cover
Contact Name
Kadek Karang Agustina
Contact Email
k.agustina@unud.ac.id
Phone
+6281353306020
Journal Mail Official
bulvet@unud.ac.id
Editorial Address
Faculty of Veterinary Medicine Udayana University. PB Sudirman St campus, Denpasar, Bali Indonesia
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Buletin Veteriner Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : 20852495     EISSN : 24772712     DOI : https://doi.org/10.24843/bulvet.
The Buletin Veteriner is focused on Veterinary Medicine and Animal Sciences study with its various developments
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 4 No.2 Agustus 2012" : 10 Documents clear
Penyebaran Virus Vaksin ND Pada Sekelompok Ayam Pedaging Yang Tidak Divaksinasi dan dipelihara bersama ayam yang divaksinasi Gusti Ayu Yuniati Kencana; Nyoman Mantik Astawa; I Gusti Ngurah Kade Mahardika; I Wayan Gorda
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.611 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui daya sebar vaksin ND aktif galurlentogenik (La Sota) dan respons immune ayam yang tidak divaksin yang dipeliharabersama ayam yang divaksin secara intramuskuler. Penelitian ini menggunakan rancanganacak lengkap pola berjenjang (split time) dengan faktor utama perlakukan vaksinasi (TO:0% divaksin dan 100% tidak divaksin , T1: divaksin 50 % dan 50 tidak divaksin dan T2:divaksin 75% dan 25% tidak divaksin) dengan sembilan kali ulangan. Faktor tambahanadalah waktu pengambilan serum (minggu ke-0, ke-1, ke-2 dan ke-3) sehingga jumlahsampel adalah 3x9x4= 108 sampel serum. Ayam umur 3 hari divaksinasi ND secara tetesmata kemudian dilakukan vaksinasi intramuskuler pada umur 21 hari sesuai perlakuan.Titer antibodi ND pada ayam perlakuan diuji dengan uji hambatanhemaglutinasi/hemagglutination inhibition (HI) satu hari sebelum vaksinasi, serta satuminggu, dua minggu, dan tiga minggu setelah vaksinasi. Data tentang titer antibodi (GMTHI)terhadap ND ditransformasi dengan akar X+1, dianalisis dengan sidik ragam dandilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titerantibodi terhadap ND pada ayam yang tidak divaksin dipengaruhi oleh persentase ayamyang divaksin. Antibodi HI unit terhadap virus ND pada ayam yang tidak divaksinasimulai teramati pada minggu ke-2 dan ke-3 setelah vaksinasi. Titer antibodi ayam yangtidak divaksinasi pada kelompok ayam yang hanya divaksin 75% mempunyai titer antibodiyang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok ayam yang divaksin 50% dankontrol (P<0,05). Pada kelompok ayam yang divaksin 50%, titer antibody ND pada ayamyang tidak divaksin secara statistik berbeda tidak nyata dibandingkan dengan kelompokyang divaksin 0% (P>0,05). Pada minggu ke tiga, titer antibody ND ayam yang tidakdivaksinasi pada kelompok ayam yang divaksin 75% nyata lebih tinggi dibandingkandengan pada kelompok ayam yang divaksin 50% (P,0,05). Vaksin ND aktif lentogeik LaSota dapat menyebar dari ayam yang divaksin secara intramuskuler kea yam yang tidakdivaksin
Kelaianan Kulit Anjing Jalanan pada Beberapa Lokasi di Bali Sri Karyati Widyastuti; N iMade Sutari Dewi; Iwan Harjono Utama
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.586 KB)

