Claim Missing Document
Check
Articles

TRADISI NGAYUN DI KECAMATAN RAWAMERTA KABUPATEN KARAWANG (Kajian Struktural-Semiotik) SUGIANA, UUS; KOSWARA, DEDI; HAERUDIN, DINGDING
LOKABASA Vol 5, No 1 (2014): Vol.5 No. 1 April 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i1.3166

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh: (1) adanya kebudayaan asing yang menggeser kebudayaan Sunda; (2) Tradisi Ngayun merupakan salah satu tradisi yang unik dan memiliki nilai-nilai yang luhur; (3) Tradisi Ngayun berkaitan dengan ajaran agama Islam; (4) Tradisi Ngayun berkaitan dengan awal mula kehidupan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini mendeskripsikan: (1) Struktur lahir Tradisi Ngayun; (2) Struktur batin Tradisi Ngayun; dan (3) Unsur semiotik (ikon, indeks, dan simbol) dalam Tradisi Ngayun. Sumber data dalam penelitian ini adalah tradisi ngayun yang berasal dari tiga desa, yaitu Desa Sukaraja, Desa Pasirawi, dan Desa Purwamekar. This study was motivated by (1) the presence of foreign culture that pushes Sundanese culture to the periphery; (2) Ngayun Tradition as one of the unique traditions and with sublime values; (3) Ngayun tradition associated with the teachings of Islam; (4) Ngayun tradition associated with the beginning of life; (5) The lack of studies regarding Ngayun tradition. This study is aimed at describing: (1) outer structure of Ngayun tradition;(2) inner structure of Ngayun tradition; and (3) elements of semiotics (icon, index, and symbol) in Ngayun tradition. The data used in this study derived from the tradition of Ngayun in three villages, Sukaraja Village, Pasirawi Village, and Purwamekar Village.
NILAI AGAMA DALAM WAWACAN HIKAYAT HASAN SHOIG BASHRI UNTUK BAHAN AJAR MEMBACA DI SMA KELAS XII MELANDI, RINDI VAIVTI; KOSWARA, DEDI; KUSWARI, USEP
LOKABASA Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v4i2.3141

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk memahami isi teks dan mendeskripsikan nilai-nilai agama dalam wawacan untuk dijadikan bahan ajar membaca di SMA kelas XII. Untuk mencapai hal itu, digunakan metode deskriptif dan metode edisi teks standar yang diharapkan bisa mendapatkan gambaran secara obyektif. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa wawacan Hikayat Hasan Shoig Bashri merupakan sebuah naskah yang ditulis menggunakan huruf Arab Pegon dan ditransliterasi ke dalam huruf Latin. Wawacan ini dibagi ke dalam dua jilid, terdiri atas 128 halaman dan delapan pupuh yang bercerita mengenai kehidupan sosial seorang pemuda yang sangat taat pada ajaran agama yang dianutnya. Alur dari cerita wawacan ini adalah maju dan tokoh utamanya adalah Hasan Shoig Bashri. Secara umum, latar tempat yang digunakan adalah tempat-tempat yang erat hubungannya dengan agama Islam. Dalam penulisannya, pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga karena pengarang berada di luar cerita, selain itu pengarang juga menggunakan beberapa gaya bahasa, peribahasa Sunda, dan syair-syair Arab. Nilai agama yang terkandung dalam wawacan ini terdiri atas aqidah, akhlak, dan fiqih. Hasil temuan ini direkomendasikan untuk dijadikan bahan ajar sesuai SKKD mata pelajaran bahasa dan sastra Sunda. This study aims to comprehend contents of the text and unearth the religious values in the text used as reading material in Grade XII of Senior High School. To meet the goal, this study used a descriptive method and a standard text method in hope to get an objective view. This study concludes that Hikayat Hasan Shoig Bashri is a text that was written through Arab Pegon and was transliterated into Latin alphabets. The text consists of two chapters, 128 pages and 8 pupuh. It tells a story of a moslem young man who obeyed his religion rules. Plot of the text is forward and the main actor is Hasan Shoig Bashri. Generally, the settings of the text are some places related with Islamic religion. The author of the text uses a third person viewpoint and uses a number of figurative speeches, Sundanese idioms, and even Arabic poetries. The religious values embedded in the text constitute Akidah, Akhlaq, and Fikih. The text is recommended to be a learning material suited with the standard competencies and basic competencies of Sundanese language and literature.
KAJIAN STRUKTURAL, STILISTIKA, DAN ETNOPEDAGOGI DALAM KUMPULAN PUISI (SAJAK) PERIODE TAHUN 2000-AN CAHYADI, ACEP DERI; KOSWARA, DEDI; Dr., RUHALIAH
LOKABASA Vol 5, No 1 (2014): Vol.5 No. 1 April 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i1.3131

