cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur´an dan Tafsir
ISSN : 25281054     EISSN : 25408461     DOI : -
Core Subject : Religion,
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir [2528-1054] is peer-reviewed journal dedicated to publish the scholarly study of Qur’an from many different perspectives. Particular attention is paid to the works dealing with: Qur’anic Studies, Qur’anic sciences, Living Qur'an, Qur’anic Stuides accros different areas in the world (The Middle East, The West, Archipelago and other areas), Methodology of Qur’an and Tafsir studies. publishes twice in the year (June and December) by Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Arjuna Subject : -
Articles 103 Documents
PENAFSIRAN CHOER AFFANDI ATAS Q.S AL-BAQARAH (STUDI NASKAH ATAS TAFSIR SUNDA CHOER AFFANDI) Husnatus Shifa
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 1 (2020): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1133.6 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i1.8462

Abstract

Tafsir Choer Affandi atas Q.S al-Baqarah adalah salah satu tafsir yang muncul akibat marginalisasi terhadap kajian lokal Alquran, yakni tafsir Sunda. Tafsir ini merupakan manifestasi penafsiran Choer Affandi, yaitu ulama besar priangan timur sekaligus mantan Bupati DI/NII atas Q.S al-Baqarah tafsir Al-Jalālayn. Tafsir ini berawal dari buku catatan 700 santri pertama Choer Affandi yang kemudian diteliti dengan metode filologi. Metode analisis yang dipakai adalah metode tafsir, yang berfungsi untuk mengetahui karakteristik penafsiran dan konteks dari Tafsir Choer Affandi. Dari segi karakteristik, bersumber bi al-Ra’yi mahmūdah, metode tahlili, dan memiliki corak tasawuf, fiqh, adab al-Ijtimā’i. Sedangkan dari segi konteks yaitu penafsiran tentang iman, yaitu ma’rifat, iżżi’an dan qabūl. Yakni meyakini, mengakui, dan menerima Allah adalah Tuhan yang Maha Esa, dan Rasulullah adalah utusan Allah, yang membawa wahyu yang menjadi pedoman manusia. Penafsiran Choer Affandi sarat dengan seruan pergerakan Islam, yaitu persatuan Islam, pengorbanan untuk agama, baik dari segi materi,pikiran dan tenaga, cara mempertahankan agama, pola pembangunan negara, dan pola pembinaan umat. Selain itu, Choer Affandi mengkritik praktik keagamaan sinkretik yang terjadi di masyarakat Indonesia terkhusus Sunda. Warna kesundaan dapat terlihat dalam penafsiran Choer Affandi baik dari tata krama bahasa, ungkapan tradisional Sunda, dan gambaran alam dan kebudayaan Sunda.
RESEPSI DZIKIR AL-MA’TSURAT DALAM MENGHAFAL ALQURAN (Analisis Tindakan Pada Santri Islamic Boarding House Budi Mulia Dua Pada Masa Pandemik Corona) Muhammad Asnajib
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 1 (2020): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.799 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i1.8190

