cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
ISSN : 23030453     EISSN : 24429872     DOI : -
Core Subject : Education,
Diya al-Afkar adalah jurnal ilmiah yang memfokuskan studi al-Quran dan al-Hadis. Jurnal ini menyajikan karangan ilmiah berupa kajian ilmu-ilmu al-Quran dan al-Hadis, penafsiran/pemahaman al-Quran dan al-Hadis, hasil penelitian baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan yang terkait tentang al-Quran atau al-Hadis, dan/atau tinjauan buku. Jurnal ini diterbitkan secara berkala dua kali dalam setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 227 Documents
KONSEP TAKDIR DALAM AL-QUR’AN ( Studi Tafsir Tematik) Arnesih Arnesih
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 01 (2016): JUNI
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.463 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i01.887

Abstract

Takdir merupakan sebuah sebutan atas pengetahuan Allah Swt yang meliputi seluruh alam.  Allah Swt menulis segala peristiwa yang terjadi baik kepada alam maupun manusia.  Takdir Allah Swt hanya untuk menyelaraskan takdir dengan keinginan manusia, karena manusia diberkahi kelebihan akal untuk mampu membedakan antara perbuatan baik dan perbuatan buruk, Allah Swt hanya membimbing kita menuju amal kebaikan yang menyebabkan kita mempunyai keinginan dan kemudian melakukannya. Amal kebaikan kita didapat melalui keimanan, ketaatan yang tulus dan berdo’a agar selalu mendapatkan ridha Allah Swt.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konsep takdir dalam al-Qur’an secara kronologis pewahyuan makkiyah dan madaniyah serta perspektif teologis dan sains, sedangkan metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode maudlu’i (tematik), yang berarti menghimpun ayat-ayat yang berkenaan dengan takdir kemudian menyusun secara kronologis ayat makkiyah dan ayat madaniyah. Dalam penyusunan ayat makkiyah dan madaniyah penulis menggunakan teorinya Ibnu Abbas. Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini menunujukkan bahwa sebagian besar ayat tentang takdir lebih cenderung kepada ayat-ayat makkiyah dibandingkan dengan ayat-ayat madaniyah. Ini menunujukan bahwa ayat tentang takdir lebih menyeru kepada tauhid. Dalam pengelompokan ayat-ayat tentang takdir berdasarkan makkiyah dan madaniyah penulis mengkategorikan ke dalam empat kategori yakni: takdir yang berbicara tentang waktu, takdir yang berbicara tentang manusia, takdir yang berbicara tentang alam semesta dan takdir yang berbicara tentang balasan manusia.   Kata Kunci: Takdir, Teologis dan Sains, Tafsir
Penafsiran Mirza Bashiruddin Tentang Ayat-Ayat Penyaliban, Kewafatan Dan Kebangkitan Nabi Isa as. (Kajian Tematik Dalam Tafsir Shaghir) Makmuri Makmuri; Didi Junaedi; M. Maimun
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 02 (2016): DESEMBER
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.077 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i02.1146

Abstract

Jemaat Ahmadiyah merupakan aliran dalam agama Islam yang mempunyai berbagai “kepercayaan” yang berbeda dengan mayoritas umat Islam lainnya. Di antara “kepercayaan” yang seringkali menjadi polemik itu adalah hal yang berkaitan dengan penafsiran ayat-ayat yang terkait dengan tentang penyaliban, kewafatan, dan kebangkitan Nabi Isa as. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penafsiran Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad, sebagai salah satu tokoh Ahmadiyah terhadap ayat-ayat tentang Nabi Isa a.s.Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research) dengan metode kualitatif yang merujuk pada sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kitab Tafsir Shaghir (Tafsir Qur’anun Majid) dan sumber sekunder adalah buku-buku penunjang baik berupa buku cetak maupun digital.Melalui penelitian ini dapat diambil beberapa hasil bahwa, penafsiran Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad dalam kitab Tafsir Shaghir (Tafsir Qur’anun Majid) menyatakan bahwa Nabi Isa a.s telah disalib namun tidak sampai mati, Nabi Isa diturunkan oleh muridnya dari tiang salib kemudian diobati dengan ramuan-ramuan salep. Setelah sembuh Nabi Isa a.s melakukan perjalanan mencari murid-muridnya hingga sampai di Srinagar Khasmir di mana beliau meninggal dan dikubur di kota tersebut. Dengan demikian, maka Jemaat Ahmadiyah meyakini Nabi Isa a.s telah wafat. Keyakinan akan wafatnya Nabi Isa a.s membuat Jemaat Ahmadiyah mempunyai ajaran bahwa kedatangan Nabi Isa a.s yang dijanjikan di akhir zaman bukanlah yang  diutus untuk Bani Israil, akan tetapi seseorang yang memiliki sifat yang sama dengan Nabi Isa a.s. Kata kunci: Nabi Isa a.s, Jemaat Ahmadiyah, Mirza Bahsiruddin Mahmud Ahmad, Tafsir Shaghir (Tafsir Qur’anun Majid).
Hikmah Walimah Al-‘Ursy (Pesta Pernikahan) Dengan Kehormatan Perempuan Perspektif Hadits Lia Laquna Jamali; Lukman Zain; Ahmad Faqih Hasyim
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 02 (2016): DESEMBER
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.308 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i02.1161

