cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. ponorogo,
Jawa timur
INDONESIA
Darussalam Nutrition Journal
ISSN : 25798588     EISSN : 25798618     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Darussalam Nutrition Journal (DNJ) is a scientific journal containing research articles in the scope of halal food science, nutrition and health, related to clinical nutrition, community nutrition, sports nutrition, molecular nutrition, nutritional biochemistry, functional food, and nutrition service and management.
Arjuna Subject : -
Articles 121 Documents
Faktor risiko yang mempengaruhi kadar asam urat pada penderita hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe Ira Riswana; Nunung Sri Mulyani
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 1 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i1.6909

Abstract

Background: Hyperuricemia is caused by increased levels of uric acid in the body. One of the factors that increase uric acid levels is the intake factor, namely excessive purine intake. However, body mass index, age, gender, and genetics are also risk factors. Objective: The purpose of this study was to determine the risk factors that affect uric acid levels in hyperuricemic patients. Methods: This research is descriptive-analytic using a case-control design. This research was conducted at the Muara Satu Health Center, Lhokseumawe City in February 2021. The total sample was 21 people aged 45-65 years for each case and control group. Age, sex, and genetic data were collected using a questionnaire using interviews. BMI was collected using weight and TB measurements, and purine intake was collected using food recall. Data were analyzed using Chi-Square. Results: The risk factor that influenced the increase in uric acid levels was higher purine intake (p=0.004; OR=1.79), while age, sex, and BMI had no significant risk factors with uri c acid levels (OR=0.298, OR= 0.178, OR=0.277). Conclusion: Purine intake as a risk factor for increased uric acid levels and age, sex and BMI did not have a significant risk factor with uric acid levels.Keywords : Purine intake, genetics, BMI, gender, ageAbstrakLatar Belakang : Penyebab Hiperurisemia terbagi 2 yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan dapat dikontrol. Faktor yang tidak dapat dikontrol umur, jenis kelamin dan genetik, sedangkan faktor yang dapat dikontrol IMT dan asupan purin. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kadar asam urat pada penderita hiperurisemia di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe. Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan desain case control. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe pada bulan Februari 2021. Data umur, jenis kelamin dan genetik dikumpulkan menggunakan kuesioner dengan cara wawancara. IMT dikumpulkan menggunakan pengukuran BB dan TB dan asupan purin dikumpulkan menggunakan recall dengan cara wawancara. Data dianalisis dengan menggunakan Chi-Squarae.  Hasil : Sebagian besar penderita hiperurisemia berusia lansia awal sebanyak 11 orang (52.4%) dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (85.7%). IMT sebagian besar kelebihan BB ringan sebanyak 14 orang (66.7%) dan memiliki riwayat genetik sebanyak 12 orang (57.1%) dengan asupan purin sebagian besar lebih banyak 18 orang (85.7%). Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara genetik dan asupan purin dengan kadar asam urat dan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, jenis kelamin dan IMT dengan kadar asam urat pada pasien hiperurisemia yang rawat jalan di Puskesmas Muara Satu Lhokseumawe.
Keterkaitan kemiskinan, kecukupan energi dan protein dengan kejadian stunting balita di Puskesmas 11 Ilir Palembang Nathasa Weisdania Sihite; Muhammad Syafwan Chaidir
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 1 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i1.7083