Abstract

Kelainan kulit merupakan masalah utama pada anjing anjing lokal di Bali dan inimemerlukan perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan beberapainformasi mengenai kelainan kulit pada anjing anjing tersebut. Pengamatan pada 116 anjinglokal di Denpasar, Tabanan, Badung, Gianyar dan Klungkung menunjukan adanya kelainankulit. Enam puluh enam, enam dan 44 kasus diklasifikasikan sebagai kasus kelainan kulitsekunder, primer dan campuran. Kelainan primer berupa eritema/ purpura (40 anjing),makula (9 anjing), papula (15 anjing), nodul (7 anjing) dan pustula (5 anjing). Tidakdijumpai adanya abses dan vesicula. Kelainan kulit tersebut bukan bersifat tunggal, tetapicampuran dengan tipe sekundernya. Anjing anjng yang menderita kelainan kulit sekunderseperti alopecia, kulit bersisik, hiperkeratosis, krusta, lichenifikasi, ulkus, pengelupasan danmasalah warna berturut turut sebanyak 66, 30, 29, 23, 6, 16, dan 29 anjing.
Perubahan Histopatologi Hati Mencit (Mus musculus) yang Diberikan Ekstrak Daun Ashitaba (Angelica keiskei) I Made Indrayadnya Swarayana; I Wayan Sudira; I Ketut Berata
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (79.252 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan histopatologi hati mencit (Musmusculus) yang diberikan ekstrak daun Ashitaba (Angelica keiskei). Penelitian inimenggunakan 25 ekor mencit jantan yang dibagi secara acak sederhana menjadi 5 grup.Grup A sebagai kontrol diberikan aquades, dan grup B, C, D, dan E masing-masingdiberikan 125 mg, 250 mg, 500 mg dan 1000 mg extrak Ashitaba secara oral. Pemberianekstrak etanol daun Ashitaba dilakukan setiap hari selama 21 hari. Pada hari ke 22 semuamencit dinekropsi dan hati diambil untuk diproses pembuatan preaparat dengan metodeembedding blocking dengan paraffin serta pewarnaan hematoxylin eosin (HE). Pemeriksaanperubahan histopatologi dilakukan berdasarkan adanya degenerasi melemak dan nekrosis.Hasil penelitian menunjukkan adanya nekrosis dan degenerasi yang ringan pada semuagrup perlakuan. Hasil analisis statistik dengan metode Kruskal Wallis menunjukkan hasilyang tidak berbeda diantara grup perlakuan. Penelitian ini membuktikan ekstrak daunAshitaba (Angelica keiskei) antara dosis 125 mg sampai 1.000 mg tidak menimbulkan efektoksik pada hati mencit.
Profil Seks Rasio Tukik Penyu Hijau (Chelonia mydas l) Pada Penetasan Alami Dan Non-alami Di Pantai Sukamade Kabupaten Banyuwangi Putu Suastika; Ida Bagus Windia Adnyana; Dwi Suprapti
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.102 KB)

Abstract

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seks rasio tukik penyu Hijau(Chelonia mydas L) yang dihasilkan dari penetasan alami dan non-alami di pantaiSukamade kabupaten Banyuwangi. Sampel yang dipakai adalah tukik berumur 1,5 bulanyang berasal dari 5 sarang penetasan telur. Jumlah sampel tukik adalah 40 ekor yangdiambil secara acak, terdiri atas 20 ekor dari penetasan alami dan 20 ekor dari penetasannon-alami. Tukik diambil organ gonadnya untuk dibuat preparat histologi denganpengecatan Harris-Haematoksilin eosin (H&E) untuk menentukan jenis kelamin. Hasilpenelitian menujukkan bahwa seks rasio pada penetasan alami terdeteksi jantan = 0, betina= 8, dan tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya = 12. Untuk penetasan non-alamiterdeteksi jantan = 13, betina = 0, dan tidak dapat ditentukan jenis kelaminnya = 7. Dapatdisimpulkan bahwa temperatur mempunyai peranan penting dalam penetuan jenis kelamin,sebagaimana rerata temperatur yang ditujukkan pada data logger untuk penetasan alamiadalah 31,79 0C dan penetasan nonalami adalah 27,30 0C
Keragaman Silak Tanduk Sapi Bali Jantan dan Betina Adryani Ris; I Ketut Suatha; I Wayan Batan
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.565 KB)