Abstract

Walimah al-'ursy is one of a series of events in the process of marriage. Islam recommends to hold a feast al-'ursy after conducting the ceremony. It is very important and not to be underestimated, because walimah al-'ursy aligned with the honor of women. Based on that background to discuss hadith walimah al-'ursy. The assessment covered in this study include: the quantity and quality of the chain and honor traditions, the meaning and understanding of the traditions, and the relationship walimah al-'ursy with the honor of women. Data collection was referring to some source library (library research).The theory used in this research is the theory maani al-Hadith offered by Yusuf al-Qardawi. Based on the study of hadith walimah al-'ursy that: In terms of quantity included in the category of hadith ahad 'Aziz and in terms of quality category sahih li gairihi. Defining and understanding hadith walimah al-'ursy there are objective and important lessons in it as information to the public was the wedding and all the relatives and other relatives can come together to celebrate happiness and wish the best to live in harmony as a married couple.  The connection between the meaning of the hadith walimah nowadays very closely with women's honor, because honor is very important both in terms of any case. At every wedding organized to implement the feastal-'ursy after the holding of the ceremony. Especially with the feast of al-'ursy to avoid the issue of marriage sirri commonly called marriage under the hand without recorded by the Marriage Registrar Officer and can lead to several negative outlook. So that it can drop the dignity and honor of women in particular. Keywords: Walimah al-'ursy, honor women
TRADISI MUJAHADAH PEMBACAAN AL-QUR’AN SEBAGAI WIRID DI PONDOK PESANTREN KEBON JAMBU AL-ISLAMY BABAKAN CIWARINGIN CIREBON M. Ofik Taufikur Rohman Firdaus
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 01 (2016): JUNI
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.082 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i01.888

Abstract

Al-Qur’an adalah mukjizat terakhir dan teragung yang keotentikannya dipelihara langsung oleh Allah Swt. Oleh karena itu, al-Qur‟an terus dikaji dan dijadikan pedoman umat Islam. Berbagai interaksi pun dilakukan secara individu ataupun kelompok. Di antaranya ada sebagian yang hanya mempelajari seputar redaksinya saja dan ada juga yang mengaplikasikan al-Qur‟an langsung dalam kehidupannya atau disebut dengan Living Qur’an. Salah satu contoh Living Qur’an adalah Tradisi Mujahadah Pembacaan al-Qur‟an Sebagai Wirid di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy Babakan Ciwaringin CirebonPenelitian ini mengkaji bagaimana tradisi mujahadah yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Kebon Jambu Al-Islamy dan bagaimana pengalaman pelaku mujahadahpun menjadi salah satu rumusan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tradisi Mujahadah secara runtut di Pondok Kebon Jambu. Kemudian juga mengetahui pengalaman yang dirasakan oleh orang yang mengamalkan mujahadah.Penelitian ini merupakan kajian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah deskriptif-analitik, yaitu memaparkan realita dan menganalisis tentang kegiatan mujahadah al-Qur’an di Pondok Pesantren Kebon Jambu dengan metode pengumpulan data berupa observasi, dokumentasi, dan wawancara, metode pengolahan data dan metode penarikan kesimpulan.Hasil penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan bahwa tradisi ini dilatarbelakangi oleh keinginan pengasuh untuk meneruskan amalan yang beliau lakukan ketika mesantren di Pondok A.P.I Tegal Rejo dan melestarikan tradisi ahlussunnah wal jama’ah. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Senin malam Selasa setelah shalat Maghrib dan dikuti oleh seluruh santri. Tujuannya adalah sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, melatih diri untuk memerangi hawa nafsu, menumbuhkan rasa tawakkal kepada Allah Swt, membersihkan diri dari segala penyakit, wujud rasa syukur atas limpahan nikmat, serta melatih diri dan para santri untuk istiqomah membaca al-Qur’an. Kemudian, beberapa pengalaman yang dirasakan oleh pelaku mujahadah diantaranya timbul ketenangan lahir dan bathin, dimudahkan dalam segala urusan, tumbuhnya semangat belajar menuntut ilmu, kelapangan rizki, dikabulnya segala permintaan, serta terjalinnya tali silaturahmi yang erat.  Kata Kunci: mujahadah, wirid, tradisi, Al-Qur’an dan Pesantren
Penafsiran Ayat-Ayat Pemicu Radikalisme Perspektif Ibnu Taimiyah Dan Quraish Shihab (Telaah QS. Al-Taubah [9]: 5 dan 29) Siti Khoirunnisa; Lukman Zain; Anisatun Muthi'ah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 4, No 02 (2016): DESEMBER
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (266.991 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v4i02.1149