Abstract

Background: Stunting is nutritional problem that influence the growth of toddlers to be not suitable for their age. Main problem of stunting divided into several factor among other is the level of nutritional adequacy from macro and micronutrients, such as social and economic factors that influence it. Objective: This study aims to determine and analyze the relationship between poverty and nutritional adequacy (energy and protein) of children under five with the incidence of stunting at Puskesmas 11 Ilir Palembang. Methods: This study used a cross-sectional design, sample of 33 children aged 2-5 years. The sample was selected by purposive sampling using the Lemeshow formula. Measurement of nutritional adequacy using 2x24 hour recall. Data processing was carried out using Excel, WHO-Anthro, and SPSS with Chi-Square test. Results: The energy adequacy level of stunting toddlers is mostly in the moderate deficit category (51.5%), there is a significant relationship between energy adequacy level and incidence of stunting. Protein adequacy level of stunting in the good category with 72.7% from total sample. The analysis of the poverty level of the families of children under five was found that the majority were below the poverty line with a percentage of 78.8% of the total sample. The research found that poverty is directly related to the incidence of stunting (p = 0.023). Conclusion: The status of poverty and the level of nutritional adequacy of both Energy and Protein in infants can be used as an indicator in analyzing the problem of stunting in children underfive.Keywords : Energy, nutritional adequacy, poverty, protein, stunting AbstrakLatar Belakang: Stunting merupakan masalah gizi kronis yang menyebabkan pertumbuhan balita menjadi tidak optimal. Masalah utama dalam stunting dapat dilihat dari berbagai faktor salah satunya adalah tingkat kecukupan gizi dan indikator kemiskinan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hubungan kemiskinan dan kecukupan gizi (energi dan protein) balita dengan kejadian stunting yang terjadi pada balita di Puskesmas 11 Ilir Palembang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross- sectional study, sampel yang diambil berjumlah 33 orang berusia 2-5 tahun. Sampel dipilih dengan cara purposive sampling dengan menggunakan rumus Lemeshow. Pengukuran kecukupan gizi balita menggunakan recall 2x24 jam. Pengolahan data dilakukan menggunakan Exel,WHO-AnthroPlus dan SPSS. Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square. Hasil: Tingkat kecukupan energi balita stunting sebagian besar berada dalam kategori defisit sedang (51,5%), terdapat hubungan signifikan antara tingkat kecukupan energi pada balita dengan kejadian stunting. Tingkat kecukupan protein balita berada dalam kategori baik (72,7%) dari total sampel. Hasil analisa tingkat kemiskinan keluarga menjelaskan bahwa mayoritas berada di bawah garis kemiskinan (78,8%). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa kemiskinan berhubungan langsung dengan kejadian stunting (p=0,023). Kesimpulan: Status kemiskinan dan tingkat kecukupan gizi baik Energi dan Protein pada balita dapat dijadikan indikator dalam menganalisis masalah stunting pada balita. 
Correlation between nutritional status and physical activity Vo2max at employess of Aisyah University of Pringsewu in 2021 Kukuh Adelia; Ramadhana Komala; Alifiyanti Muharramah; Riska Nur Suci Ayu
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 1 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i1.6296

Abstract

Background: VO2max is one of ways to measured cardiorespiratory fitness. Low cardiorespiratory fitness becomes one of the factors that cause heart disease. There are factors related to fitness, including nutritional status and physical activity. Objective: The aim of this study was to determine the correlation between nutritional status and physical activity with VO2max at employess of Aisyah University of Pringsewu in 2021. Method: The design of this study used Cross Sectional.  The number of samples was 78 consist of 30 men and 48 women with an average age of 30.81 ± 6.58 years. Cardiorespiratory fitness was measured by using 20-Meters Shuttle Run Test. Result: The results of statistical analysis showed that there was a significant correlation between nutritional status and VO2max (p<0.05) and other test results showed that there was a significant correlation between physical activity and VOmax (p<0.05). Conclusion: In conclusion, both nutritional status and physical activity have a significant correlation with the vo2max in employees.  Employees with  lower Body Mass Index (Nutritional Status) and higher physical activity have better Keywords : Physical Activity, Nutritional Status, VO2max.Abstrak Latar belakang: VO2max merupakan salah satu cara mengukur kebugaran kardiorespirasi. Rendahnya kebugaran kardiorespirasi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit jantung. Terdapat faktor yang berhubungan dengan kebugaran, antara lain status gizi dan aktivitas fisik. Tujuan: Mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan dengan nilai VO2max pada Karyawan Universitas Aisyah Pringsewu Tahun 2021. Metode: Desain penelitian ini menggunakan Cross Sectional. Tekhnik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan jumlah sampel sebesar 78 yang terdiri dari 30 laki laki dan 48 perempuan dengan usia rata rata 31 tahun. Kebugaran diukur menggunakan 20-Meters Shuttle Run Test. Status gizi diukur dengan metode antropometri dengan indikator IMT (Indeks Massa Tubuh). Aktivitas fisik diukur menggunakan wawancara recall aktivitas 2 x 24 jam (weekday & weekend). Uji statistik menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil: Hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan nilai VO2max (p<0,05) serta hasil uji lainnya menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan nilai VO2max (p<0,05). Kesimpulan: Baik status gizi dan aktivitas fisik memiliki hubungan yang bermakna dengan nilai vo2max pada karyawan. Karyawan dengan status gizi yang ditandai dengan Indeks Massa Tubuh (status gizi) yang lebih rendah dan aktivitas fisik yang lebih tinggi memiliki nilai VO2max yang lebih baik.
Macronutrient intake of chronic energy deficiency pregnant women in Pekanbaru city Dewi Erowati; Dewi Rahayu; Yolahumaroh Yolahumaroh
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 1 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i1.7286