Abstract

Penelitian ini mengkaji resepsi santri terhadap pembacaan dzikir Al-Ma’tsurat yang dilakukan pada waktu pagi dan petang. Pembiasaan ini diyakini mampu menyucikan jiwa sekaligus menjadi jalan agar mudah dalam menghafal Alquran. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh asumsi tidak nampaknya efek penyucian jiwa terutama dalam mempermudah menghafal Alquran. Pendekatan teori tindakan sosial Max weber digunakan agar dapat menelusuri makna terdalam yang ingin dicapai oleh asatidz dan santri Islamic Boarding House Budi Mulia Dua. Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan observasi untuk melihat secara detail proses pelaksanaan dzikir setiap hari dan menggali makna terdalam pengalaman berdzikir para santri dan asatidz. Penelitian ini menunjukkan 4 proses tindakan yakni; tindakan tradisional yang dilakukan oleh para santri dan asatidz dapat dilihat dari upaya mereka untuk selalu melestarikan kebiasaan berdzikir, baik ketika sedang di pesantren ataupun di rumah masing-masing. Sedangkan  tindakan afektif dapat dilihat dari emosi yang mereka tampilkan atau rasakan terhadap tradisi pembacaan al-ma’tsurat, tindakan afeksi ini sangat beragam ada yang mengabaikan, ada yang memulainya dengan keterpaksaan karena tanggung jawab sebagai muslim, ada pula yang merasakan sebagai kebutuhan. Sedang nilai intrumental terlihat dari motivasi santri yang melaksanakan dzikir ma’tsurat. Mereka secara sadar akan tujuan membiasakan dzikir al-ma’tsurat  yaitu merasa tentram, tenang, percaya diri, bahkan mampu selalu ikhlas sebagai ciri jiwa yang bersih. Penemuan nilai rasional ini memotivasi santri  untuk selalu membiasakan dzikir meskipun sendirian di rumah, sebagai dampak dari wabah corona yang mengharuskan disiplin menetap di rumah.
MAKNA QIRAAH DAN TILAWAH DALAM ALQURAN PERSPEKTIF TEORI ANTI SINONIMITAS MUHAMMAD SYAHRUR Sandi Wahid Rahmat Nugraha; Irwan Abdurrohman
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 1 (2020): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1034.617 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i1.8939

Abstract

Sinonimitas makna sebuah kata dalam bahasa manapun merupakan hal yang lazim terjadi. Menurut pandangan umum, Alquran pun tidak terlepas dari unsur sinonimitas ini, sebab - meski ia wahyu Tuhan yang bersifat transenden - Alquran telah mewujud dalam bentuk teks berbahasa Arab. Namun, benarkah Alquran mengakui adanya sinonimitas? Muhammad Syahrur dengan teori anti-sinonimitasnya meyakini bahwa setiap kata dalam Alquran bersifat unik, sehingga tidak ada dua kosakata atau lebih yang sinonim. Penelitian ini ingin membuktikan gagasan anti-sinonimitas Syahrur tersebut dengan mengambil kasus pada kosakata yang selama ini dianggap sinonim, yaitu kata qirā’ah dan tilāwah. Tujuan penelitian ini adalah memahami hal-hal yang menyebabkan munculnya teori anti sinonimitas Syahrur, dan menemukan perbedaan yang kontras dan signifikan antara kedua kata yang dianggap sinonim tersebut. Karena, Syahrur berteori bahwa menerima sinonimitas sama dengan menolak historisitas bahasa,  apalagi pada kasus Alquran yang penuh mukjizat. Metode penelitian ini menggunakan pisau analisis semantik yang kemudian dikorelasikan dengan perspektif teori anti-sinonimitas Syahrur. Penelitian ini pada akhirnya membenarkan teori anti-sinonimitas Syahrur. Setelah dilakukan telaah secara semantik, ternyata kedua kata itu memiliki perbedaan makna yang cukup signifikan. Dalam perspektif Syahrur, qirā’ah dalam konteks sekarang adalah tindakan menelaah, mengkaji atau melakukan penelitian terhadap suatu hal; sedangkan tilāwah adalah seminar ilmiah.
KAJIAN HISTORIS ALQURAN Abdurrahman Said
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 1 (2020): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1009.985 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i1.8887

Abstract

Kajian teologis tentang konsepsi wahyu merupakan diskursus yang cenderung misterius dalam Studi Alquran. Perlu penelaahan ulang terkait penelusuran konsep pewahyuan dan kodifikasi, tulisan ini berusaha menelaah kembali sejarah pewahyuan  hingga kodifikasi dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan library research. Penelitian ini menemukan bahwa kajian sejarah pewahyuan Alquran  hingga kodifikasi,  meliputi profil wahyu yang turun secara bertahap (tanzīl) dari bait al-izzah, yang diturunkan secara bertahap ke dalam hati sanubari Nabi Saw,  berbeda dengan tradisi penurunan kitab-kitab samawi sebelumnya yang diturunkan secara serentak (inzal). Konsep tauqifi  telah memastikan susunan mushaf resmi Uthman sesuai dengan urutan utuh pada kondisi asalnya di Lauh maḥfūẓ. Data sejarah yang diuangkap tersebut meneguhkan keyakinan teologis sunni atas sifat-sifat Dzat Tuhan yang qadīm, dengan konsepsi dualisme Kalām Ilahi, yaitu sisi Firman Tuhan dalam Dzat-Nya yang qadīm (al-Kalām al-Nafsi al-Qadīm) dan sisi penciptaan Kalām Ilahi yang verbalik berupa bacaan di Lauh maḥfūẓ sebagai salinan dari Kalām Ilahi
MAKNA 'ABASA NABI MUHAMMAD DALAM AL-QUR'AN (APLIKASI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES TERHADAP Q.S 'ABASA[80]: 1) Dewi Umaroh
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 2 (2020): Vol 5, No2(2020) Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1064.453 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i2.11640

