Insomnia merupakan jenis gangguan tidur dimana terjadi pada seseorang merasa tidak cukup tidur atau merasakan kualitas tidur yang buruk walaupun orang tersebut sebenarnya memiliki kesempatan tidur yang cukup sehingga mengakibatkan perasaan yang tidak bugar setelah terbangun dari tidur (Arthur, et all.,1996) dalam (Ningsi Tudu dkk., 2023).Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional yang bersifat korelasional. Berdasarkan table di atas terdapat hubungan yang cukup kuat antara stres akademik dan insomnia, dengan nilai koefisien korelasi 0.448 (p = 0.000). Hubungan ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat stres akademik, semakin tinggi pula kemungkinan mahasiswa mengalami insomnia. Hubungan antara kecemasan dan insomnia ditemukan cukup kuat dan signifikan, dengan nilai koefisien korelasi 0.597 (p = 0.000). Artinya, mahasiswa yang mengalami kecemasan tinggi memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gangguan tidur atau insomnia. Berdasarkan hasil analisis, hubungan antara lingkungan belajar dan insomnia ditemukan sangat lemah dan tidak signifikan, dengan nilai koefisien -0.052 (p = 0.478). Ini menunjukkan bahwa lingkungan belajar tidak memiliki pengaruh yang berarti terhadap tingkat insomnia mahasiswa dalam penelitian ini. Berdasarkan berbagai penelitian dan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa stres akademik dan kecemasan memiliki hubungan yang lebih signifikan terhadap severitas insomnia pada mahasiswa studi Sarjana Keperawatan dibandingkan dengan faktor lingkungan belajar.