Abstract

Background: The condition of inadequate energy and macronutrients that causes the inadequate nutritional needs of pregnant women is called Chronic Energy Deficiency (CED). This condition is a risk factor for the incidence of low birth weight babies that can increase the risk of stunting. One of the factors that affect CED is food intake that is not varied and inadequate. Objective: The purpose of the study was to determine the description of the intake of groups of pregnant women who experienced CED and normal (not experienced CED).  Method: The type of the research was descriptive research and data collection techniques were carried out using cluster random sampling technique which was carried out at 12 Primary Health Care in Pekanbaru City consisting of 20 CED pregnant women and 20 normal pregnant women. Data was collected by interviewing a questionnaire consisting of the identity of the respondent, economic status and household food security; 2x24 hours recall, and anthropometric measurements of upper arm circumference. Results: Macronutrient intake of pregnant women in Pekanbaru City with chronic energy deficiency (upper arm circumference <23.5 cm) and normal (upper arm circumference ≥ 23.5 cm) was categorized as inadequate the nutritional needs of pregnant women. Conclusion: It is necessary to provide additional food in the form of biscuits with local food ingredients and education by health workers to pregnant women.
Effect of silk taro flour substitution (Colocasia esculenta L. Schott) on physical properties, organoleptic properties, and antioxidant activity in steamed brownies Yahriz Eka Septianto; Noor Tifauzah; Nugraheni Tri Lestari; Susilo Wirawan
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 1 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i1.7361