Abstract

Tulisan ini membahas tentang makna 'abasa dalam al-Qur'an khususnya Q.S 'Abasa [80]: 1 yang menjadi perdebatan di kalangan ahli tafsir terkait korelasinya dengan konsep kemaksuman Nabi Muhammad. Teori yang digunakan dalam tulisan ini adalah teori semiotika Roland Barthes. Barthes menawarkan pendekatan semiotika melalui dua tahapan.Tahapan pertama yaitu sistem linguistik atau makna denotasi dan tahapan kedua yaitu sistem mitologi atau makna konotasi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: pertama, sistem linguistik pada kata 'abasa tidak hanya diartikan sebagai ekspresi wajah yang masam namun juga diartikan sebagai ekspresi tidak senangnya Nabi Muhammad karena terganggu dengan kedatangan Ibnu Ummi Maktum. Kedua, sistem mitologi pada kata 'abasa adalah Nabi Muhammad mengacuhkan Ibnu Ummi Maktum karena khawatir tidak dapat mengislamkan para pembesar musyrik Quraisy apabila diskusinya terputus. Nabi Muhammad meyakini bahwa keberislaman pembesar Quraisy akan berdampak besar dalam tersebarnya ajaran Islam, karena kedudukan dan pengaruh mereka di tengah-tengah masyarakat sehingga Nabi berusaha keras mendakwahi mereka agar mereka tertarik masuk Islam. Di ayat ini, Allah menegur Nabi Muhammad karena kesalahan Nabi berupa tarku al-awla (meninggalkan yang prioritas). Tujuan utama Nabi hanyalah memberi peringatan sehingga mengislamkan para pembesar Quraisy bukan merupakan sesuatu yang berada dalam kekuasaan Nabi. Ideologi yang terkandung dalam ayat tersebut adalah mengkampanyekan paham egaliter dalam bentuk menghargai manusia.
JEJAK-JEJAK PESAN TOLERANSI BERAGAMA DALAM PETIKAN AYAT AL-QUR’AN KATUT ADAB PADIKANA KARYA HAJI HASAN MUSTOPA Dindin Moh Saepudin
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 2 (2020): Vol 5, No2(2020) Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1537.386 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i2.10853

Abstract

Toleransi merupakan bagian dari sikap moderat. Sikap tersebut telah tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia, namun belakangan di Indonesia, khusunya di Jawa Barat intoleransi beragama sangat tinggi. Dibuktikan dengan beberapa survei yang menempatkan Jawa Barat sebagai provinsi dengan intoleransi tinggi di Indonesia. Terdapat pergeseran keberagamaan di masyarakat Sunda, terhadap pemahaman konsep Islam dan kebudyaan. Padahal antara budaya dan Islam itu mempunyai keselarasan sebagaimana pemikiran dari Haji Hasan Mustopa yang  menggabungkan antara konsep Islam dan Budaya dalam karya Petikan Ayat al-Qur’an katut Adab Padikana. Tulisan ini berusaha untuk mengkaji bagaimana toleransi beragama dalam pandangan Haji Hasan Mustopa. Metodologi yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kesejarahan (history) dengan teori Pesisir dan pedalaman. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Haji Hasan Mustopa mewakili pemahaman keagamaan masyarakat pedalaman Jawa Barat, yang akomodatif dan toleran. Berbeda halnya dibeberapa daerah masyarakat pesisir. Namun adanya pengaruh dari kebijakan kolonial pada waktu itu terdapat perlawanan dan pemahaman keagamaan untuk melawan dengan identitas perjuangan agama(jihad).
LUGHAWI TAFSIR OF ḤĀSHIAH AL-ṢĀWI: A CRITICAL ANALYSIS OF TAFSĪR AL-JALĀLAIN Rosihon Anwar
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 2 (2020): Vol 5, No2(2020) Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1794.115 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i2.10013