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah pentingnya suatu analisis sastra utamanya dalam karya sastra puisi (sajak). Panelitian ini bertujuan untukmendeskripsikan: 1) struktur batin sajak yang mencakup tema (sense), nada (tone), perasaan (feeling), dan amanat (intention) yang terdapat dalam kumpulan sajak periode tahun 2000-an; 2) unsur stilistika yang terdapat dalam kumpulan sajak periode tahun 2000-an; dan 3) kajian etnopedagogi yang terdapat dalam kumpulan sajak periode tahun 2000-an. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam penelitian ini digunakan desain penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, sedangkan teknik yang digunakan adalah studi pustaka.AbstractThis research was motivated by the importance in a literary analysis especially on poems. This research aims to 1) describe the inner structure of the poem which includes the theme, tone, feeling, and intention in a compilation of poems of the 2000s; 2) describe the stylisticand ethnopedagogicelements contained in the poems. To achieve these objectives, this study used a qualitative research design.The method used is a descriptive method by conducting a library research technique.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM KHAZANAH SASTRA SUNDA KLASIK: TRANSFORMASI DARI KELISANAN (ORALITY) KE KEBERAKSARAAN (LITERACY) CARITA PANTUN MUNDINGLAYA DI KUSUMAH (KAJIAN STRUKTURAL-SEMIOTIK DAN ETNOPEDAGOGI) Koswara, Dedi; Haerudin, Dingding; Permana, Ruswendi
Jurnal Penelitian Pendidikan Vol 14, No 2 (2014): PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian mengenai cerita pantun Sunda dewasa ini jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan penelitian tentang teks sastra Sunda tertulis seperti yang berupa naskah (manuscript: handschrift). Dalam cerita pantun sarat dengan nilai-nilai pendidikan karakter, seperti dalam dalam teks Cerita pantun Mundinglaya Di Kusuma (CPMK). Beberapa alasan pentingnya dilakukan penelitian terhadap teks CPMK adalah sebagai berikut: (1) Teks CPMK belum pernah diteliti mengenai transformasi dari kelisanan ke keberaksaraannya, (2) Teks CPMK belum pernah dikaji secara struktural-semiotik, (3) Teks CPMK belum pernah dikaji berdasarkan pendekatan etnopedagogi sehingga diperoleh informasi berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan karakter bangsa dari teks tersebut. Pendekatan sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif dengan metode struktural-semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Tradisi dan transmisi penurunan teks CPMK dilakukan secara lisan melalui pergelaran mantun, sedangkan tradisi dan transmisi teks tulis WMK tidak dapat diketahui dengan pasti karena teks itu merupakan satu teks unikum. (2) Teks lisan CPMK dan WMK memiliki struktur formal dan struktur naratif. Struktur formal CPMK terbentuk oleh 8 formula, sedangkan struktur formal WMK terbentuk oleh puisi pupuh. Struktur naratif CPMK tersusun dalam 13 fungsi dan 7 lingkungan tindakan, sedangkan struktur naratif WMK tersusun dalam 6 model aktan dan 1 model fungsional yang terdiri atas 3 tahapan jalan cerita. (3) Transformasi yang terjadi dari kelisanan (orality) CPMK ke keberaksaraan (literacy) WMK ada pada tataran bentuk formal, sedangkan tataran isi cerita tetap sama. (4) Hadirnya transformasi dari kelisanan CPMK ke keberaksaraan WMK, secara semiotik, dapat dimaknai sebagai suatu upaya untuk melestarikan dan mempertahankan eksistensi nilai ajaran moral yang tertuang dalam cerita pantun ke dalam era (zaman) wawacan sejalan dengan situasi dan kondisi serta minat masyarakat Sunda masa itu.Kata kunci: pendidikan, karakter, etnopedagogi
PERBANDINGAN NOVEL LAIN ETA KARYA MOH. AMBRI DENGAN DJEUMPA ATJEH KARYA H.M. ZAINUDDIN (Kajian Struktural dan Etnopedagogik) Gustiani, Witri; Ruhaliah, Ruhaliah; Koswara, Dedi
LOKABASA Vol 9, No 2 (2018): Vol. 9, No. 2, Oktober 2018
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v9i2.15687

