Claim Missing Document
Check
Articles

Found 32 Documents
Search

IMPLEMENTASI KEARIFAN LOKAL DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR Junaidin; Hadi Santoso; Adi Hidayat Argubi
Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan Vol. 5 No. 2 (2018): November : Jurnal Komunikasi dan Kebudayaan
Publisher : Universitas Mbojo Bima - Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel hasil penelitian ini berjudul “Implemenetasi Kearifan Lokal Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Di Kalangan Pelajar”. Adapun tujuan penelitian ini, yaitu mengetahui bentuk revitalisasi kearifan lokal dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar Kota Bima serta mengkaji langkah strategis implementasi revitalisasi kearifan lokal dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar Kota Bima. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, penelitian ini mengunakan metode deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan partisipatif. Penelitian ini dilakukan di Kota Bima dengan teknik pengumpulan data penelitian antara lain: observasi partisipatif, wawancara tak terstruktur dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, display data dan pengambilan kesimpulan (verifikasi) dengan pendekatan menggunakan analisis FGD, RRA, PRA dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan oleh SMK Negeri 1 Kota Bima dan SMP Negeri 13 Kota Bima dalam pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar, yaitu pertama ”mbolo weki” dan ”mbolo rasa” dan kedua majelis taqlim. Revitalisasi nilai kearifan lokal inilah yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak terutama pihak sekolah untuk mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar. Pihak sekolah dapat berperan sebagai fasilitator untuk menghubungkan diri dengan orang tua siswa dan masyarakat untuk bersama-sama menjadikan narkoba sebagai musuh bersama. Selain itu, peran sekolah dalam hal ini adalah dengan mendesain kurikulum yang dapat menfasilitasi siswa agar terlibat aktif dalam kegiatan majelis taqlim yang ada di lingkungan masyarakatnya. Kurikulum yang didesain dapat didesain integral dan terpadu sehingga dapat berjalan selaras antara kurikulum sekolah dengan majelis taqlim yang ada di lingkungan masyarakat menjadi satu kesatuan utuh kegiatan pembelajaran yang harus diikuti oleh siswa. Sekolah tidak dapat terpisahkan dengan lingkungan masyarakat di mana pelajar tumbuh dan berkembang.
Developing a Model of Women's Empowerment for Environmental Adaptation and Disaster Mitigation in Malang Regency Ruli Inayah Ramadhoan; Krishno Hadi; Eka Kadharpa Utama Dewayani; Adi Hidayat Argubi
Sospol Vol. 9 No. 2 (2023): Juli-Desember
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/jurnalsospol.v9i2.27950

Abstract

The damaged condition of the coastal forests in Malang Regency prompted the community to carry out conservation activities called the Green Belt Movement. This movement was initiated by the people around Sendang Biru, who are members of the Bhakti Alam Sendang Biru (BASB). The conservation movement has supported global efforts in climate change adaptation and disaster mitigation. Unfortunately, the movement is still lack of women involvement, but it is still dominated by men. This paper aims to reformulate the BASB green belt movement model by integrating gender mainstreaming in order to empowering local women in environmental adaptation and mitigation through conservation. The method used in this study is a qualitative approach with data collection techniques through interview, observation and literature study. As a form of empowering women through the Green Belt Movement by involving local women as the main actors, it is necessary to carry out intensive and massive counseling to construct awareness, provide positive affirmations and women's confidence. Furthermore, women communities’ institutionalization, increasing human resources through technical education and training programs and having economic benefits without ignoring ecological values are also considered to be necessary. Additionally, it is essential to encourage participation among stakeholders, especially government, to ensure the movement sustainability.