Claim Missing Document
Check
Articles

Karakteristik Mikrosatelit Gen BoLA dengan Penanda Primer RM 185 pada Sapi Bali (Bos indicus) di Nusa Penida Suastika , Putu; Puja, I Ketut; Wandia, I Nengah; Sulabda, I Nyoman
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 17, No 2 (2012): June 2012
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9.129 KB) | DOI: 10.24002/biota.v17i2.131

Abstract

Penelitian ini bertujuan menjelaskan distribusi frekuensi lokus gen bovine lymphocyte antigen (BoLA) memakai primer RM 185 pada sapi bali dari Nusa Penida. Sebanyak 21 ekor sapi bali yang berasal dari Nusa Penida diambil secara acak. Jumlah alel gen BoLA pada lokus RM 185 ada 7 macam alel yaitu 76 pb, 84 pb, 86 pb, 90 pb, 98 pb, 100 pb, dan 104 pb. Frekuensi tiap- tiap alel yang teramati adalah 0,02%; 0,09%; 0,31%; 0,07%; 0,12%; 0,28%; dan 0,09%. Rata- rata heterozigositas yang didapat adalah 0,804. Dapat disimpulkan, bahwa lokus RM 185 pada gen BoLA sapi bali di Nusa Penida adalah sangat polimorfik di antara populasi.
Polimorfisme Genetik DNA Mikrosatellite GEN BoLA Lokus DRB3 pada Sapi Bali (Bos indicus) Puja , I Ketut; Wandia, I Nengah; Suastika, Putu; Sulabda, I Nyoman
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 16, No 2 (2011): June 2011
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (115.635 KB) | DOI: 10.24002/biota.v16i2.116

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi dasar mengenai distribusi frekuensi lokus DRB3 gen BoLa (bovine lymphocyte antigen) pada sapi Bali. Untuk isolasi DNA digunakan sampel darah sapi Bali yang diambil dari populasi sapi Bali yang berasal dari Bali dan sapi Bali yang berasal dari Nusa Penida. Jumlah sampel untuk sapi Bali yang berasal dari Bali adalah 22 ekor dan sapi yang berasal dari Nusa Penida 21 ekor. Jumlah allel lokus DRB3 pada sapi Bali asal Bali adalah 7 dan 9 allel dari sapi Bali asal Nusa Penida. Rataan heterozigositas perlokus adalah 0,7967 pada sapi Bali asal Nusa Penida dan 0,7863 pada sapi Bali asal Bali. Nilai PIC lokus DRB3 pada sapi Bali asal Nusa Penida adalah 0,7417 dan 0,742 pada sapi Bali asal Bali. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini adalah lokus DRB3 pada sapi Bali sangat polimorfik.
Karakterisasi Genetik Kambing Gembrong dari Karangasem Bali Menggunakan DNA Mikrosatelit Puja, I Ketut; Sulabda, I Nyoman
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 14, No 1 (2009): February 2009
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.575 KB) | DOI: 10.24002/biota.v14i1.2632

