cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur´an dan Tafsir
ISSN : 25281054     EISSN : 25408461     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir [2528-1054] is peer-reviewed journal dedicated to publish the scholarly study of Qur’an from many different perspectives. Particular attention is paid to the works dealing with: Qur’anic Studies, Qur’anic sciences, Living Qur'an, Qur’anic Stuides accros different areas in the world (The Middle East, The West, Archipelago and other areas), Methodology of Qur’an and Tafsir studies. publishes twice in the year (June and December) by Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Arjuna Subject : -
Articles 118 Documents
KONSEP AL-DĪN DALAM ALQURAN :TELAAH SEMIOSIS PERSPEKTIF CHARLES SANDERS PEIRCE Mochammad Miftachul Ilmi
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 1 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.833 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i1.4693

Abstract

Studi ini bertujuan untuk mencari dan menemukan tanda-tanda dan simbol-simbol dari kata al-Dīn yang terdapat pada beberapa surat al-Qur’an berdasarkan pendekatan semiotika.Lahan semiotika yang meneliti tentang simbol-simbol, dan Alquran sendiri merupakan penuh dengan simbol-simbol. Oleh karena itu semiotika bisa dijadikan salah satu pisau analisis untuk mengungkap simbol-simbol dalam Alquran, salah satunya adalah teori semiotika Charles Sanders Peirce yang terkenal dengan trikotominya (sign, object, dan interpretant).Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menjelaskan secara mendalam melalui data-data yang telah diteliti. Dari hasil penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa penjelasan tentang makna dan tafsir dari kata Al-Diin di dalam bebarapa ayat al-Qur’an tidaklah hanya bermakna agama, melainkan ada beberapa makna lain dikarenakan konteks yang berbeda pada setiap ayat atau surah. Pertama, al-Dīn bermakna pembalasan dan penghitungan amal ketika berhubungan dengan konteks eskatologis dan keagungan Tuhan. Kedua, al-Dīn bermakna agama itu sendiri. Ketiga,al-Dīn  bermakna hukum atau undang-undang ketika berkaitan dengan kebijakan dan peraturan raja atau kerajaan.Keempat, al-Dīn bermakna ibadah ketika berhubungan dengan penghambangan dan peribadatan yang tulus hanya kepada Allah. Kelima, Al-Diin bermakna syariat atau jalan ketika berhubungan dengan pelaksanaan hukum Allah yang dturunkan kepada manusia.
TAFSIR SURAH YUSUF DALAM ALQURAN DENGAN PENDEKATAN SASTRA MUSTANSIR MIR SITI ROBIKAH
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 1 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.096 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i1.4208

Abstract

Pendekatan sastra dalam tafsir Alquran  sangat jarang sekali digunakan oleh para mufasir. Salah satu mufasir yang menggunakan sastra sebagai pisau analisis alquran yaitu Mustansir Mir. Dengan menggunakan metode pustaka dan konten analisis, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan pemikiran Mir dalam menafsirkan Alquran dengan pendekatan sastranya. Tulisan ini fokus pada artikel Mir yang berjudul Irony in the Quran; a study of the story of Yusuf. Dalam artikel tersebut Mir membuka wacana baru bagi kaum Muslim untuk memahami Alquran tidak stagnan pada pemahaman teologis saja akan tetapi Mir mengajak kaum Muslim untuk dapat menikmati keindahan sastra yang terkandung dalam Alquran. Dalam Surah Yusuf menurut Mir terdapat banyak ironi atau harapan bertolak belakang dengan hasil. Dalam artikelnya, Ia menjelaskan bahwa terdapat dua macam ironi, pertama, ironi kejadian dan kedua, ironi perkataan. Dengan adanya artikel Mir ini, dapat diambil pengajaran bahwa kehendak Allah adalah yang paling tepat. Apa yang manusia inginkan belum tentu terjadi tanpa adanya kehendak Allah.
MENYOAL KONSISTENSI METODE PENAFSIRAN BINT SYATHI TENTANG MANUSIA DALAM AL-QUR’AN (Studi Kitab Maqāl Fī Al-Insān: Dirasah Qur’aniyyah) Muhammad Alwi HS; Iin Parninsih
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 2 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (559.591 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i2.7012

