cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin | Universitas Ialam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jl. AH Nasution No 105, Cibiru Bandung.
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jaqfi : Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam
ISSN : 27149420     EISSN : 2541352X     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal Ilmiah JAQFI: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam adalah jurnal yang mempublikasikan hasil-hasil kajian dan penelitian orisinal terbaru dalam ilmu murni Filsafat Islam dan Aqidah (Teologi Islam), serta cakupannya meliputi kajian filsafat kontemporer, pendidikan, sosial, dan keagamaan dari perspektif filsafat maupun aqidah. Tujuan Jurnal berkala ini adalah untuk upaya meningkatkan intensitas kajian Filsafat Islam dan Aqidah, mengupayakan teori baru serta kontekstualisasinya bagi perkembangan intelektualitas.
Arjuna Subject : -
Articles 205 Documents
KONSEP TEOLOGI INKLUSIF NURCHOLISH MADJID Dede Ari Sopandi; Mohamad Taofan
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.623 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v4i2.9399

Abstract

AbstrakHal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah klaim keselamatan dan kebenaran antar kelompok yang menimbulkan perdebatan dan ruang-ruang konflik karena perbedaan, khususnya agama. perpecahan menjadi terbuka lebar dan menyebabkan disharmonis antar kelompok. Ini karena konstruk teologi yang bersifat ekslusif, sehingga implikasinya adalah hilangnya ruang-ruang toleransi. Nurcholish Madjid adalah seorang tokoh yang sangat penting disaat wacana keagamaan di Indonesia dihadapkan pada kondisi yang membingungkan karena keberagaman. Maka dari itu Nurcholish memformulasikan sebuah konsep teologi, yang bertujuan untuk membuka kepada arah persatuan dan perdamaian antar kelompok agama.  Dalam kontek ini, penting untuk mengkaji pemikiran Cak Nur, panggilan akrab Nurcholish Madjid, tentang teologi inklusif. Maka dari itu, skripsi ini bertujuan untuk mengetahui argumentasi dasar dan rancang bangun dari pemikiran teologi inklusif Nurcholish Madjid. Nurcholish Madjid memaknai kata inklusif pertama, pandangan kelompok agama lain, pengertian ini sebagai gambaran yang implisit dari kelompok agama tertentu. Kedua, sikap terbuka dan toleran terhadap penganut agama non Muslim. Dari sisi substansi, semua agama itu sama. Kesatuan agama-agama itu terjadi dalam tataran transendental. Hasil temuan dalam penelitian ini, bahwa Nurcholish melihat realitas manusia yang majemuk, dan baginya itu adalah suatu yang niscaya seperti pesan Allah yang tertulis dalam Al-Quran. Ini menurutnya dapat menjadi dasar ke arah pluralisme, yaitu sebuah sistem nilai yang positif terhadap pluralitas. Cak Nur terinspirasi dari Al-Quran dan sejarah Nabi Muhammad, khususnya ketika di Madinah. Madinah ditempati berbagai kelompok manusia yang berbeda-beda, akan tetapi mampu hidup harmonis, terbuka (inklusif) dan saling menghargai. Islam bagi Cak Nur sangat fleksibel, dan dapat didefinisikan ulang. Islam baginya mengandung arti sikap pasrah kepada Tuhan, dan ini menjadi dasar dalam beragama. Karena tidak ada agama yang benar, kecuali sikap pasrah kepada Tuhan. Maka ini menjadi titik pertemuan semua kelompok agama. Sehingga, setiap kelompok agama mampu mewujudkan peradaban yang terbuka (inklusif) dan toleransi, dengan menghayati agama sendiri tanpa menyerang kelompok agama lain.
Subjek Politik Egois Max Stirner Raja Cahaya Islam
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 5, No 2 (2020): METAFISIKA DAN LEKSIKON POLITIK
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.163 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v5i2.9038