Abstract

Di Indonesia telah banyak kelompok yang melakukan tindakan intoleran atas nama agama terhadap non-muslim. Ayat-ayat al-Qur’an menjadi dasar dan nilai tertinggi perbuatan terorisme sekelompok orang tersebut. Oleh sebab itu, gagasan tentang pentingnya mengenal lebih dalam soal penafsiran al-Qur’an terkait ayat-ayat yang terkesan radikal menjadi sangat penting, agar seseorang tidak terdorong melakukan tindak kekerasan atas nama agama. Dalam hal ini, penulis akan mengkaji pemikiran Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab tentang ayat-ayat pemicu tindakan radikal tersebut, terkhusus QS. al-Taubah (9): 5 dan 29. Seperti Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan jenis penelitian ini adalah penelitian pustaka dengan membahas buku, baik dari buku primer maupun sekunder yang terkait dengan tema yang dikaji. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah muqaran. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah menjelaskan pengertian radikalisasi dan deradikalisasi, mengumpulkan ayat al-Qur’an yang seringkali ditafsirkan secara radikal, memaparkan penafsiran masing-masing mufassir, menganalisis studi komparatif yakni perbandingan antara penafsiran Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab.Hasil penelitian ini menjawab bagaimana penafsiran Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab tentang QS. Al-Taubah ayat 5 dan 29 adalah sebagai berikut: dalam menafsirkan al-Qur’an keduanya tidak menafsirkan secara tekstual, melainkan dengan menjadikan asbab nuzul sebagai alat untuk memahami maksud ayat tersebut. Asbab al-Nuzul ayat tentang izin penyerangan terhadap kaum muslim adalah peristiwa penyerangan terlebih dulu yang dilakukan kaum Nashrani yang ada di Romawi. Dengan demikian, konteks pelaku penyerangan adalah kaum Nashrani dan Yahudi yang tidak beragama dengan benar, yang sikap dan perilakunya akan berakibat mengganggu ajaran Islam dan mengganggu kelangsungan hidup masyarakat Islam. Keduanya sama-sama menyimpulkan umat muslim tidak boleh menyerang kaum musyrikin kecuali ada penyerangan terlebih dulu yang dilakukan kaum musyrik.  Kata kunci: al-Qur’an, Radikalisasi, Intoleran.
Makna Puasa dalam Tafsir al-Jailani (Studi tentang Penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani) Rifa’i, Muhammad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol. 5 No. 01 Juni 2017
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.2011