Abstract

The present study was undertaken with primary objective to characterize of Gembrong goat breeds. It is essential to characterize the germplasm for intragenetic variability, which will help in planning for conservation strategy as well as genetic improvement. DNA Genome was isolated from hairs. Nine microsatellite were amflified by PCR. PCR product were run on 6% bis-Acrylamide gel in automated DNA sequencer. Flourescent signals from the dye-labeled microsatellite were detecting using STRand software. The result show that all markers (INRA005, INRA063, INRA023, ILSTS19, ILSTS87, SRCRSP8, MAF65, OarFCB20, and McM547) successfully amplified in Gembrong goat microsatellite loci. The number of alleles per locus ranged from 1 (INRA005) to 4 (ILSTS87). All the microsatellites investigated were found to be highly polymorphic, except INRA063. In total, 23 alleles were observed for the 9 microsatellite loci. The allele sizes ranged from 99 bp (OarFCB20) to 240bp (SRCRSP8). The study can be extended to include large many microsatellites in different chromosome location to validate the results.
Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur Cintya Dalem, TJOKORDA ISTRI AGUNG; KARDENA, I MADE; PUJA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (2) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.952 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekologi dan demografi anjing di kecamatan Denpasar Timur. Penelitian ini menggunakan metode observasional study, dengan melakukan pengumpulan data mengenai sosio-ekologi anjing yang meliputi: populasi, jenis kelamin, umur dan sterilisasi, status vaksinasi dan kasus gigitan dan profil pemilik anjing. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode WHO Expanded Programme on Immunization (EPI) cluster survey yang dimodifikasi di Kota Denpasar. Penentuan area sampling kecamatan dan kelurahan dilakukan secara purposive, yaitu masing-masing di kecamatan Denpasar Timur di Kelurahan Kesiman dan Kelurahan Sumerta. Sedangkan untuk wilayah banjar, dilakukan secara acak dengan memilih 2 wilayah banjar pada masing-masing kelurahan yang disampling.Dari penelitian ini diperoleh data hasil per April 2011 sebagai berikut: rasio manusia dengan anjing yang dipelihara adalah 8,7 : 1. Rasio jenis kelamin anjing yang dipelihara antara jantan dan betina adalah 2,2 : 1. Penduduk lebih banyak memelihara anjing yang berumur di atas 3 bulan. Cakupan vaksinasi anti rabies pada anjing adalah sebesar 82% dan jumlah akhir kasus gigitan anjing dari tahun 2010 yakni sebanyak 17 kasus gigitan.
Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara Canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali Evayana, Made; Dwinata, I Made; Puja, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 6 (2) 2017
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.192 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Sebanyak 90 sampel feses Anjing Kintamani Bali diperiksa menggunakan metode kosentrasi apung. Hasil penelitian, diperoleh bahwa prevalensi infeksi cacing Toxocara canis pada Anjing Kintamani Bali sebesar 22,22% (20/90). Pevalensi infeksi berdasarkan umur dibawah satu tahun sebesar 22,85% dan umur diatas satu tahun sebesar 21,81%. Prevalensi berdasarkan jenis kelamin, pada anjing jantan sebesar 25% dan pada anjing betina sebesar 18,42%. Sedangkan prevalensi berdasarkan sistem pemeliharaan, pada anjing dikandangkan sebesar 21,42% dan pada anjing yang dilepaskan sebesar 22,91%. Hasil uji Chi-square didapatkan umur, jenis kelamin dan sistem pemeliharaan tidak terdapat hubungan yang signifikan (P>0.05) antara satu dengan yang lain.
Polimorfisme Lokus Mikrosatelit RM185 Sapi Bali di Nusa Penida MUHAMMAD, ZAKIATUN; PUJA, I KETUT; WANDIA, I NENGAH
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (4) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.244 KB)

Abstract

Polimorfisme pada suatu populasi sering kali digunakan sebagai salah satu indeks keragaman genetik. Sifat polimorfik ini ditentukan dengan mengidentifikasi jumlah alel pada suatu populasi. Dengan adanya identifikasi jumlah alel maka akan dapat ditentukan frekuensi alel dan nilai heterozigositas suatu populasi. Sampel berupa darah sapi dari populasi sapi bali (Bos Sondaicus) di Nusa Penida. Sebanyak 21 sampel darah sapi bali digunakan sebagai sumber DNA. Pengekstraksian sampel darah menggunakan QIAamp DNA Blood Mini Kit produk QIAGEN. Amplifikasi lokus mikrosatelit DRB3 menggunakan dengan teknik PCR dengan suhu annealing 580C. Produk PCR yang merupakan suatu alel dipisahkan melalui elektroforesis pada gel acrilamid 7% dan dimuculkan dengan pewarnaan perak. Hasil penelitian polimorfisme lokus mikrosatelit RM185 pada 21 ekor sapi bali di Nusa Penida teridentifikasi 7 alel yaitu 76 pb, 84 pb, 86 pb, 90 pb, 98 pb, 100 pb, dan 104 pb. Genotip pada setiap individu bersifat heterozigot. Alel 86 pb merupakan frekuensi alel tertinggi dengan nilai frekuensi 0,31. Sedangkan nilai frekuensi alel terendah adalah alel 76 pb dengan nilai frekuensi alel 0,02. Keragaman genetika populasi sapi bali di Nusa Penida dengan penanda molekuler lokus mikrosatelit RM185 memiliki nilai heterozigositas ? = 0,804.
Cakupan Vaksinasi Anti Rabies pada Anjing dan Profil Pemilik Anjing Di Daerah Kecamatan Baturiti, Tabanan TARIGAN, IVAN M; SUKADA, I MADE; PUJA, I KETUT
Indonesia Medicus Veterinus Vol 1 (4) 2012
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.245 KB)