Abstract

Background : Silk taro plant is one of the varieties of minor tubers plants used as food crops. The content of vitamin C as a source of antioxidant substances silk tarogood to strengthen the immune systemand to prevent the formation of free radicals in the body. Silk taro flour has the potential to be developed into a variety of food products, one of which was steamed brownies in this study. Objectives: Known the influence of variations of silk taro flour mixture on physical properties, organoleptic properties, and antioxidant activity in steamed brownies. Method: This type ofresearch is a pure experiment with Simple Randomized Design (SRD), using 4 (four) treatments, 2 (two) units of trial, and 2 (two) replication. Physical properties data are analyzed descriptively, organoleptic properties data are analyzed with Kruskal-Wallis Test while antioxidant activity data was analyzed descriptively. Results: Based on the physical properties of brownies, the more the addition of silk taro flour the, darker the color and the harder the texture. The more the addition of silk taro flour aroma, the more fragrant typical silk taro, while the taste had no significant difference that wassweet and had the higher antioxidant activity. Conclusion: Silk taro flour brownies favored by panelists and can be developed based on physical properties, organoleptic. properties and antioxidant activity was the brownies with 50% composite of silk taro flour.Keywords : antioxidant activity, brownies, organoleptic properties, physical properties, silk taro flour AbstrakLatar Belakang : Talas sutera merupakan salah satu varietas umbi-umbian minor yang digunakan sebagai tanaman pangan. Kandungan vitamin C sebagai sumber zat antioksidan talas sutera baik untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah terbentuknya radikal bebas dalam tubuh. Tepung talas sutera berpotensi untuk dikembangkan menjadi berbagai produk makanan, salah satunya brownies kukus pada penelitian ini. Tujuan : Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh variasi campuran tepung talas sutera terhadap sifat fisik, sifat organoleptik, dan aktivitas antioksidan pada brownies kukus. Metode : Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan Rancangan Acak Sederhana (RAS), menggunakan 4 (empat) perlakuan dalam bentuk brownies, 2 (dua) unit coba, dan 2 (dua) kali ulangan. Data sifat fisik dianalisis secara deskriptif, data sifat organoleptik dianalisis dengan Uji Kruskal-Wallis sedangkan data aktivitas antioksidan dianalisis secara deskriptif. Hasil : Berdasarkan sifat fisik brownies, semakin banyak penambahan tepung talas sutera warna semakin cokelat tua dan tekstur semakin keras. Semakin banyak penambahan tepung talas sutera aroma semakin harum khas talas suterayaitu sedikit langu harum sedangkan rasa tidak ada perbedaan signifikan yaitu manis dan aktivitas antioksidan yang dihasilkan semakin tinggi. Kesimpulan : Brownies tepung talas sutera yang disukai panelis serta dapat dikembangkan berdasarkan sifat fisik, sifat organoleptik dan aktivitas antioksidan adalah brownies dengan variasi pencampuran tepung talas sutera 50%.
Faktor risiko kejadian stunting pada balita di kota palopo Nurlaeli Nurlaeli; Resty Ryadinency; Ayu Irawati
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 1 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i1.5637

Abstract

 Background: Stunting is a chronic condition showing a disruption of growth due to the last of ANC examination, breast milk not given exclusively, and toddlers not given the complementary feeding. Objective: To determine the factors contributing to the incidence of stunting in toddlers aged 12-36 months in the working area of Wara Public Health Centre, Palopo in 2020. Method: This study used an observational study method with a case-control approach. The population in this research was 96 toddlers in the working area of Wara Public Health Centre, Palopo in 2020, which is composed of 48 cases and 48 controls. Sampling technique used was a purporsive sampling. Data were collected through questionnaire. The data that had been collected then processed and assessed by using SPSS version 20 and analyzed using the odds ratio (OR) test and presented in the form of frequency distribution tables. Result: From the bivariate analysis, it was found out that risk factors research shows that the ANC history and the incidence of stunting (OR = 9.471), An exclusive breastfeeding history and incidence of stunting (OR = 3.975), and complementary feeding history and the incidence of stunting (OR = 5.160). Conclusion: The history of the ANC, a history of exclusive breastfeeding and history of Complementary Feeding are the risk factors for stunting in the working area of Wara Public Health Centre, Palopo in 2020. AbstrakLatar belakang: Stunting merupakan kondisi kronis terganggunya pertumbuhan dengan pemeriksaan ANC yang tidak lengkap, ASI yang tidak diberikan secara eksklusif dan balita yang tidak diberikan MP-ASI. Tujuan: untuk mengetahui faktor risiko kejadian stunting pada balita usia 12- 36 bulan di wilayah kerja puskesmas wara kota palopo tahun 2020. Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini yaitu 96 balita di wilayah kerja puskesmas wara kota palopo tahun 2020, yang terdiri dari 48 kasus dan 48 kontrol. Variabel yang diteliti adalah Riwayat ANC, Riwayat ASI Eksklusif, dan Riwayat MP-ASI. Teknik pengambilan sampel yaitu purporsive sampling. Pengumpulan data melalui kuesioner. Uji statistik yang di gunakan adalah uji Chi-Square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa riwayat ANC dengan kejadian stunting (p = ,003, OR = 9,471), riwayat ASI eksklusif dengan kejadian stunting (p = ,003, OR = 3,975), dan riwayat MP-ASI dengan kejadian stunting (p = ,004, OR = 5,160). Kesimpulan: Riwayat ANC, riwayat ASI eksklusif dan riwayat MP-ASI merupakan faktor risiko stunting di wilayah kerja Puskesmas Wara Kota Palopo tahun 2020
Hubungan asupan zat gizi makro, kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan status gizi pada karyawan shift di PT. Pajitex Qonita Amalia Zulfa; Endo Dardjito; Teguh Jati Prasetyo
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 2 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i2.8310

