Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Pendampingan Budidaya dan Pengolahan Nutrasetikal Daun Bangun-bangun Untuk Ibu Rumah Tangga Ika Buana Januarti; Chintiana Nindya Putri
Indonesian Journal of Community Services Vol 3, No 1 (2021): May 2021
Publisher : Universitas Islam Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30659/ijocs.3.1.39-46

Abstract

Warga dawis Arbey RT 04 RW 04 Kelurahan Sampangan Semarang sebagian besar adalah ibu rumah tangga usia produktif. Lingkungan di daerah ini masih belum dimanfaatkan secara optimal sehingga mendorong pentingnya didirikan kelompok usaha yang memanfaatkan pekarangan rumah. untuk budidaya tanaman obat. Salah satu contoh TOGA yang mudah ditanam adalah daun bangun-bangun (Coleus amboinicus). Daun bangun-bangun berkhasiat sebagai pelancar ASI dengan dibuat menjadi jus siap minum. Pengembangan produk jus daun bangun-bangun perlu didukung oleh sarana prasarana, organisasi, SDM (Sumber Daya Manusia) dan pemasaran. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan ketrampilan pada warga membudidayakan, mengolah produk daun bangun-bangun dan memasarkannya. Terdapat 2 metode yang digunakan yaitu penyuluhan dan praktik langsung. Materi penyuluhan adalah cara budidaya, pengolahan dan pemasaran jus daun bangun-bangun. Metode kedua adalah praktik budidaya dan pembuatan jus daun bangun-bangun. Hasil dari kegiatan pengabdian ini yaitu 15 orang peserta berhasil membudidayakan tanaman bangun-bangun.Most of the residents of dawis Arbey RT 04 RW 04 Kelurahan Sampangan Semarang are housewives of productive age. The environment in this area is still not optimally utilized, thus encouraging the importance of establishing business groups that utilize house yards. for the cultivation of medicinal plants. One example of TOGA that is easy to plant is the leaves of bangun-bangun (Coleus amboinicus). The leaves of the wakes have the effect of facilitating breast milk by being made into ready-to-drink juice. The development of leaf juice products needs to be supported by infrastructure, organization, human resources (human resources) and marketing. This service activity aims to provide skills to residents to cultivate, process leaf-building products and market them. There are 2 methods used, namely counseling and direct practice. The extension material is the method of cultivating, processing and marketing the juice from the leaves. The second method is the practice of cultivating and making leaf juice. The result of this service activity was that 15 participants succeeded in cultivating bangun-bangun.
Solvent concentration effect on total flavonoid and total phenolic contents of Averrhoa bilimbi leaf extract Muhammad Ryan Radix Rahardhian; Bayu Tri Murti; Dyah Wigati; Ririn Suharsanti; Chintiana Nindya Putri
Pharmaciana Vol 9, No 1 (2019): Pharmaciana
Publisher : Universitas Ahmad Dahlan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.208 KB) | DOI: 10.12928/pharmaciana.v9i1.8793

Abstract

Averrhoa bilimbi is one of the Indonesian indigenous plants containing phenolic and flavonoids which exhibit several ethnopharmacological effects i.e. antidiabetic, anti-microbial, anti-inflammatory, cytotoxic, anti-oxidant, antifertility, and antibacterial activities. However, the optimum solvent for extracting these compounds using percolation have not been reported, yet. This research was aimed to evaluate the various concentrations of ethanol solvents towards total phenolic (TPC) and total flavonoid content (TFC). Extraction was carried out using percolation technique with ethanol solvent ratio of 50%, 70%, and 96%. The phytochemical screening, thin layer chromatography, total flavonoids, and total phenolic levels were obtained from the concentrated extract. The TPC and TFC were determined using visible spectrophotometry method. Phytochemical screening study indicated that ethanolic extract contains classes of flavonoids, phenolic, alkaloid, saponins, and steroids. The TFC of ethanolic extract with 50%, 70%, and 96% solvent concentrations were investigated at 62.74, 64.81 and 59.1 mg RTE / g extract, respectively while the TPC were recorded as follows: 103.79; 119.47; 110.10 mg GAE / g extract. Hence, 70% ethanol were higher among others, and therefore remains as optimum solvent for the extraction of A. bilimbi leaves. 
Pelatihan Pembuatan Sabun Ecoenzyme Berbahan Limbah Organik Rumah Tangga di Kelompok Ibu-Ibu PKK Desa Batursari Demak Dwi Endah Kusumawati; Chintiana Nindya Putri
Nuansa Akademik: Jurnal Pembangunan Masyarakat Vol 7 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Dakwah dan Pembangunan Masyarakat Universitas Cokroaminoto Yogyakarta (LDPM UCY)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47200/jnajpm.v7i1.1081

Abstract

Handwashing is an easy and effective way to prevent disease. Some of cleaning products such as bath soap, laundry and dish soap contain chemical which have a negative impact to environment. The solution is to look for alternative soap ingredients that are more ecofriendly. Household organic wastes such as fruit peels and vegetable scraps are known to be used as ecoenzymes through the fermentation process. Ecoenzyme can be used as a cleaning fluid and an alternative to natural disinfectants. This activity aims to provide counseling and training to PKK women to process ecoenzyme into ecoenzyme liquid soap which easier to apply as hand washing soap. The process is very easy and simple. Ecoenzyme is mixed into methyl ester sulfonate (MES) which has been stirred and heated first. The resulting ecoenzyme liquid soap has a slightly thick texture, brown color and has a fresh scent.
Pengaruh Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Total Fenol dan Total Flavonoid Esktrak Etanol Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) serta Aktivitas Antibakteri Terhadap Staphylococcus aureus Chintiana Nindya Putri; Muhammad Ryan Radix Rahardhian; Dewi Ramonah
JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/jpscr.v7i1.43465