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan struktur cerita dari novel Lain Eta karya Moh. Ambri dan Djeumpa Atjeh  karya H.M. Zainuddin, serta analisis mengenai nilai-nilai etnopedagogiknya. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi dengan teknik kajian pustaka. Dua karya sastra ini sama-sama memiliki kesamaan dalam karakter utamanya, yaitu perempuan. Dua novel ini memiliki kesamaan tema, yakni kawin paksa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan antar karya sastra daerah menurut Endraswara, fakta-fakta cerita Robert Stanton untuk kajian struktural, dan nilai-nilai etnopedagogik menurut Sudaryat.Pihak orang tua dari masing-masing karakter utama itu menginginkan agar anaknya menikah dengan lelaki pilihan, bukan dengan yang dicintai oleh anaknya. Konflik ini pada akhirnya membuat keseluruhan cerita berkembang dan mengarah pada akhir cerita yang berbeda. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan mengenai sastra perbandingan, serta perbandingan antar karya sastra daerah di Indonesia. AbstractThe aims of this research is to describe about the structure comparison between the novel Lain Eta by Moh. Ambri and Djeumpa Atjeh by H.M. Zainuddin, and the analysis of ethnopedagogical values. These two novels have the same theme, named kawin paksa.The theology used in this research is comparison between literature region by Endraswara, the facts if story by Robert Stanton, and also etnhnopedagogy values by Sudaryat. The method in this research is description, and literature review. These two novels have the same main characters, there is the girl who can’t marriage with their loves because the parents is not agree. Their parents wants to have a son-in-law by the men which parents choose, and the conflict was stared from this. This research hopes is can be add insight about comparative literature, and comparative literature region in Indonesia.
LIRIK TEMBANG SUNDA CIGAWIRAN (Kajian Historis, Struktural, dan Etnopedagogik) Astriani, Dian; Koswara, Dedi
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v8i1.15964

Abstract

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perkembangan, struktur, dan nilai étnopédagogik lirik tembang Sunda Cigawiran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik observasi, telaah pustaka, dan wawancara. Instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara, pedoman inventaris, dan kartu data. Sumber data dalam penelitian ini adalah 14 lirik tembang yang diperoleh dari wawancara dan studi pustaka. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa tembang Sunda Cigawiran mengalami perkembangan dan struktur puisi yang tentu. Perkembangan tembang Sunda Cigawiran berubah dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan zaman. Struktur lirik tembang Sunda Cigawiran mempunyai struktur fisik (imaji, simbol, musikalitas, dan gaya bahasa) serta struktur batin (tema, rasa, nada, dan amanat). Lirik tembang Sunda Cigawiran secara umum ditulis dalam bentuk pupuh, tapi tidak sepenuhnya memenuhi aturan pupuh yang digunakannya. Téma dari teks tembang Sunda Cigawiran pada umumnya berkaitan erat dengan keagamaan. Imaji yang paling banyak ditemukan dalam teks ini adalah imaji visual (penglihatan). Musikalitas/wirahma tembang Sunda Cigawiran mencakup pada bentuk pupuh, yang mempunyai guru gatra, guru wilangan, dan guru lagu. Gaya bahasa umumnya merupakan bahasa yang umum, hiperbol, dan konotatif. Rasa yang paling banyak ditemukan menunjukkan rasa takut. Sedangkan amanat secara umum adalah memebrikan peringatan kepada manusia agar selamanya memohon perlindungan kepada Alloh swt. Dalam lirik tembang Sunda Cigawiran terkandung nilai etnopedagogik, yaitu Prilaku Nyunda Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh), Catur Jatidiri Insan (pengkuh agamana, jembar budayana, luhung élmuna, rancagé gawéna), Gapura Panca Waluya (cageur, bageur, bener, pinter, singer), dan Moral Kemanusiaan (moral manusia kepada Tuhan, moral manusia kepada diri pribadi, moral manusia kepada manusia, moral manusia kepada alam, moral manusia kepada waktu, dan moral manusia dalam mencapai kepuasan lahir dan batin). ABSTRACTThe purpose of this study describes the development, structures, and etnopedagogic values of Cigawiran Sundanese song lyrics. The method used in this research is descriptive method, while the data is taken by observation technique, literature review, and interview. The instruments used are interview guides, inventory guides, and data cards. The data sources in this study are 14 songs lyrics obtained from the interviews and literature study. From the research results found that Cigawiran Sundanese song has developed and formed its structures of poetry. The development of Cigawiran Sundanese song changed from time to time along with the period. Cigawiran Sundanese song structure has the physical structures (images, symbols, musicalities, and language styles) and the inner structures (themes, tastes, tones, and messages). Cigawiran Sundanese song lyrics in generally are written in stanzas, but does not fully comply with the rules of the stanzas it used. The theme of the Cigawiran Sundanese song texts are generally closely related to religion. The most common images found in this text is the visual image (sight). Musicality of Cigawiran Sundanese song includes the stanza form, which has guru gatra, guru wilangan, and guru lagu. Language styles are generally a common language, hyperbole, and connotative. The most common sense shows fear. While the message in generally gives warning that people must always ask protection to Alloh SWT. In the Cigawiran Sundanese song lyrics contained etnopedagogic values. That are Prilaku Nyunda Trisilas (silih asih, silih asah, silih asuh), Catur Jatidiri Insan (pengkuh agamana, jembar budayana, luhung élmuna, rancagé gawéna), Gapura Panca Waluya (cageur, bageur, bener, pinter, singer), and humanity moral (the moral of human to God, the moral of human to themself, the moral of human to other human being, the moral of human to nature, the moral of human to the time, and the moral of human in achieving physical and mental satisfaction).
TRADISI NYAWÉR PANGANTÉN SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASAN BUDAYA SUNDA DI SMA Sulistian, Andri Tri; Koswara, Dedi; Haerudin, Dingding
LOKABASA Vol 8, No 2 (2017): Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v8i2.11174