Abstract

Background : Good work productivity can not be separated from the lifestyle of workers. Unhealthy lifestyle can have an impact on the employee’s nutritional problem. This study aims to determine the relation between macronutrient intake, sleep quality, and physical activity with the nutritional status of shift employees at PT. PAJITEX Pekalongan Regency. Method : This study used a cross sectional study design with a total sample of 87 employees selected by purposive sampling technique. Nutrient intake variables was measured used a recall 2x24 hour, sleep quality used the Pittsburgh Quality Sleep Index (PSQI) questionnaire, physical activity used the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) and nutritional status used Body Mass Index (BMI). Data analysis used Korelasi Pearson correlation and multiple linear regression tests. Result : There was a relation between energy intake (p=0,000 r=0,392), protein (p=0,000 r=0,415), fat (p=0,000 r=0,393), carbohydrates (p=0,000 r=0,450), sleep quality (p=0.046 r=0,215) and physical activity (p=0.000 r=-0,406) with nutritional status. Multiple linear regression tests showed that there was an effect of macronutrient intake, sleep quality and physical activity together (p=0,000) with nutritional status of 39,2%. Conclusion : There was a relationship between macronutrient intake, sleep quality and physical activity with nutritional status.AbstrakLatar Belakang : Produktivitas kerja yang baik tidak terlepas dari gaya hidup pekerja. Gaya hidup yang tidak sehat dapat berdampak pada masalah gizi pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro, kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan status gizi pada karyawan shift di PT. PAJITEX Kabupaten Pekalongan. Metode : Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan jumlah ampel sebesar 87 karyawan yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Variabel asupan zat gizi diukur menggunakan recall 2x24 jam, kualitas tidur dengan kuesioner Pittsburgh Quality Sleep Index (PSQI), aktivitas fisik dengan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) dan status gizi dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Analisis data menggunakan korelasi Korelasi Pearson dan uji regresi linear berganda. Hasil : Terdapat hubungan asupan energi (p=0,000 r=0,392), protein (p=0,000 r=0,415), lemak (p=0,000 r=0,393), karbohidrat (p=0,000 r=0,450), kualitas tidur (p=0,046r=0,215) dan aktivitas fisik (p=0,000 r=0,406) dengan status gizi. Uji regresi linear berganda menunjukkan terdapat pengaruh asupan zat gizi makro, kualitas tidur dan aktivitas fisik secara bersama-sama (p=0,000) dengan status gizi sebesar 39,2%. Kesimpulan : Terdapat hubungan asupan zat gizi makro, kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan status gizi. 
Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kejadian KEK pada ibu hamil di Puskesmas Gemolong Hilda Carmitha Panjaitan; Desita Ike Sagita; Alfia Rusfianti; Fitsyal Febriyadin
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 2 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i2.8258