Abstract

Bint al-Syathi adalah seorang penafsir perempuan pertama yang memiliki kitab tafsir, namanya sangat berpengauh dalam perkembangan sejarah pemikiran Islam. Pemikiran Bint al-Syathi banyak dipengaruhi oleh suami sekaligus gurunya, Amin Al-Khuliy. Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan pemikiran salah satu tokoh perempuan, Bint Syathitentang konsistensi metode penafsirannya ketika menafsirkan manusia dalam karyanya “Kitab Maqāl Fi Al-Insān: Dirāsah Qur’āniyyah”Penelitian ini menggunakan metode deskripsi-analitis dengan menggunakan teori Pra-pemahaman, yakni segala sesuatu yang mempengaruhi pembaca teks yang menentukan dalam memberikan penafsiran, seperti latar belakang sosial, pendidikan dan sebagainya, sehingga setiap penafsiran senantaisa terikat dengan ruang lingkup penafsir.Hasil penelitian ini menunjukan,Bint al-Syathi hendak mengekspor eksistensi manusia dilihat dari sudut pandang Alquran. Manusia mengalami perjalanan panjang dari polemik penciptaannya, kemudian manusia sebagai al-Bashar, tumbuh menjadi manusia dengan penalarannya, sehingga sampai pada kesanggupan atau tidaknya manusia menjadi khalifah di bumi sebagai penerimaamanat dari Allah.Dalam menjelaskan kosa kata yang merujuk pada manusia, Bint al-Syathi nampak tidak konsisten dalam mengaplikaskan metodenya. Khususnya yang berkaitan dengan kosakata manusia. Ia hanya menjelaskan sesuai metode yang ditawarkan pada kata al-Insān, tetapitidak pada kata nās, ins ataupun al-Bashar. 
ALQURAN DAN BAHASA SUNDA POPULER: RESPONS GENERASI MILENIAL TERHADAP TERJEMAHAN ALQURAN BAHASA SUNDA Jajang A. Rohmana
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 2 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.095 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i2.8008

Abstract

Kajian ini memfokuskan pada respons generasi milenial Sunda terhadap karya terjemah Alquran bahasa Sunda,Al-Qur’an Miwah Tarjamahna dina Basa Sunda, terbitan Pemda Provinsidan Kanwil Depag Jawa Barat tahun 2002. Subjek penelitiannya adalah mahasiswa Sunda pada Prodi IAT Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang lahir sesudah tahun 1995. Penelitian dilakukan dengan teknik penugasan untuk membaca, memberi tanggapan dan mengusulkan kosakata Sunda dalam terjemahan. Melalui analisis teori terjemahan,kajian ini menegaskan pentingnya penerjemah Alquran untuk mempertimbangkan kebutuhan generasi milenial Sunda yang hidup dalam gaya hidup digital. Dalam kasus terjemahan surah al-fa>tih}ah dan Al-Baqarah (Juz 1-3) misalnya, mayoritas mahasiswa kurang paham dengankarakteristik bahasa Sunda dalam terjemahan tersebut, terutama terkait dengan penggunaan tingkatan bahasa, ungkapan idiomatik dankosakatalama. Mereka kemudian mengusulkan alternatif terjemahan yang lebih populer, seperti tingkatan bahasa yang sederhana, kosakataserapan dari bahasa lain dankosakatayang lebih kekinian. Sebuah tanggapan yang tidak saja menunjukkan dinamika penggunaan bahasa Sunda di kalangan generasi muda, tetapi juga adanya kesenjangan antara pembaca dengan teks terjemahan Alquran yang diproduksi oleh pemerintah daerah di Indonesia.
DOUBLE MOVEMENTS DALAM TAFSIR AL-MISHBAH Rahmi Rahmi; Novizal Wendry
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 2 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (14.934 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i2.7478

Abstract

Artikel ini mendiskusikan gagasan hermeneutik double movement Fazlur Rahman dalam menafsirkan Alquran. Terdapat kalangan yang menyetujui dan menolaknya. Artikel  ini  menfokuskan pada penelusuran terhadap sikap dan  aplikasi  M. Quraish Shihab terhadap double movement dengan pendekatan content analisys. Objek material riset ini adalah penafsiran Shihab terhadap ayat hukum yang terdapat dalam Tafsir Al-Mishbah, dimana Rahman juga membahas ayat tersebut. Tulisan ini menemukan bahwa secara prinsip Shihab meresepsi positif terhadap keberadaan hermeneutik double movement, dijadikan pendekatan dalam penafsiran Alquran. Namun, ada rambu yang mesti dipatuhi dalam menggunakannya yaitu dengan tidak menafikan keberadaan redaksi ayat, tidak menghapus aspek hukum yang terkandung dalam Alquran, dan memerhatikan ayat secara holistik. Shihab menolak penggunaan hermeneutik dalam menafsirkan Alquran jika batasan-batasan tersebut diabaikan. Berdasarkan prinsip tersebut, ditemukan  variasi sikap  Shihab. Dari keempat ayat yang ditelusuri dalam kajian ini; dua ayat  ditafsirkann oleh Shihab dengan menggunakan double movement, dan dua lainnya ditafsirkannya tanpa menggunakan double movement. 
PENELUSURAN NASKAH-NASKAH TAFSIR ALQURAN DI JAWA BARAT (PRA KEMERDEKAAN DAN PASCA KEMERDEKAAN) Siti Chodijah; Dindin Moh. Saepudin
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 2 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (377.276 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i2.3465