Abstract

Pembicaraan mengenai subjek politik, berkaitan dengan proyek emansipasi manusia. Pada mulanya manusia dikerangkeng oleh alam, kemudian oleh Tuhan, sampai akhirnya manusia berhasil menemukan esensi manusia yang diyakini merupakan wujud pembebasan atas eksternalitas. Namun, bagi Max Stirner, penemuan esensi manusia justru merupakan sebentuk pembatasan baru yang mengekang manusia. Solusi Stirner atas masalah tersebut ialah, dengan mengajukan konsep tentang sang aku atau subjek politik egois. Dan bertolak dari sanalah, penelitian ini berangkat. Tulisan ini akan membahas tentang Subjek Politik Egois Max Stirner. Metode yang digunakan penulis adalah studi pustaka. Data yang diambil berasal dari buku atau jurnal yang berkaitan dengan penelitian penulis. Adapun hasil atau temuan dari penelitian ini adalah:  subjek politik egois Max Stirner berangkat dari konsepnya tentang sang aku. Sang aku ini adalah ketiadaan. Lalu dari ketiadaan inilah muncul segala sesuatu. Segala sesuatu yang lahir dari sang aku ini disebut sebagai properti. Properti adalah apapun yang berkaitan dengan penambahasan kuasa serta kesenangan sang aku. Lalu dari sang aku atau subjek politik egois inilah Stirner menegaskan konsepnya tentang kepemilikan. Kepemilikan adalah wujud dari pembebasan diri yang tidak mengandaikan eksternalitas. Terakhir, Stirner mengemukakan konsepnya tentang insureksi. Insureksi berarti sebuah tindakan mengubah sesuatu, namun tidak seperti revolusi yang mengubah tatanan, insureksi berkaitan dengan tindakan mengubah diri.
KONSEP POLITIK ISLAM MENURUT FAZLUR RAHMAN Riky Yudha Permana
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.828 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v3i2.9566

Abstract

AbstrakIslam hadir sebagai agama yang membincangkan banyak hal, salah satu di antara pokok pembicaraan yang penting ialah politik. Meskipun Islam bicara politik, namun Islam sendiri tidak secara eksplisit menyebutkan bentuk sistem politik yang ideal. Dalam konteks ini, wacana tentang rumusan politik yang ideal menjadi urgensi tersendiri di dalam tubuh umat Islam itu sendiri, terkhusus di hadapan peradaban Barat yang, bisa dibilang, telah menggempur umat Islam dengan kebudayaannya (karena dunia Islam itu sendiri sedang mengalami keterpurukan). Di tengah kondisi itulah Fazlur Rahman hadir sebagai pemikir Islam yang mencoba menghadirkan konsep politik Islam yang “ideal”. Penelitian ini akan berkisar di tema berkenaan dengan Konsep Politik Islam Menurut Fazlur Rahman. Penelitian ini didasarkan pada metode analitis-deskriptif yang didasarkan pada penelitian pustaka. Adapun hasil penelitian ini adalah: pertama, bahwa Islam tidak menyebutkan secara eksplisit sistem politik Islam yang ideal. Kedua, Fazlur Rahman sendiri dalam lanskap tipologi politik masuk ke dalam tipologi moderat. Meskipun ia menolak formasi negara Islam, ia masih menegaskan bahwa asas-asas Islam substantif mesti diterapkan dalam sistem negara. Ketiga, Fazlur Rahman menegaskan bahwa negara mesti didasarkan pada pola syura, yang terdiri dari dewan legislatif dan eksekutif.
PEMAHAMAN TEOLOGI ISLAM MASYARAKAT TENTANG PERAN ULAMA (Studi Banding Masyarakat Desa Cibitung Kecamatan Sagaranten Kabupaten Sukabumi dan Kelurahan Cibangkong Kecamatan Batununggal Kota Bandung) Paridah Napilah; Ahmad Gibson Albustomi
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.869 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v4i1.9353

Abstract

AbstrakDalam kehidupan masyarakat Islam ada beberapa hal yang dipandang menempati kedudukan dan otoritas keagamaan setelah Nabi Muhamad SAW sendiri. Salah satu hadist Nabi yang popular menyatakan bahwa ulama adalah pewaris para Nabi (al-ulama waratsah al-anbiya). Ulama merupakan tokoh yang dihormati oleh masyarakat Islam dan pendapat-pendapat mereka dianggap mengikat dalam berbagai masalah, tidak hanya pada masalah keagamaan saja, melainkan dalam berbagai masalah lainnya. Penelitian ini bertolak dari adanya perbedaan pemahaman antara masyarakat pedesaan mengenai peran Ulama yang bertempat di Desa Cibitung dan masyarakat perkotaan yang berada di Kelurahan Cibangkong. Masyarakat Desa Cibitung memahami bahwa peran ulama tidak ada batasnya, Ulama berperan dalam berbagai permasalahan baik agama, ekonomi dan sosial. Sedangkan masyarakat kelurahan Cibangkong sedikit bergeser pemahamannya bahwa Ulama berperan dalam masalah yang ada kaitannya dengan keagamaan saja. Dari hasil analisa yang dilakukan, maka diproleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan pemahaman teologis tentang peran ulama antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, yang mana masyarakat pedesaan memahami bahwa peran ulama begitu besar dalam kehidupan baik dalam masalah agama, sosial dan ekonomi. Sedangkan masyarakat perkotaan memahami peran ulama hanya dalam masalah yang berkaitan dengan kontek agama.
PENDEKATAN TASAWWUF-FALSAFI DALAM MENAFSIRKAN AL-QURAN (Kajian Mafâtih al-Ghaib dan Tafsîr Alqur’ân al-Karim Karya Shadr al-Dîn al-Syirâzi) Solehudin Solehudin
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (779.956 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v3i1.9554