Abstract

Background: Pregnant women who experience malnutrition for a long time and MUAC in pregnant women <23.5 cm are called Chronic Energy Deficiency (CED), which can result in low birth weight, death, bleeding, and health problems. Objective: to analyze the correlation between knowledge and attitudes toward the incidence of CED in pregnant women in the working area of the Gemolong Health Center. Method: descriptive-quantitative research with a cross-sectional design. The sampling technique was total sampling, which was 22 pregnant women in the Gemolong Health Center area. Data collection was carried out on 14, 15 and 18 June 2022. The instrument in this study was a questionnaire. Data were analyzed by Spearman Rank test. Results: From a total of 22 respondents, 50% had good knowledge, 63.64% had a positive attitude, and 77.27% experienced CED. Based on the Spearman Rank test related to knowledge and CED, a p-value of 0.001 was obtained, which means that there is a significant correlation between knowledge and the incidence of CED. Meanwhile, regarding attitudes and CED, a p-value of 0.09 was obtained, which means that there is no significant correlation between attitudes and the incidence of CED. Conclusion: Good knowledge of pregnant women can prevent the risk of CED. Knowledge has a significant correlation with the incidence of CED in pregnant women. Meanwhile, attitude does not have a significant correlation with the incidence of CED.  AbstrakLatar belakang: Ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dalam waktu yang lama dan LILA pada ibu hamil <23,5 cm disebut Kekurangan Energi Kronis (KEK), yang dapat berakibat BBLR, kematian, perdarahan, dan gangguan kesehatan.  Tujuan: untuk menganalisis hubungan pengetahuan dan sikap terhadap kejadian KEK pada ibu hamil di wilayah   kerja   Puskesmas  Gemolong. Metode: penelitian deskriptif kuantitatif dengan desain cross-sectional. Teknik pengambilan sampel dengan total sampling, yaitu sebesar 22 orang ibu hamil di wilayah Puskesmas Gemolong. Pengambilan data dilakukan pada 14, 15 dan 18 Juni 2022. Instrumen pada penelitian ini ialah kuesioner. Data dianalisis dengan uji Spearman Rank. Hasil: Dari total 22 responden, 50% memiliki pengetahuan yang baik, 63,64% memiliki sikap yang tergolong positif, dan 77,27% mengalami KEK. Berdasarkan uji Spearman Rank terkait pengetahuan dan KEK diperoleh p-value 0,001 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian KEK. Sedangkan, terkait sikap dan KEK diperoleh p-value 0,09 yang berarti tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan kejadian KEK. Simpulan: Pengetahuan ibu hamil yang baik dapat mencegah risiko kejadian KEK. Pengetahuan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian KEK pada ibu hamil. Sedangkan, sikap tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian KEK.
Identification of formalin content in salted fish in Kedungprahu traditional market Fattah Mutiara Rovita; Windi Wulandari
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 2 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i2.8266

Abstract

Background: Salted fish is one of the food ingredients that is often added with formalin to extend the shelf life of the product, although formalin is a preservative that cannot be used in food. Indonesian traditional markets still often sell salted fish with formalin. Objective: This study aims to analyze the formalin content of salted fish in the Kedungprahu Traditional Market. Method: This research method was a descriptive study using qualitative analysis which includes observing physical characteristics, and formalin testing by using the ET Brand Test Kit. The materials used in the research were all types of salted fishes sold in the Kedungprahu traditional market. The samples taken consisted of 7 types of salted fish with a total of 29 salted fishes tested. The sampling technique was carried out by total sampling. Result: The results showed that salted fishes which had physical characteristics indicated that it contained formalin in anchovy as much as 38.8%. Salted fishes that tested positive in a test kit contained 20.7% formalin, while anchovies had the highest formalin content at up to 40%. 33.3% of salted fish contains formalin, based on the suitability between physical characteristics and test kit tests. Conclution: In the Kedungprahu market, some salted fishes containing formalin is still openly available for purchase. as evidenced by the results of observations of physical characteristics and test kits. AbstrakLatar Belakang: Formalin merupakan pengawet yang dilarang digunakan pada makanan. Pasar Kedungprahu menjadi sasaran para produsen ataupun pedagang ikan asin yang menggunakan formalin sebagai bahan tambahan pangan agar barang dagangannya awet dan tahan lama. Masih minimnya pengetahuan pedagang, produsen, dan masyarakat tentang formalin serta dampak negatif bagi kesehatan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kandungan formalin pada ikan asin di Pasar kedungprahu. Metode: Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan pendekatan analisis kualitatif yang meliputi pengamatan ciri fisik, dan pengujian formalin menggunakan alat Test Kit Merk ET. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah semua jenis ikan asin yang dijual di Pasar Kedungprahu. Sampel yang diambil terdiri dari 7 jenis ikan asin dengan total sampel yang diuji sejumlah 29 ikan asin. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ciri-ciri ikan asin yang berformalin yakni terdapat bercak putih, tekstur yang keras dan kering, serta tidak berbau khas ikan asin dan apak. Dari 29 sampel yang diuji terdapat 6 (20,7%) diantaranya yang teridentifikasi positif mengandung formalin. Kesimpulan: Ikan asin di Pasar Kedungprahu tidak semua aman untuk dikonsumsi karena mengandung formalin dan dapat menyebabkan dampak negatif bagi kesehatan.
Pengaruh penambahan yogurt, telur, dan tepung kacang hijau (Phaseolus Radiatus) terhadap uji organoleptik, kadar protein, kalsium dalam silky pudding sebagai makanan tambahan pada balita Tika Dwita Adfar; Yensasnidar Yensasnidar; Murnawelis Murnawelis
Darussalam Nutrition Journal Vol 6, No 2 (2022): Darussalam Nutrition Journal
Publisher : University of Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/dnj.v6i2.8639