Abstract

Sapi merupakan salah satu hewan bertanduk dan tanduk berfungsi sebagai pertahanan diridari predator. Pada penelitian ini dicari persentase silak, dari berbagai ragam silak, yakni :silak bajeg, congklok, cono, pendang, manggulgangsa, dan anoa yang ditemukan pada sapibali di Pasar Hewan Beringkit. Penelitian ini menggunakan sampel 1000 pasang tanduksilak sapi bali dewasa, yang terdiri dari 500 pasang tanduk sapi bali jantan dan 500 pasangtanduk sapi bali betina. Hasil penelitian menunjukkan pada sapi bali jantan ditemukantanduk silak bajeg (26,3%) tanduk silak congklok (1,6%), tanduk silak cono (9,1%), tanduksilak pendang (13%), sedangkan tidak ditemukan ragam silak manggulgangsa dan tanduksilak anoa. Sapi bali betina terdiri dari 3,5% silak bajeg, 0,1% silak congklok, 36%, 5,9%silak cono, 2,1% silak pedang , 2,4% silak manggulgangsa dan tanduk silak anoa. Silaktanduk yang paling banyak ditemukan pada sapi bali jantan yaitu tanduk silak bajeg,sedangkan pada sapi bali betina yaitu tanduk silak cono. Silak pada sapi bali bervariasi,baik dari jenis, ukuran dan bentuk. Silak manggulgangsa dan anoa hanya muncul pada sapibali betina.
Efek Ekstrak Daun Ashitaba (Angelica keiskei) Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit (Mus musculus) Jantan Made Oka Adinata; I Wayan Sudira; I Ketut Berata
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (141.706 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun Ashitaba (Angelicakeiskei) yang diberikan secara oral dengan dosis bervariasi terhadap gambaran histopatologiginjal mencit. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 25 ekor mencit(Musmusculus) jantan dengan rata-rata berat badan 25-30 gram dan dibagi menjadi limagrup perlakuan. Perlakuan pertama tidak diberikan ekstrak etanol daun Ashitaba atausebagai kontrol. Perlakuan kedua sampai keempat masing-masing diberikan dosis 125mg/kg berat badan (bb); 250 mg/kg bb; 500 mg/kg bb; dan 1.000 mg/kg bb. Perlakuandiberikan secara oral setiap hari dalam waktu 21 hari. Pada hari ke 22, semua mencitdinekropsi dan ginjal diambil untuk selanjutnya dibuat preparat histopatologi denganpewarnaan hematoksilin eosin (HE). Perubahan histopatologi diperiksa berdasarkan adanyadegenerasi melemak, peradangan dan nekrosis. Hasil dari pemberian ekstrak etanol daunAshitaba (Angelica keiskei) dengan dosis 125 mg/kg bb, dua ekor mencit mengalamidegenerasi melemak dan infiltrasi sel radang dan satu mencit mengalami nekrosis.Pemberian dosis 250 mg/kg bb, tiga ekor mencit mengalami degenerasi melemak daninfiltrasi sel radang dan satu ekor mencit mengalami nekrosis. Pemberian dosis 500 mg/kgbb, tiga ekor mencit mengalami degenerasi melemak dan infiltrasi sel radang dan satu ekormencit mengalami nekrosis. Pemberian dosis 1000 mg/kg bb, tampak adanya infiltrasi selselradang, degenerasi melemak dan nekrosis pada semua mencit yang digunakan.Simpulan penelitian adalah pemberian ekstrak etanol daun Ashitaba pada dosis 1000 mg/kgbb dapat menimbulkan gangguan gambaran struktur histopatologi ginjal mencit (Musmusculus) jantan.
Perilaku Bermasalah pada AnjingKintamani I Wayan Nico Fajar; I Made Sukada; I Ketut Puja
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (39.224 KB)

Abstract

Anjing Kintamani adalah sebutan sekelompok anjing yang habitat aslinya di daerahKintamani. Penampilan dan karaketristik yang menarik menyebabkan anjing Kintamanisangat populer sebagai hewan kesayangan dan sekarang sedang diajukan ke FederationCynologique Internationale untuk penetapan sebagai anjing ras. Tujuan penelitian iniadalah mengevaluasi perilaku bermasalah pada anjing Kintamani. Penelitian ini dilakukandari bulan April sampai Mei 2011. Beberapa aspek yang berkaitan dengan masalah perilakudikumpulkan dengan menggunakan quesioner. Sebanyak 46 ekor anjing dari 75 anjing yangdigunakan sebagai sampel menunjukkan perilaku bermasalah (61.3%) dan 29 anjing tidakmenunjukkan perilaku bermasalah (38.7%). Di antara anjing yang digunakan sebagaisampel rata-rata umur anjing adalah 1- 2tahun dan hampir semua anjing belum disterilkan(92%). Juga didapat bahwa pemilik anjing memelihara anjingnya di halaman rumah (36%).Anjing berturut turt menunjukkan suara berlebihan (36%), perilaku merusak (17%), responberlebihan (6,7%), perilaku tidak pantas (34%) dan perilaku agresive (10,7%). Hasilpenelitian ini mendukung pendapat bahwa anjing kintamani tidak mempunyai perilakubermasalah, sehingga diharapkan sifat anjing Kintamani ini tetap dapat dipertahankan danuntuk dijadikan standar perilaku pada anjing kintamani
Deteksi Toxoplasma gondii pada Mencit yang Diinfeksi Inokulat Jantung dan Otak Ayam Buras Ida Ayu Pasti Apsari; Ida Bagus Oka Winaya; Ida Bagus Ngurah Swacita
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.795 KB)