Abstract

Ini merupakan telaah penggunaan metode tasawuf falsafi dalam menafsirkan Al-Quran sebagaimana dilakukan oleh Mulla Shadra. Tafsir esoterik filosofis Shadra dikategorikan dalam dua kategori: tafsir mengenai surat, dan tafsir atas ayat. Kombinasi ini berdiri sendiri sebagai sebuah sistem yang menunjang pola pikir tasawuf falsafi. Dalam penelitian ini penulis menemukan bahwa dasar falsafi dalam tafsir Mulla Shadra sangat kental, namun menariknya konklusi atau hasil tafsir itu berkesinambungan dengan apa yang kelak dia postulatkan sebagai trans substansial, dalam batas-batas tertentu.
PANDANGAN SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS TENTANG ISLAMISASI ILMU Ghazi Abdullah Muttaqien
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.931 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v4i2.9458

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menyelidiki gagasan Islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer dalam pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas. Metode deskriptif dengan pendekatan filsafat dipilih untuk penelitian ini. Dengan menafsirkan berbagai sumber, disimpulkan bahwa sejak awal kelahirannya, wacana Islamisasi ilmu telah menarik perhatian para ulama dan sebagian cendekiawan di dunia untuk membahasnya. Mereka yang terlibat dalam maudhu '(wacana) islamisasi ilmu, biasanya memperdebatkan pentingnya islamisasi ilmu mengingat suatu ilmu memiliki nilai yang sarat dengan apa yang diklaimnya, salah satu penyebabnya suatu ilmu atau ilmu pengetahuan disusupi oleh Pandangan dunia Barat yaitu sudut pandang sekuler, filosofi hidup mereka, serta nilai-nilai ideologi Barat yang pasti bertentangan dengan ajaran dan nilai Islam pula. Menurut penilaian mereka, ilmu yang berkembang saat ini sudah tidak bermanfaat lagi bagi umat manusia. Justru yang telah menyebabkan kehancuran dan malapetaka umat manusia. Sebagai cendekiawan Muslim kontemporer dan juga tokoh sentral dalam ide Islamisasi ilmu, Syed Muhammad Naquib al-Attas dengan berani menggemakan gagasan tersebut. Bahwa oleh karena itu Islamisasi ilmu bertujuan untuk mengembalikan ilmu yang dinilai telah keluar dari kerangka aksiologisnya.
PENGARUH PERKEMBANGAN TEKNOLOGI TERHADAP REMAJA ISLAM (Studi Kasus di Kampung Citeureup Desa Sukapada) Dian Radiansyah
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.443 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v3i2.9568

Abstract

AbstrakTeknologi membawa dampak luas bagi kehidupan pada tingkat praktis. Pada tingkat teoritis teknologi mempengaruhi pola berpikir—yang pada giliranya juga berdampak pada tindakan. Perubahan yang dibawa oleh teknologi tidak hanya mempengaruhi kehidupan di pusat kota, meliankan juga masuk ke pedesaan. Di satu sisi teknologi membawa pemerataan informasi—dalam bentuk demokratisasi data dan informasi—di sisi lain ia mempengaruhi bukan saja pola interaksi manusia, melainkan kesadaran beragama. Dalam Islam, sumber informasi disediakan oleh otoritas dengan kualifikasi khusus. Sementara teknologi membuat otoritas jadi transparan. Fenomena keagamaan yang muncul ke permukaan beragam sesuai dengan tingkat paparan teknologi yang terjadi di lingkungan tersebut. Inilah yang menjadi landasan utama penelitian mengenai dampak teknologi pada sikap beragama, khususnya pada studi kasus di remaja Islam kampung Citereup desa Sukapada. Penulis menemukan sejumlah temuan menarik yang mengindikasikan adanya pergeseran pemahaman berkenaan dengan aspek fundamental dalam Islam yang sebelumnya berpusat pada otoritas ke arah tekno-teologis dalam bentuk dan ekses-eksesnya yang baru.
Louis Althusser dan Filsafat Sebagai Yang Politis Muhammad Taufiq Romadona
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 5, No 2 (2020): METAFISIKA DAN LEKSIKON POLITIK
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.761 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v5i2.9060