Abstract

Background: Silky pudding is one of the choices desserts of many people, especially toddlers. Protein and calcium content is very influential for the growth of toddlers; thus, it is necessary to substitute the basic ingredients of silky pudding by adding yogurt, eggs and mung bean flour. Objective: to determine the organoleptic assessment, calcium and protein content of silky pudding with the addition of yogurt, eggs, and mung bean flour (Phaseolus radiatus). Methods: This type of research was a true experimental with Completely Randomized Design (CRD), using 3 treatments (addition of yogurt, eggs, mung bean flour, P1: 75 gr, 10 gr, 15 gr; P2: 50 gr, 15 gr, 20 gr; P3: 25 gr, 20 gr, 30 gr), 1 (one) control with 2 (two) repetitions. Organoleptic test data with hedonic scale test using hedonic test form then analyzed by Kruskal-Wallis test followed by Mann Whitney test. Protein analysis used Kjeldahl method, while the analysis of calcium levels used a Spectrophotometer. Results: The results of the organoleptic test showed that the best treatment was P1 treatment with the addition of 75 gr yogurt, 10 gr eggs, 15 gr mung bean flour, the addition of yogurt, eggs, and mung bean flour had a significant effect on the quality of color, aroma, taste of silky pudding while there was no effect. on texture. The results of the protein content of the P1 treatment were 3.79%, while the results of the calcium levels in the P1 treatment were 37.067%. Conclusion: In further research, it is recommended to test the shelf life of the product. AbstrakLatar belakang: Silky pudding merupakan salah satu dessert favorit banyak orang terutama anak balita.  Kandungan protein dan kalsium sangat berpengaruh untuk pertumbuhan balita,  dengan demikian perlu dilakukan substitusi pada bahan dasar silky pudding yaitu dengan  penambahan yoghurt, telur dan tepung kacang hijau. Tujuan: untuk mengetahui penilaian organoleptik, kandungan protein dan kalsium dari silky pudding dengan penambahan yoghurt, telur, dan tepung kacang hijau (Phaseolus radiatus) Metode: Jenis penelitian ini adalah eksperimen murni dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan tiga perlakuan (penambahan yoghurt, telur, tepung kacang hijau, P1: 75 gr, 10 gr, 15 gr; P2: 50 gr, 15 gr, 20 gr; P3: 25 gr, 20 gr, 30 gr), satu kontrol dengan dua kali pengulangan. Data uji organoleptik dengan hedonic scale test (formulir uji hedonic) kemudiandianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Analisis protein menggunakan Metode Kjeldahl, sedangkan analisis kadar kalsium menggunakan Spektrofotometer. Hasil: Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan P1 dengan penambahan yogurt 75 gr, telur 10 gr, tepung kacang hijau 15 gr, penambahan yoghurt, telur, dan tepung kacang hijau berpengaruh signifikan terhadap mutu warna, aroma, rasa silky pudding sedangkan tidak ada pengaruh pada tekstur. Hasil kadar protein dari perlakuan P1 yaitu 3,79%, sedangkan hasil Kadar kalsium pada perlakuan P1 yaitu 37,067%. Kesimpulan: Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk uji daya simpan produk.

Page 8 of 13 | Total Record : 121