Abstract

Various approaches are employed by exegetes to understand the Qur’an. One of those approaches is the linguistic approach. One of tafsīr utilises the linguistic approach is Ḥāshiahal-Ṣāwī 'Alā Tafsīr al-Jalālain. This article investigates the characteristics and the unique attribution of Ḥāshiah al-Ṣāwī in its interpretation of the Qur’an, especially in the language rules usage through his examples in explaining the verses. This study employs a qualitative method to the data gathered from literature (library research) descriptively. The Data analysis technique used the Seidel model through several stages of the process, namely identifying the results of data collection through data clarification, license, analysis, and data categorization. This research shows that Ḥāshiah al-Ṣāwī 'Alā Tafsīr al-Jalālain is an essential and comprehensive interpretation using a linguistic approach. Al-Ṣāwī equipped his interpretation by explaining Nahwu (syntax), Ṣaraf (morphology), and the language rules application. He even quoting Alfiyyah Ibn Mālik, complete with its syi'ir which are very rare to do by other commentators to make his tafsīr more comprehensive. Several characteristics in Ḥāshiah al-Ṣāwī used a linguistic approach to the Qur’an utilizing the Arabic principle of mubtadi (basic), especially in the ‘Irāb (inflection) discussion. In this study, Ḥāshiah al-Ṣāwī 'Alā Tafsīr al-Jalālain can be categorized as an independent tafsīr that differ from tafsīr Al-Jalālain. Al-al-Ṣāwī not only explaining in detail tafsīr Jalalain but also criticizing and comparing it.
EMANCIPATORY INTERPRETATION: STRATEGICAL UNDERSTANDING OF THE QUR’ANIC MORAL MESSAGE FOR LIFE Ahmad Hasan Ridwan; Irfan Syafrudin; Zaki Ahmad Mubarok
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 2 (2020): Vol 5, No2(2020) Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (804.967 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i2.10072

Abstract

This study discusses the emancipatory interpretation of Qur’anic verses using critical reflection to gain moral aspects of the Qur’anic messages. This emancipatory interpretation aims at sharpening conscience awareness in seeing, perceiving, and solving social, humanitarian problems. This research aims to answer the notion of emancipatory interpretation on a philosophical basis and its application to answer contemporary problems. This study employs a qualitative method with literary studies to gather and interpret the data. This study shows that the principle of emancipatory interpretation includes examining the scriptural text linguistically, and then understand it philosophically. In the context of praxis, the messages derived from the text should be investigated on the ethical liberation spirit that can be reflected in human life. To gain this ethical liberation of the revelation can be understood by revealing the implicit significance of the Qur'anic text connected with the social issues in social reality to solve the problems. Emancipatory interpretation is expected to answer contemporary social problems like poverty, underdevelopment, injustice, political crimes, corruption, collusion, nepotism, labor, and gender discrimination.
JUSTIFIKASI IDEOLOGI JIHADIS DALAM TERJEMAH AL-QUR’AN INDONESIA: ANALISIS TERHADAP AL-QUR’AN TARJAMAH TAFSIRIYAH M. THALIB Kurdi Fadal; Heriyanto Heriyanto
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 5, No 2 (2020): Vol 5, No2(2020) Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1021.794 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v5i2.10229