Abstract

Puasa adalah menahan diri pada siang hari dari hal-hal yang membatalkanpuasa, disertai niat oleh pelakunya, sejak terbitnya fajar sampaiterbenamnya matahari. Pengertian semacam ini adalah dipaparkan oleh ulama fikih, sedangkan makna puasa menurut ulama tasawuf adalah menahan hawa nafsu; panca indera; dan berpaling dari selain Allah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap makna puasa ini dari sisi tasawuf di mana cakupanya lebih luas. Adapun tafsir yang digunakan sebagai sumber data primer adalah kitab tafsir al-Jailani. Karena kitab tafsir ini mempunyai ciri khas yang berbeda dengan kitab tafsir yang bercorak tasawuf lainnya. Di antara perbedaannya adalah terdapat pendahuluan dan penutupan tiap suratnya serta menjelaskan makna puasa dalam tiga macam, yaitu puasa syariat; hakikat (rohaninya), dan puasa berpaling dari selain Allah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang disajikan yaitu (1) Bagaimana metode penulisan tafsir al-Jailani?(2) Bagaimana penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tentang makna puasa dan analisis penulis?” Adapun tujuannya adalah Untuk mendeskripsikan metode penulisan tafsir al-Jailani, mulai dari biografi Syaikh Abdul Qadir al-Jailani; keterangan tafsirnya; penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani tentang ayat-ayat puasa serta analisisnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data melalui teknik library research, yaitu menghimpun buku dan literatur yang mendapat mendukung penelitian ini. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan, yaitu terkait gambaran umum tafsir al- Jailani dan penafsiran al-Jailani tentang ayat-ayat puasa serta analisisnya. (A) Metode penafsiran dalam tafsir ini ada dua aspek. (1) Aspek teknik penulisan tafsir, meliputi: (a) Sistematika penyajian tafsir menggunakan sistem penyajian runtut sesuai urutan mus}haf usmani.(b) Bentuk penyajian tafsir yang digunakan adalah penyajian global. (c) Gaya bahasa penulisan tafsir adalah gaya bahasa reportase. (d) Bentuk penulisan tafsirnya adalah dengan menggunakan bentuk penulisan ilmiah. (e) Sifat Mufasirdalam tafsir al- Jailani adalah termasuk mufasir individual. (f) Asal-usul literatur tafsir berasal dari ruang non-akademik. (g) Sumber-sumber rujukan tafsir ini adalah kitab Muqaddimah fī Us}ūl al- Tafsīr karya Syaikh Imam al-Gazali, berbagai kitab hadis, pendapat para sahabat; tabi‘in; dan ulama salaf, serta pendapat Syaikh Abdul Qadir al-Jailani sendiri. (2) Aspek hermeneutika tafsir, meliputi: (a) Metode tafsiryang digunakan adalah aspek konteks di dalam teks yang dapat memuat ruang-ruang sosial budaya yang beragam. (b) Nuansa tafsir yang digunakan dalam tafsir al-Jailani adalah nuansa sosio-kemasyarakatan, sufistik dan psikologis. (c) Pendekatan tafsir yang digunakan oleh Syaikh Abdul Qadir al- Jailani dalam kitab tafsir al-Jailani adalah pendekatan kontekstual. (B) Adapun penafsiran Syaikh Abdul Qadir al-Jailani terkait ayat-ayat puasa adalah beliau memberi makna puasa dengan membagi menjadi tiga macam, meliputi puasa syariat, hakikat (rohaninya), dan puasa berpaling dari selain Allah. Namun yang ada dalam keseluruhan ayat puasa (kecuali al-Baqarah [2]: 183) itu hanya menjelaskan dua makna macam puasa (puasa syariat dan puasa hakikat). Kata kunci: Al-Jailani, Penafsiran, Puasa, Tafsir
AL-QURAN DAN FILSAFAT (AL-QURAN INSPIRATOR BAGI LAHIRNYA FILSAFAT) Asmuni, Ahmad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol. 5 No. 01 Juni 2017
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.2002