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap kearifan budaya lokal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah tradisi nyawér pangantén yang dilaksanakan dalam upacara perkawinan adat Sunda. Berdasar pada latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan struktur dan fungsi tradisi nyawér pangantén, 2) mendeskripsikan nilai etnopedagogik yang terdapat dalam tradisi nyawér pangantén, dan 3) mendeskripsikan tradisi nyawér pangantén bisa menjadi alternatif bahan ajar bahasan budaya Sunda di SMA. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dalam penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dari telaah pustaka dan perekaman serta pendokumentasian. Penelitian ini dikaji dengan kajian struktur tradisi lisan, etnopedagogik, serta hasil bahasannya digunakan menjadi bahan ajar di SMA. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa tradisi nyawér pangantén mempunyai aspék teks, ko-teks, dan konteks yang sangat penting. Selain itu, dalam tradisi nyawér pangantén juga terdapat moral manusia kepada Tuhan, kepada pribadinya, kepada manusia lainnya, kepada alam, terhadap waktu, dan dalam mencapai kepuasan lahir dan batin. Serta hasil analisis dalam pembahasan tradisi nyawér pangantén dapat digunakan sebagai bahan ajar bahasan budaya Sunda di SMA.NYAWÉR PANGANTÉN TRADITION AS A TEACHING-LEARNING MATERIAL OF SUNDANESE CULTURE IN SENIOR HIGH SCHOOL Abstract This research is motivated by low attention and knowledge of society to local culture wisdom that exists in everyday life. One of them is nyawér pangantén tradition which is performed in a marriage ceremony of Sundanese customs. Based on the background, this study aims 1) to describe the structure and function of nyawér pangantén tradition, 2) to describe the ethnopedagogic values contained in nyawér pangantén tradition, and 3) to describe nyawér pangantén tradition that can become an alternative to Sundanese culture learning in senior high school. The method used is descriptive in qualitative research. The data sources in this study include primary data and secondary data. Primary data was obtained from the interview and observation. Secondary data was taken from literature review, records, and documentation. This study was examined by using the study of oral tradition structure, etnopedagogic. The results of the discussion used as teaching materials in senior high school. From the results of data analysis, it can be concluded that nyawér pangantén tradition has very important text aspect, co-text, and context. Moreover, in nyawér pangantén tradition there is also the moral value of man to God, to his personality, to other human beings, to nature, to time, and in achieving physical and spiritual satisfaction. In addition, the results of the analysis in the discussion of nyawér pangantén tradition can be used as a teaching material of Sundanese culture learning in senior high school.
NILAI PENDIDIKAN DALAM FOLKLOR ASPEK KAPAMALIAN DI DESA TANJUNGWANGI KECAMATAN CICALENGKA KABUPATEN BANDUNG Permasih, Diani; Koswara, Dedi; Kosasih, Dede
LOKABASA Vol 5, No 2 (2014): Vol. 5, No. 2, Okt 2014
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v5i2.15946