Abstract

Rabies merupakan salah satu penyakit yang bersifat zoonosis yang dapat menyerang manusia dan hewan berdarah panas dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan hewan yang positif rabies. Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang bebas rabies, namun semenjak kasus gigitan anjing positif rabies November 2008 di daerah Ungasan, Badung maka Bali dinyatakan sebagai daerah tertular rabies. Dalam hal ini Pemerintah Bali telah melakukan tindakan-tindakan dalam menanggulangi kasus rabies yang semakin menyebar luas di Bali. Akan tetapi, karena semakin luasnya daerah yang tertular rabies menunjukkan bahwa Pemerintah Bali belum maksimal dalam penanganan penyakit ini. Penelitian ini menggunakan metode observasional study, dengan melakukan pengumpulan data mengenai sosio-ekologi anjing dan profil pemilik anjing. Data mengenai sosio ekologi anjing meliputi: karakteristik anjing, terutama mengenai cakupan vaksinasi dan faktor resiko pada anjing yang tidak divaksin serta jumlah populasi anjing. Sedangkan data mengenai profil pemilik anjing meliputi: karakteristik keluarga, persepsi tentang penanganan rabies, pengetahuan tentang rabies dan vaksinasi, pengalaman dan pengetahuan tentang gigitan anjing. Dari penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut : cakupan vaksinasi di Banjar Pekarangan 79,4% dan Banjar Abianluang diperoleh hasil 67%, rata-rata hasil cakupan vaksinasi kedua Banjar tersebut 73,2%. Masih banyaknya masyarakat tidak memvaksin anjing dikarenakan belum cukup umur 5 orang, tidak dapat ditangani 11 orang, pemilik sibuk ketika waktu vaksin 22 orang dan pemilik acuh terhadap vaksinasi sebanyak 3 orang. Informasi mengenai rabies yang ada di masyarakat, didapat hasil sebanyak 274 orang mengetahui rabies dapat menginfeksi semua hewan mamalia, 251 orang mengetahui rabies dapat terjadi setiap waktu, dan 264 orang mengetahui rabies dapat dipengaruhi oleh faktor anjing. Sumber informasi didaerah tersebut, didapatkan hasil sebanyak 276 orang dari Pemerintah, sebanyak 243 orang mendapatkan informasi dari televisi, dan sebanyak 163 orang dari koran. Keberhasilan dalam pemberantasan rabies tidak akan berhasil jika hanya dengan vaksinasi dan eliminasi saja bila tidak dipadu dengan cara pemeliharaan anjing yang benar, sehingga perlu dilakukannya program pendidikan kepada masyarakat tentang bagaimana cara memelihara anjing yang baik, dengan membatasi pergerakan anjingnya (dengan cara diikat atau dikandangkan) serta perlunya meningkatkan pemahaman masyarakat akan pentingnya pemberian vaksinasi anti rabies, terutama pada anjing-anjing muda.
Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran Pencernaan pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali Glantiga, I Gede Jaya Rama; Oka, Ida Bagus Made; Puja, I Ketut
Indonesia Medicus Veterinus Vol 5 (5) 2016
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (245.279 KB)