Abstract

Penelitian ini bertujuan menelusuri dokumen tafsir yang terdapat di Jawa Barat. Metode penelitian dilakukan melalui survey dan disajikan secara analisis deskrptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa perekembangan tafsir di JawaBarat diawali pada abad ke 16 s/d 19 Masehi, pada masa pra kemerdekaan, dan pasca kemerdekaaan pada abad ke 19 hingga sekarang. Adapun naskah-naskah yang ditelusuri yaitu  Hadis Kudsi, Sohibul Kitab Abdul Mursid, Kitab Tafsir Fatihah, Al-Qur’an,Tafsir Al-Qur’an dan  dan Tafsir Jalâlain,Naskah Selayang Yusuf  dan tafsir Jalalain koleksi  museum Sribaduga, dan  Naskah Tafsir Al-Qur’an  Cagar Budaya Candi Cangkuang (TACBCC).
DAKHĪL AL-NAQLI KISAH NABI AYYUB PADA TAFSIR AL-QUR’ĀN AL-‘AZIM KARYA IBNU KATHIR Muhammad Erpian Maulana
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 2 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (640.48 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i2.7114

Abstract

Nilai kebenaran penafsiran sebagai produk olah pikir manusia (dalam hal ini seorang mufassir) bersifat subjektif. Bahkan, pada nyatanya sebagian penafsiran mengandung kecacatan. Dakhīl merupakan salah satu disiplin ‘ulūm al-Qur’ān yang baru yang dengannya seorang pembaca tafsir dapat membedakan antara penafsiran yang valid dan penafsiran yang tidak valid. Kecacatan dalam penafsiran seringkali terjadi dalam penafsiran mengenai kisah-kisah para nabi. Salah satu cerita yang masyhur adalah ditinggalkannya Nabi Ayyub oleh keluarga dan para pengikutnya disebabkan oleh penyakit kulit akut yang dimiliki Nabi Ayyub. Ibnu Kathir merupakan seorang mufasir yang menggunakan corak kritik dalam tafsirnya yang fenomenal, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Aẓim dalam mengupas muatan penafsiran, terutama dalam penafsiran kisah para nabi dalam Alquran. Kendatipun demikian, beberapa penafsiran Ibnu Kathir terhadap beberapa kisah Alquran mengandung kecacatan. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jumlah dakhīl al-naqli dalam QS. Al-Anbiyā[21]: 83-84 QS. ṣād [38]: 41-44. Dan untuk mengidentifikasi bahwa Nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kulit yang menjijikkan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis-isi. Dalam penelitian ini ditemukan delapan bentuk dakhīl al-naqli dalam empat kategori dakhīl al-naqli (dari sembilan kategori ) pada QS. Al-Anbiyā[21]: 83-84. Diantaranya menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah, menafsirkan Alquran dengan cerita Isrā’iliyyāt, menafsirkan Alquran dengan pendapat sahabat yang tidak valid dan menafsirkan Alquran dengan pendapat tabiin yang tidak valid. Sementara dalam QS. ṣād [38]: 41-44 penulis hanya menemukan satu bentuk dakhīl al-naqli saja, yakni menafsirkan Alquran dengan hadis yang lemah. Simpulan yang didapatkan penulis dari penafsiran Ibnu Kathir terkait kisah nabi Ayyub adalah bahwa nabi Ayyub tidak mengalami penyakit kusta. Nabi Ayyub hanya mengalami penyakit diantara tulang kaki, sejenis penyakit rematik.
MAQASID ALQURAN PERSPEKTIF MUHAMMAD AL-GHAZALI Abdul Mufid
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 4, No 2 (2019): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.353 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v4i2.7289