Abstract

Latar belakang penelitian ini didasari oleh berkurangnya penggunaan kapamalian sebagai alat untuk mendidik dan menjaga keselamatan diri oleh masyarakat. Skripsi ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menginventarisasi kapamalian yang ada di Desa Tanjungwangi Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung.Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan teknik observasi dan wawancara. Data yang berhasil dikumpulkan lalu dideskripsikan, dianalisis berdasarkan nilai pendidikan yang mencakup nilai moral, nilai sosial, nilai agama, dan analisis unsur semiotiknya. Sumber data diambil dari lima narasumber.Kapamalian yang terkumpul dari hasil wawancara dengan narasumber adalah sebanyak 94 kapamalian.Aneka kapamalian tersebut dideskripsikan berdasarkan hasil wawancara. Aspek-aspek yang dianalisis dalam penelitian ini adalah 1) deskripsi arti kapamalian, 2) analisis nilai pendidikan yang terdapat dalam kapamalian, serta 3) unsur semiotik yang terdapat dalam kapamalian tersebut.Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diharapkan adanya upaya pemerintah dalam meninventarisir aspek-aspek kapamalian yang tersebar di masyarakat, sehingga kapamalian tersebut masih dijadikan alat atau media dalam mendidik anak.AbstractThe background of this research is based on the rare use of kapamalian (superstition) as a tool to educate and protect one self.  This research paper is aimed to collect kapamalian (superstitions) which exist in Tanjungwangi, Cicalengka  Bandung regency. The purpose of the research is for describing the meaning, the function, analyzing the education value and semiotic approach of the superstitions (kapamalian). This research was conducted by using descriptive analytic method with observation and interview as the technics of collecting data. The data gained then described, analyzed based on the education values, and its semiotic elements. From one village, five sample informants were chosen. From the interview session, it is found that there are 94 kapamalian, and then those kapamalian were described based on the interview between the researcher and the informants. The aspects analyzed in this research are 1) meaning description of kapamalian, 2) analysis of education value lies on kapamalian, and 3) semiotic features of those kapamalian. Based on the research, it is expected that there will be attempts from the government to preserve the kapamalian aspects spread in the society, so that the kapamalian still be able to use as a tool or media in educating children.
Konservasi Naskah Sunda Kuno di Kabupaten Bandung Koswara, Dedi; Permana, Ruswendi
LOKABASA Vol 10, No 1 (2019): Vol. 10, No. 1, April 2019
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v10i1.16929