Abstract

Telah dilakukan penelitian pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana yang bertujuanuntuk mengetahui prevalensi infeksi protozoa saluran pencernaan pada Anjing Kintamani Bali diDesa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Penelitian ini merupakan penelitianobservasional dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Metode yang digunakan adalahmetode Apung dan dilakukannya pemeriksaan di Labratorium Parasitologi Fakultas KedokteranHewan Universitas Udayana. Dari 90 sampel feses Anjing Kintamani Bali yang diperiksa, 9 sampelpositif terinfeksi protozoa saluran pencernaan dengan prevalensi sebesar 10%. Digolongkanberdasarkan umur, Anjing Kintamani Bali yang berumur dibawah satu tahun, prevalensinya sebesar17,14% (6/35), sedangkan yang berumur diatas satu tahun prevalensinya 5,54% (3/55). Berdasarkanjenis kelamin prevalensinya sebesar 11,53% (6/55), sedangkan yang berjenis kelamin betinaprevalensinya sebesar 8,82% (3/38). Berdasarkan sistem pemeliharaan Anjing Kintamani Bali yangdikandangkan prevalensinya sebesar 9,6%(4/42), sedangkan yang dilepaskan prevalensinya sebesar10,41% (5/48). Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin dan sistempemeliharaan terhadap prevalensi infeksi protozoa saluran pencernaan Anjing Kintamani Bali.
Peluang Penggunaan Spermatozoa Epididimis Yang Dikoleksi Setelah Kematian Sebagai Sumber Sel Gamet pada Anjing Puja, I Ketut; Trilaksana, IGN; Lontoh, Rudy
Biota : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati Vol 10, No 2 (2005): June 2005
Publisher : Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (50.434 KB) | DOI: 10.24002/biota.v10i2.2846

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of postmortem time on percentage of life epididymal sperm from postmortem canine caudae epididymides. A total of 9 dog were used and divided into three group. T0 was control group, T1, 3 hours postmortem and T2, 6 hours postmortem. This way, samples were obtained at different times postmortem. Sperm were extracted from the caudae epididymis by means of cuts. The result showed that the percentage of life sperm were 67,16 ± 5.67(T0), 46.33± 5.60 (T1) and 24.00 ± 4.35 respectively. We could appreciate that percentage of life was affected by postmortem time. There was significant decrease life sperm recovered from epididymides postmortem (P<0.01). In conclusion, epididymal sperm from dog undergo decrease of percentage of life, but it could stay acceptable within many hours postmortem. We intepreted these data to indicate that it may still be possible to obtain viable spermatozoa many hours later.
Perilaku Merawat Anak pada Anjing Kintamani Bali Primipara dan Multipara Manuela, Ni Luh; Puja, I Ketut; Sulabda, I Nyoman
Indonesia Medicus Veterinus Vol 8 (6) 2019
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (70.546 KB)

Abstract

Anak anjing yang baru dilahirkan, dalam melanjutkan proses kehidupannya sangat ketergantungan pada induk. Hubungan antara pengalaman induk dan penampilan dalam berinteraksi dengan anaknya akan meningkatkan ketahanan hidup anak secara signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perilaku merawat anak pada anjing kintamani bali serta menginvestigasi apakah ada perbedaan perilaku merawat anak antara induk primipara dengan multipara. Sampel penelitian terdiri dari lima indukan primipara dan tujuh indukan multipara dan diambil dari kennel anjing kintamani yang berada di Bali, Solo, Bandung dan Surabaya dengan lingkungan terkontrol. Interaksi induk dan anak dicatat selama 15 menit setiap hari pada hari ke-7, -14 dan -21 setelah melahirkan. Rata-rata waktu berinteraksi antara induk primipara dan multipara dianalisis dengan Student T-test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada waktu yang diperlukan untuk menyusu antara induk primipara dengan multipara. Pada indukan multipara, waktu yang dihabiskan untuk menyusu adalah 13,95 menit sedangkan pada induk primipara adalah 9,93 menit. Waktu yang dihabiskan induk untuk kontak dengan anak, seperti menjilat bagian tubuh dan alat genitalis anak tidak menunjukan perbedaan yang nyata. Hasil penelitian disimpulkan bahwa induk anjing kintamani multipara menghabiskan waktu lebih lama dibanding dengan induk primipara.