Abstract

Artikel ini membahas tentang justifikasi ideologi dalam buku Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah yang ditulis Muhammad Thalib, Amir Majelis Mujahidin Indonesia (MMI). Kajian ini merupakan riset kualitatif dengan menggunakan metode analisis konten (content analysis). Riset ini fokus pada terjemah ayat-ayat al-Qur’an dengan kata kunci  “syariat Islam” atau bahasa senada yang mengarah pada narasi untuk menjustifikasi ideologi penegakan syariat Islam, serta ayat-ayat jihad dan qitāl atau derivasi keduanya yang dijadikan sebagai destigmatisasi atas ideologi jihadis penerjemah. Hasil riset ini menegaskan bahwa buku Al-Qur’an Tarjamah Tafsiriyah ditulis oleh Muhammad Thalib untuk menjustifikasi ideologinya yakni memperjuangkan penegakan syariat Islam di Indonesia. Justifikasi itu dilakukan dengan cara mendistorsi makna ayat, seperti kata ‘fitnah’ (QS. Al-Baqarah [2]: 191; 193) yang diterjemahkan dengan ‘rintangan terhadap pelaksanaan syariat Islam’, juga terjemah pada frase بحبل الله, kata  جميعا, dan kalimat ولا تفرقوا dalam QS. A<li ‘Imra>n [3]: 103.  Sedangkan terjemah atas ayat-ayat jihād dan qitāl dalam buku tersebut membuktikan tidak hanya untuk melakukan justifikasi terhadap ideologi sang penerjemah, namun juga sebagai upaya destigmatisasi paham radikal yang diasosiasikan terhadap kelompoknya. Destigmatisasi tersebut dilakukan dengan beberapa cara berikut: (1) kitab tafsir yang dijadikan acuan dalam buku tersebut cenderung hanya memilih rujukan yang sesuai dengan ideologinya; (2) adanya distorsi terhadap sebagian kitab tafsir yang dijadikan rujukan; dan (3) sebagian hasil terjemah yang ditawarkannya cenderung mengarah pada paham radikalisme atau ekstremisme
AUTENTIFIKASI AL-QUR’AN MELALUI KRITIK TEKS (KAJIAN ATAS THE AGELESS QUR’AN TIMELESS TEXT: A VISUAL STUDY OF SURA 17 ACROSS 14 CENTURIES AND 19 MANUSCRIPTS) Aqdi Rofiq Asnawi; Ahmad Thaqif Bin Ismail
Al-Bayan: Jurnal Studi Al-Qur'an dan Tafsir Vol 6, No 1 (2021): Al-Bayan: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Qur’anic and Tafsir studies Programme at Ushuluddin Faculty

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.47 KB) | DOI: 10.15575/al-bayan.v6i1.11456

Abstract

Sejak lama kajian teks terus dilakukan, seolah ia tidak pernah lekang oleh waktu, terutama terhadap validitas teks Al-Qur’an. Di era permulaan Islam, para sarjana sudah menggunakan metode kritik teks dalam mengkaji manuskrip al-Qur’an, namun penerapannya sering kali menuai  kritik karena berasal dari studi teks Bibel. Padahal prinsip-prinsip kritik teks ini telah dipakai oleh para sahabat Nabi meski istilah textual criticism (kritik teks) belum muncul. Artikel ini berusaha melacak sejauh mana penerapan kritik teks A’zami yang meneliti 18 manuskrip al-Qur’an tertuang dalam karyanya Ageless Qur’an timeless text: A visual study of Sura 17 across 14 centuries and 19 manuscripts. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara menganalisis karya A’zami tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa A’zami menerapkan beberapa prinsip kritik teks, seperti pencarian kesalahan teks, analisa perbandingan manuskrip, dan perbedaan tulisan al-Qur’an dari masa ke masa. Namun, A‘zami tidak mengajukan perbaikan teks atau menerbitkan edisi kritis al-Qur’an sebagaimana efek penerapan kritik teks pada Bibel. Keunikan kajian A’zami terletak pada visualisasi proses kritik teks. Artikel ini juga menyimpulkan bahwa penelitian mengenai manuskrip-manuskrip al-Qur’an menggunakan prinsip-prinsip kritik teks dapat membuktikan keaslian al-Qur’an.

Page 7 of 11 | Total Record : 103