Abstract

The conservation of Ancient Sundanese manuscripts through transliteration training was motivated by concerns about the condition of the ancient Sundanese manuscripts that had been decayed so that they were unreadable because they were eaten by termites and were hit by time bombs. Such conditions can cause the contents information of the text cannot be extracted and conveyed to the next generation. Based on the above background, there is a need to organize an activity to provide training of the procedures in collecting, documenting, describing, and transliterating Sundanese manuscript written in Arab Pegon script into Latin script. The intended ancient Sundanese manuscript is a manuscript originating from an individual collection or those which are still scattered in the community. The target community is Sundanese language teacher community in Kabupaten Bandung. The approach used is a philological approach along with training and workshop methods. The results obtained revealed that Sundanese Language teachers in Kabupaten Bandung have a strategic role in preserving the Ancient Sundanese manuscript. Teachers have a very important role to provide information to the public about the preservation of ancient Sundanese manuscripts in the area where they live. The manuscripts from transliteration as well as studies that esteem the education of local cultural wisdom can be used as alternative teaching material in the school.AbstrakKonservasi naskah Sunda Kuno melalui pelatihan transliterasi yang dilaksanakan ini dilatarbelakangi adanya kekhawatiran terhadap kondisi naskah (manuscript; handscrift) Sunda Kuno yang sudah lapuk sehingga tidak terbaca karena rusak dimakan rayap dan terkena bom waktu. Kondisi demikian dapat menyebabkan informasi isi teks yang terkandung di dalamnya tidak tergali dan tidak tersampaikan kepada generasi berikutnnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu adanya suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pelatihan tentang tatacara mengumpulkan, mendokumentasikan, mendeskripsikan, serta mekanisme transliterasi naskah Sunda beraksara Arab Pegon ke dalam aksara Latin. Naskah Sunda Kuno yang dimaksud adalah naskah yang berasal dari koleksi perseorangan atau yang masih tersebar di masyarakat. Masyarakat yang menjadi sasaran adalah kelompok masyarakat guru bidang studi Bahasa daerah/Sunda di Kabupaten Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan filologis dengan metode pelatihan dan workshop.  Hasil yang diperoleh yaitu bahwa guru bidang studi Bahasa Daerah/Sunda di Wilayah Kabupaten Bandung memiliki peran strategis dalam melestarikan naskah Sunda Kuno. Guru memiliki peranan sangat penting untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang pelestarian naskah Sunda Kuno yang berada di daerah tempat mereka tinggal. Naskah hasil transliterasi serta kajiannya yang bernilai pendidikan kearifan budaya lokal dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan-ajar di sekolah.
Tatakrama Kepemimpinan Sunda dalam Novel Sejarah Tanjeur na Juritan Jaya di Buana Karya Yoseph Iskandar Isnendes, Retty; Ruhaliah, Ruhaliah; Koswara, Dedi; Permana, Ruswendi
LOKABASA Vol 10, No 1 (2019): Vol. 10, No. 1, April 2019
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v10i1.16943

Abstract

There is a presumption that Sundanese people leadership is weak and feeble so they can not compete on the national level. Though history recorded some names of Sundanese leaders, such as Prabu Wangi, Prabu Niskala Wastu Kanca, and Sri Baduga Maharaja. In the literature, the name of King Siliwangi is an icon and symbol of the great and successful Sundanese leader of all time. The identity and symbolism of the Sundanese leader are also reflected in the historical novel of Tanjeur na Juritan Jaya di Buana written by Yoseph Iskandar. Uniquely, the novel relies on the manuscript of Prince Wangsakerta from Cirebon which in the 1980s appalled Indonesia history. The novel has been awarded Rancage from Ajip Rosidi's Rancage Foundation. By using descriptive method and literature review technique and interpretation, the novel will be examined his leadership ethics in ethno pedagogic scope. The aims of this study are: (a) to describe the principles of Sundanese leadership in the novel, (b) to describe the etnopedagogical aspect in the novel, and (c) to compare the leadership principles of the past and the present as models of cultural education. The expected outcomes are the descriptions of figures of Sundanese leadership, Sundanese leadership manners, and the cultural education model found in the novel analyzed.AbstrakAda anggapan bahwa kepemimpinan Sunda lemah sehingga tidak dapat bersaing di panggung nasional. Padahal sejarah mencatat sejumlah nama pemimpin panutan Sunda, misalnya saja Prabu Wangi, Prabu Niskala Wastu kancana, dan Sri Baduga Maharaja. Dalam tataran sastra nama Prabu Siliwangi merupakan ikonitas dan simbolitas pemimpin Sunda yang besar dan berhasil sepanjang masa. Ikonitas dan simbolitas pemimpin Sunda tergambar juga dalam novel sejarah Tanjeur na Juritan Jaya di Buana yang ditulis oleh Yoseph Iskandar. Unik dan utamanya, novel tersebut bersandar pada naskah Pangeran Wangsakerta dari Cirebon yang tahun 1980-an menggemparkan jagat kesejarahan Indonesia. Novel tersebut telah mendapat hadiah Rancage dari Yayasan Rancage Ajip Rosidi. Dengan menggunakan metode deskriptif dan teknik telaah pustaka dan interprerasi, novel tersebut akan dikaji tatakrama kepemimpinannya dalam lingkup etnopedagogik. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (a) mendeskripsikan tatakrama kepemimpinan Sunda dalam novel, (b) mendeskripsikan aspek etnopedagogik dalam novel, dan (c) membandingkan tatakrama kepemimpinan masa lalu dan masa sekarang sebagai model pendidikan budaya. Hasil yang diharapkan adalah terdeskripsikannya tokoh-tokoh dalam kepemimpinan Sunda, tatakrama kepemimpinan Sunda, dan model pendidikan budaya dari novel yang dianalisis.