Abstract

Kajian tentang maqashid Alquran urgen untuk dilakukan, karena dengan menguasai maqashid Alquran akan mampu mengharmonisasikan antara inti misi Alquran dengan sendi-sendi pokok kehidupan. Tulisan yang didasarkan studi kepustakaan ini berusaha mengeksplorasi metode Muhammad al-Ghazali dalam menguak maqashid Alquran, termasuk pra penelitian yang ditempuh sebelum merumuskan metode maqashid Alquran. Penelitian menemukan bahwa al-Ghazali menawarkan lima metode untuk dapat menyingkap maqashid Alquran. Pertama, perenungan yang mendalam atas teks-teks Alquran dan mengoptimalkan akal. Kedua, penggunaan dua mekanisme sekaligus, yakni berpikir induktif dan analisis, serta melacak berbagai teks dan tanda yang menunjukan adanya maqasid. Ketiga, pembacaan menyeluruh terhadap teks-teks wahyu sehingga holistic, tidak literal dan sektarian. Keempat, selalu bercengkerama dengan Alquran sembari menginterogasi ayat-ayatnya untuk mengeksplorasi kedalaman maknanya. Kelima, mencurahkan kemampuan untuk memproduksi fikih realitas.
AKSARA TAFSIR AL-QUR’AN DI PRIANGAN:HURUF PEGON DAN AKSARA LATIN DALAM KARYA K.H. AHMAD SANOESI Yani Yuliani
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 1 (2020): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1254.844 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i1.8461

Abstract

Kajian ini memfokuskan pada penggunaan huruf pegon dan aksara latin dalam penulisan tafsir Al-Qur’an di Priangan, Jawa Barat. Objek kajiannya adalah tafsir karya K.H. Ahmad Sanoesi (1880-1950), yaitu Rauḍat al-‘Irfān dan Malja’ al-Ṭālibīn yang beraksara pegon dengan bahasa Sunda serta Tamsjijjatoel Moeslimien yang beraksara latin dalam bahasa Indonesia. Melalui pendekatan sejarah sosial dan hermeneutik, kajian ini menegaskan bahwa penggunaan kedua aksara tersebut terkait dengan latar perbedaan segmentasi pembaca. Tidak hanya ditulis untuk kalangan pesantren yang umumnya saat itu hanya mampu membaca teks huruf pegon, tetapi juga untuk masyarakat luas yang mampu membaca teks aksara latin. Rauḍat al-‘Irfān dan Malja’ al-Ṭālibīn ditulis untuk kepentingan santri dan kiai pesantren di Priangan, sedangkan Tamsjijjatoel Moeslimien ditulis untuk masyarakat Indonesia secara lebih luas. Penggunaan dua jenis aksara tersebut juga kemudian berdampak pada perbedaan substansi penafsiran Sanoesi terhadap ayat Al-Qur’an. Rauḍat al-‘Irfān dan Malja’ al-Ṭālibīn yang beraksara pegon lebih didominasi oleh penjelasan ayat melalui perangkat keilmuan Al-Qur’an dan tafsir yang umumnya hanya dapat dipahami oleh kaum santri di Priangan, sedangkan Tamsjijjatoel Moeslimien yang beraksara latin didominasi penjelasan yang bercirikan kepentingan masyarakat umum sehingga dapat dipahami oleh khalayak luas.
IMPLIKASI PERBEDAAN QIRAAT TERHADAP PENAFSIRAN ALQURAN Muhammad Irham
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 1 (2020): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.808 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i1.8563

Abstract

Artikel ini bermaksud membahas implikasi  perbedaan qiraat  terhadap penafsiran Alquran. Kajian ini dilakukan dengan metode analisis deskrptif terhadap beberapa ayat yang memiliki perbedaan qiraat, kemudian menganalisis dampak dan fungsi dari perbedaan tersebut. Dengan demikian  studi pustaka menjadi pendekatan dalam penelitin ini. Dari hasil penelitian ditemukan pola sistematis berkaitan dengan peran perbedaan qiraat terhadap penafsiran. Setidaknya ada sepuluh pola yang mengungkap peran penting qiraat dalam penafsiran. Pertama, al-takhyīr (pilihan); Kedua, bayān al-lafẓ al-garīb aw al-mubhām (menjelaskan lafal asing dan yang bermakna samar); Ketiga, sabab wa musabbab (sebab-akibat); Keempat, ishārah laṭīfah (indikasi yang tersirat); Kelima, amm wa khash (umum dan khusus); keenam, al-tanawwu fī al-ibādah (keanekaragaman dalam beribadah); Ketujuh, al-tanawwu fī al-syarṭ (keanekaragaman dalam syarat wajib sebuah ibadah); Kedelapan, al-tanawwu fī al-ḥāl (keanekaragaman keadaan); Kesembilan, yufasissiru baḍuhu ala baḍ (membantu menafsirkan); Kesepuluh, ikhtilaf fī mas`alat al-kalām (perbedaan aspek teologi Islam). Kesepuluh pola tersebut secara umum menunjukkan adanya pengaruh positif dari perbedaan qiraat terhadap penafsiran Alquran

Page 6 of 12 | Total Record : 118