Abstract

Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler obligat menyebabkan penyakittoksoplasmosis yang sudah tersebar di seluruh dunia. Mencit sangat peka terhadapToxoplasma gondii, sehingga dipilih sebagai hewan model untuk toksoplasmosis. Mencitsebagai hewan model dilakukan penelitian dengan menginfeksikan inokulat jantung danotak ayam buras. Tujuan penelitian untuk mendeteksi Toxoplasma gondii pada mencitsecara serologis dengan metode ELISA dan secara histopatologis dengan metodemikroskopis dan pengecatan Haematoxylin Eosin preparat histologi. Sejumlah 18 inokulatjantung dan 18 inokulat otak ayam buras berasal dari sembilan kabupaten di Bali,diinokulasi ke 72 ekor mencit. Hasil penelitian diperoleh 9 inokulat jantung positif pada 10ekor mencit dan 2 inokulat otak positif pada 3 ekor mencit, dengan titer antibodi serum 512– 1024 EU. Deteksi secara histopatologis pada organ hati, jantung, otak, ginjal dan paruterjadi degenerasi, peradangan dan perdarahan interstitialis. Tidak ditemukan sista padasemua organ mencit yang diperiksa.
Pengaruh Pemberian Pegagan (Centella asiatica) terhadap Struktur Mikroskopis Hati Mencit Pasca Infeksi Salmonella typhi Brahma Tusta Bhirawa; Ni Ketut Suwiti; Ni Luh Eka Setiasih; I Nengah Kerta Besung
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.473 KB)

Abstract

Centella asiatica (pegagan) merupakan salah satu tanaman obat yang memilikibanyak fungsi, salah satunya adalah sebagai imunostimulator, yang berarti dapatmerangsang tubuh untuk meningkatkan respon imun. Namun efek pegagan terhadapstruktur mikroskopis hati pasca diinfeksi Salmonella typhi (S.typhi) belum pernahdilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak pegagan terhadapstruktur mikroskopis hati mencit yang diinfeksi S.typhi . Penelitian ini menggunakan 24ekor mencit jantan umur 8-12 minggu, yang dibagi menjadi 4 grup. P0 sebagai kontroldiberikan aquades, dan grup P1,P2, dan P3, masing-masing diberikan 125 mg/bb, 250kg/bb mg, 500 mg kg/bb. perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Extrak pegagan diberikansecara oral selama 14 hari, pada hari ke 15 seluruh mencit diinfeksi dengan S.typhi,kemudian pada hari ke 14 semua mencit dinekropsi dan hati diambil untuk diprosespembuatan preparat dengan metode pewarnaan hematoxylin eosin (HE). Pengamatandilakukan terhadap gambaran mikroskopis berupa perdarahan, degenerasi vakuola, dannekrosis. Hasil analisis menunjukkan mencit yang tidak diberikan pegagan dengan mencityang diberikan pegagan dosis 125 mg/kg bb., memberikan hasil yang tidak berbeda nyataNamun mencit yang diberikan pegagan dosis 250 mg/kg bb, dan 500 mg/kg bb memberikangambaran mikroskopis yang berbeda nyata.
Pengaruh Pemberian Pegagan (Centella asiatica) terhadap Gambaran Mikroskopis Usus Halus Mencit yang Diinfeksi Salmonella typhi I Md Chandra Arya PW; I Wayan Piraksa; I Nengah Kerta Besung; Ni Ketut Suwiti
Buletin Veteriner Udayana Vol. 4 No.2 Agustus 2012
Publisher : The Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.759 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian pegagan (Centella asiatica)terhadap gambaran mikroskopis usus halus mencit yang diinfeksi Salmonella typhi.Penelitian ini menggunakan sampel usus halus mencit jantan strain Balb/C yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan berkisar antara 20-35 gram. Sebanyak 24 ekor mencit dipakaidalam penelitian, dibagi empat kelompok, yakni kelompok 1 sebagai kontrol diberikanaquades steril, kelompok 2 diberikan pegagan dengan dosis 125 mg/kg bb, kelompok 3diberikan pegagan 250 mg/kg bb, dan kelompok 4 diberikan pegagan 500 mg/kg bb.Setelah 14 hari seluruh mencit diinfeksi dengan S. typhi. Pada hari ke-15 dilakukannekropsi untuk pengambilan sampel berupa usus halus dan dibuat preparat histology,menggunakan pewarnaan Hematoxilin-Eosin. Selanjutnya dilakukan pengamatan diLaboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan, terhadap gambaran mikroskopis yangmeliputi perubahan berupa : perdarahan, infiltrasi sel radang, dan deskuamasi epitel usushalus. Metode pewarnaan menggunakan Hematoxilin-Eosin. Data yang diperoleh dianalisisdengan Uji Kruskall-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pegagan dengandosis 125 mg/kg bb dengan kontrol tidak berbeda nyata (p>0,05), apabila dibandingkandengan dosis pegagan250 mg/kg bb memberikan hasil yang berbeda nyata (p<0,05) danantara pemberian dosis pegagan 250 mg/kg bb dan 500 mg/kg bb memberikan hasil yangtidak berbeda nyata (p>0,05). Hal ini berarti, pemberian ekstrak pegagan (Centella asiatica)dengan dosis 250 mg/kg bb dapat mencegah perubahan gambaran mikroskopis usus halusakibat infeksi S. typhi.

Page 1 of 1 | Total Record : 10