Abstract

AbstractThe relationship between philosophy and the political situation is always there. You could say too often. For Louis Althusser philosophy is not a knowledge that stands in an ivory tower. He (philosophy) will always stand as a participant in every political struggle. Philosophy can be a shield for a governmental power, or it can also be a revolutionary weapon to break down power. Philosophy will always represent classes in society at stake in politics. Therefore according to Althusser, there is no such thing as a neutral philosophy. Keywords; Philosophy, Politics, Science, Ideology, Intervention, Marxism, Domination AbstrakKeterkaitan antara filsafat dan situasi politik selalu ada. Bahkan bisa dibilang terlampau sering. Bagi Louis Althusser filsafat bukanlah suatu pengetahuan yang berdiri di menara gading. Ia (filsafat) akan selalu berdiri sebagai partisipan dalam setiap pergulatan politik.Filsafat bisa menjadi tameng bagi suatu kekuasaan pemerintah, atau bisa juga menjadi senjata revolusioner untuk mendobrak kekuasaan. Filsafat akan selalu mewakili kelas-kelas dalam masyarakat dalam pertaruhannya di dalam politik. Oleh karena itu menurut Althusser tidak ada yang namanya filsafat yang netral.Kata Kunci; Filsafat, Politik, Sains, Ideologi, Intervensi, Marxisme, Dominasi
PROSES PENCIPTAAN ALAM DALAM TEORI EMANASI IBNU SINA Nurul Aini
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.005 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v3i2.9567

Abstract

AbstrakProses penciptaan alam semesta merukan misteri bagi manusia. Beragam teori telah dicoba dihadirkan untuk menjawab persoalan itu. Namun penjelasan-penjelasan yang ada oleh sains, telah mengabaikan dimensi non-material dalam penjelasannya. Dalam hal inilah para filsuf Muslim, terkhusus Ibnu Sina, telah berhasil membuat penjelasan dua dimensi itu (material dan non-material). Berdasarkan hal itulah penulis merumuskan penelitian tentang Proses Penciptaan Alam Dalam Teori Emanasi Ibnu Sina. Penelitian ini didasarkan pada metode analitis-deskriptif yang didasarkan pada penelitian pustaka. Adapun hasil penelitian ini adalah: Pertama, teori emanasi Ibnu Sina adalah dari ta’aqqul Tuhan terhadap dirinya memancarkan akal Pertama, dari akal Pertama memancar akal kedua dan langit pertama  begitu selanjutnya sampai akal kesepuluh dan bumi. Kedua, dari akal kesepuluh inilah memancar kembali yang menghasilkan empat unsur yaitu: Api, air, tanah dan udara. Ketiga, konsep wajib al wujud menjadi bukti adanya Tuhan dan mungkin al-wujud bi zatihi atau wajib al-wujud bi ghairihi adalah menjadi bukti adanya alam jagad raya.
TEOLOGI PEMBEBASAN DAN DEMOKRASI MENURUT GUS DUR Rian Rohimat; Abdul Hakim
Jaqfi: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Negri Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.538 KB) | DOI: 10.15575/jaqfi.v4i1.9354

Abstract

AbstrakTeologi pembebasan ialah hadir untuk menjawab persoalan sosial, baik itu persoalan kemiskinan,kebodohan,ketidakadilan dan ketertindasan terhadap kaum-kaum yang lemah menjadi sebuah fakta realitas sosial yang amat problematik dan tidak bisa diabaikan secara begitu saja.realitas tersebut merupakan semua aspek kehidupan yang jauh dari kesadaran manusiawi. Manusia yang berteduh dalam agama terutama Islam harus sepantasnya menyumbangkan kesadarannya untuk bisa memahami persoalan realitas sosial secara universal.Sebagaimana yang dikatakan Abdurrahman Wahid Islam harus di tilik dari fungsinya sebagai pandangan hidup yang mementingkan kesejahteraan masyarakat. Bagi Gus Dur teologi pembebasan amat penting dalam agama,karena menurutnya agama harus benar-benar di implementasikan dalam tataran hidup yang praktis. Begitu pun Gus Dur sebagai pejuang demokrasi,Ia tidak luput dari suatu pembebasan,Ia menjadikan teologi Pembebasan sebagai basis awal untuk menjalankan demokrasi.Demokrasi yang di bawa Gus Dur ialah demokrasi yang senantiasa berjalan untuk kesejahteraan rakyat,demi rakyat Gus Dur menjamin masyarakat dalam keselamatan dan kesehatan serta kenyamanan hidup bagi masyarakat. Oleh karena itulah Gus Dur sering berupaya menampakan diri dengan terbuka dan tidak memilih suatu perbedaan suku,agama,ras,karena sosok Gus Dur ialah humanis yang tidak pilah-pilah terhadap orang.serta Ia lebih menunjukan suatu keterbukaan serta kebebasan.

Page 5 of 21 | Total Record : 205