Abstract

Pedoman umat Islam yang menjadi petunjuk (hudan) utama bagi manusia adalah Al-Quran. Dalam Al-Quran Allah swt banyak memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal pikirannya (berpikir, berfilsafat). Dalam Al-Quran juga terdapat banyak ayat yang memberikan dorongan kepada manusia untuk selalu mengguna-kan akan dan senantiasa mengembangkan pikiran dan hatinya. AlQuran banyak mendorong manusia untuk memikirkan penciptaan langit, bumi,manusia, alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan sebagainya. Al-Quran sangat mencela orang-orang yang bersikap taqlid dan jumud kepada warisan para leluhurnya sehingga mereka enggan menggunakan akalnya untuk memikirkan kebenaran dan berpikir bebas guna mencapai kebenaran.Perintah Allah terkait dengan perintah untuk menggunakan akal pikiran ini, sejalan dengan filsafat yang menggunakan akal. Dengan demikian sangat bisa dipahami bahwa Al-Quran sesungguhnya menyuruh manusia untuk berfilsafat. Bahkan ternyata al-Quran telah menginspirasi terhadap lahirnya filsafat. Karena itu sangat bisa dipahami banyak lahir dari umat Islam para pemikir (Falosuf) yang terkenal terutama pada  masa klasik seperti; al-Razi, Ibnu Rusyd, al-Ghazali, dan lain-lain.Kata Kunci: Al-Quran, Filsafat, dan Filosof
Ragam Qira‘at Mushaf Alquran di Cirebon (Studi atas Mushaf Keraton Kacirebonan) Abdul Latif; Adib Adib; Mahrus eL-Mawa
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 01 (2018): Juni
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.669 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i01.2801

Abstract

Islam recognizes the name of qira‘at seven of the seven qira‘at priests who are still practiced and made daily reading only four imams ie. Nafi ', Abu ’Amr, Ibn 'Amir, and ’Asim. Not all of these imams were routinely recited by Muslims. Muslims in Indonesia generally only recognize one qira'at. Hafs from 'Asim. This is at least evident from some of the printed Qur'an that predominantly use the Hafs from 'Asim. From several literatures, there are thousands of religious manuscripts in Indonesia. In Cirebon there are several scientific manuscripts in several palaces residing in Cirebon area. In Kacirebonan palace there are 50 more manuscripts, three of which are ancient Qur'anic manuscripts. Based on the existing reality, this paper will explore the study of the text of the mushaf, especially in his studies of qira‘at. From that background then the question arises. 1. How to write Mushaf Alquran in Kacirebonan palace. 2. How is the variety of qira‘at contained in the mushaf. 
PEMIMPIN IDEAL DALAM PERSPEKTIF HADIS Muthi’ah, Anisatun
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol. 5 No. 01 Juni 2017
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.482 KB) | DOI: 10.24235/sqh.v5i01.2007

Abstract

Pemimpin ideal dalam anjuran islam seharusnya sekaligus berarti penolong, karena pemimpin bertugas melindungi orang-orang yang dipimpinnya dan berusaha menolong serta menyelamatkan mereka saat kesulitan dan bencana menimpa, karena pemimpinlah yang bertanggung jawab atas segala hal yang ada dan yang terjadi dalam wilayahnya serta ihwal orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin dipilih adalah untuk memimpin anggota kelompoknya untuk dapat mewujudkan tujuan bersama.Kata kunci: Pemimpin ideal, dan HadisAbstractThe ideal leader in Islamic advice should be included in the sense of a helper, for the leader is in charge of protecting the people he leads and trying to help and rescue them when hardships and disasters strike, for the leader is responsible for everything that is and what is happening in his territory and about the people he leads. A chosen leader is to lead members of his group to be able to realize common goals.Keywords: Ideal Leader, and Hatdits
Nushuz Perspektif Alquran: Studi Komparatif Penafsiran Al-Qurṭubi Dan Muhammad Quraish Shihab Yana Mujayana; Adib Adib; Umayah Umayah
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 01 (2018): Juni
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (226.382 KB) | DOI: 10.24235/diyaafkar.v6i01.2806

Abstract

The possible cause of divorce is the happening of nushuz from wife (party/side) and also husband. As for wife, nushuz is explained by at Q.S. al-Nisa‘ [4] sentence 34 and nushuz from husband at Q.S. al-Nisa‘ [4] sentence 128. This paper explain the view of al-Qurtubi and M. Quraish Shihab cited from al-Jami' Li Ahkam al-Qur‘an and Tafsir al-Misbah by considering the nowadays context particularly about gender equality as a means to revisit the concept in al-Qur'an about nushuz. The research belongs to library research. The data are managed using descriptive method in the form of comparative method and is also related to the perspective of gender equality in the concept of nushuz of wife as well as  husband.  

Page 3 of 23 | Total Record : 227