESA JIWAN TERHADAP KALENDER JAWA DALAM MEMBANGUN RUMAH
Fitri Permatasari, Berti;
Triana Habsari, Novi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 1 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat Desa Jiwan terhadap adanya Primbon dan Kalender Jawa dalam membangun rumah. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian interaksi simbolik yaitu terdapat makna-makna sosial yang akan diwariskan dan dilestarikan oleh masyarakat selanjutnya. Sumber data yang digunakan adalah sumber dara primer yaitu masyarakat yang dianggap paling memahami pengetahuan tentang tradisi Jawa atau sesepuh dan masyarakat Desa Jiwan pada umumnya. Sedangkan sumber sekunder adalah dokumen berupa profil desa. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi. Teknik analisis data menggunakan komponen model interaktif melalui proses pemilihan data, penyajian data kemudian baru disimpulkan. Pandangan masyarakat Jiwan terhadap kelender Jawa dalam membangun rumah masih dianggap penting. Terbukti bahwa ketika akan membangun atau pindah rumah masyarakat menentukan hari baik berdasarkan weton dari kalender Jawa dengan menghindari hari naas yaitu hari meninggalnya orang tua atau nenek. Mereka mempercayai hal tersebut dengan alasan mengikuti nasihat orang tua yang telah berpengalaman dan merupakan suatu adat sebagai masyarakat yang tinggal di tanah Jawa. Terdapat balutan kain berwarna merah putih sebagai ciri khas Bangsa Indonesia. Masyarakat melakukan slametan ketika membuat pondasi dan setelah rumah berdiri dengan menyiapkan sesaji berupa ayam panggang beserta perlengkapannya yang kemudian mengundang tetangga terdekat untuk melakukan doa bersama.
PERKEMBANGAN RADIO SEBAGAI PERS ELEKTRONIK DI MADIUN TAHUN 1998-2013
Ardiningtyas, Yara;
Hartono, Yudi
AGASTYA: JURNAL SEJARAH DAN PEMBELAJARANNYA Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : IKIP PGRI MADIUN
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan radio yang ada di Madiun pada tahun 1998-2013. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis pendekatannya adalah pendekatan studi kasus. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara (interview), dokumentasi dan observasi lapangan. Dalam menganalisis data menggunakan metode wawancara (interview) dan penelitian lapangan (research). Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif Miles dan Huberman yang didalamnya terdapat 3 tahapan yaitu melalui proses reduksi data, sajian data dan verifikasi atau proses penarikan kesimpulan.Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa perkembangan radio di Madiun dari tahun 1998-2013 mengalami perkembangan. Indikasi mengalami perkembangan adalah radio-radio di Madiun dalam segi teknologi penyiaran sudah tudak lagi menggunakan analog melainkan sudah menggunakan komputerisasi. Program acara yang dimiliki setiap radio di Madiun juga mengalami perkembangan yaitu dengan munculnya program-program baru yang lebih kreatif dan inovatif sehingga digandrungi oleh pendengar radio. Setiap radio kini juga mempunyai pemancar yang permanen yang terletak di studio siarannya, sehingga jangkauan siaranya lebih luas dan lebih jelas dan dapat dinikmati oleh semua masyarakat Karisidenan Madiun. Informasi dari segala bidang (pendidikan, ekonomi, sosial budaya, politik dan kewirausahaan) dapat diperoleh oleh masyarakat dari berbagai golongan. Berkembang dan bertahanya radio di era modern ini juga merupakan bukti bahwa masyarakat juga masih percaya dengan radio. Sebagai sarana publikasi dan memperoleh informasi dengan cepat dan relatif murah dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga radio dapat dikonsumsi dari berbagai kalangan masyarakat. Radio yang ada di Madiun juga menjalankan fungsinya sebagai sosial kontrol, sumber informasi, dan sebagai hiburan.