Abstract

Fenomena resistensi antibiotik menjadi permasalahan baru dalam terapi infeksi, sehingga mendorong dilakukannya penemuan produk baru berbasis bahan alam. Daun insulin merupakan bahan alam yang berpotensi sebagai antimikroba karena mengandung metabolit sekunder seperti fenolik dan flavonoid. Jumlah kandungan senyawa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah metode ekstraksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh perbedaan metode ekstraksi maserasi dan digesti terhadap kadar total fenolik dan flavonoid, serta aktivitas penghambatan bakteri Staphylococcus aureus dari ekstrak etanol daun insulin 5%,10%,15%. Pada penelitian ini penentuan kadar fenolik dan flavonoid menggunakan spektrofotometri UV-Vis, sedangkan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 2018 menggunakan difusi agar. Hasil penelitian diperoleh data bahwa kadar flavonoid dan fenolik ekstrak daun insulin yang diekstraksi dengan maserasi lebih besar dibandingkan digesti yaitu sebesar 40,2 mg GAE/g, sedangkan pada metode digesti hanya 8,12 mg GAE/g untuk kadar fenolik. Kandungan total flavonoid ekstrak dari metode maserasi sebanyak 28,42 mg QE/g, sedangkan pada metode digesti sebanyak 11,52 mg QE/g. Pada pengujian antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 2018 diperoleh hasil bahwa ekstraksi dengan maserasi memiliki diameter daya hambat lebih besar dibandingkan digesti.
PEMBERDAYAAN IBU RUMAH TANGGA MELALUI PEMBUATAN ECO-ENZYME DARI LIMBAH ORGANIK RUMAH TANGGA SEBAGAI ALTERNATIF DESINFEKTAN ALAMI Dwi Endah Kusumawati; Chintiana Nindya Putri
Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 (2021): PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT - SNPPM2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.992 KB)

Abstract

Abstract Population growth will be in line with the amount of waste generated. Until now, waste management, both organic and inorganic, is still a challenge. The lack of education in waste management causes most of the waste to just pile up in the Final Disposal Site (TPA). One solution for utilizing household organic waste that is easy to make, environmentally friendly and rich in benefits is the manufacture of eco-enzymes. Eco-enzyme is a fermented liquid made from a mixture of brown sugar, household organic waste in the form of fruit skins and the rest of raw vegetable pieces and water in a ratio of 1: 3: 10. The process of making eco-enzyme is very simple and uses a lot of ingredients. available around us, so that it can be used as a solution to reduce household organic waste which occupies the largest proportion of the total composition of waste. The extension of the community empowerment program was carried out by means of an offline demonstration method, while maintaining health protocols. This activity is also adjusted to the current conditions that are still being hit by the global Covid-19 pandemic, where currently maintaining personal and environmental hygiene is believed to be one way to prevent disease. Disinfectants and hand sanitizers are widely used for cleaning and sanitation activities. The application of eco-enzyme products can be used as natural disinfectants, floor and dish cleaning fluids, organic fertilizers, etc. Abstrak Jumlah penduduk yang terus bertambah akan selaras dengan jumlah sampah yang dihasilkan. Hingga saat ini, pengelolaan sampah baik organik maupun anorganik masih menjadi tantangan. Minimnya edukasi dalam pengelolaan sampah menyebabkan sebagian besar jumlah sampah hanya menjadi timbunan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Salah satu solusi pemanfaatan limbah organik rumah tangga yang mudah dibuat, ramah lingkungan dan kaya manfaat adalah pembuatan eco-enzyme. Eco-enzyme adalah cairan hasil fermentasi yang dibuat dari campuran gula merah, limbah organik rumah tangga berupa kulit buah dan sisa potongan sayuran mentah dan air dengan perbandingan 1: 3: 10. Proses pembuatan eco-enzyme sangat sederhana dan menggunakan bahan-bahan yang banyak tersedia di sekitar kita, sehingga dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengurangi limbah organik rumah tangga yang menempati proporsi paling besar dari total komposisi sampah. Penyuluhan program pemberdayaan masyarakat ini dilakukan dengan metode demonstrasi secara luring, dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Kegiatan ini juga disesuaikan dengan kondisi sekarang yang masih dilanda pandemi global Covid-19, dimana saat ini kegiatan menjaga kebersihan baik pribadi dan lingkungan diyakini sebagai salah satu cara pencegahan penyakit. Cairan desinfektan dan handsanitizer banyak digunakan untuk kegiatan pembersihan dan sanitasi. Aplikasi produk eco-enzyme dapat dimanfaatkan menjadi desinfektan alami, cairan pembersih lantai dan piring, pupuk organik, dll.
POTENSI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN ASAM JAWA SEBAGAI ANTIJERAWAT DAN TABIR SURYA: POTENTIAL EXTRACT AND FRACTION OF TAMARIND LEAVES AS ANTI ACNE AND SUNSCREEN Chintiana Nindya Putri Chintia; Yuyun Darma Ayu Ningrum
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i1.524

Abstract

Jerawat dan kulit kusam akibat paparan sinar matahari merupakan permasalahan kulit yang kerap dialami oleh individu. Penggunaan skincare dan krim antibiotik berbahan kimia menjadi salah satu alternatif yang banyak digunakan, namun efek samping seperti iritasi kulit dan resistensi menjadi permasalahan baru sehingga mendorong dilakukannya penemuan produk baru berbasis senyawa bahan alam. Daun asam jawa berpotensi dijadikan bahan antijerawat dan tabir surya karena mengandung senyawa fitokimia seperti fenolik, flavonoid, saponin, dan vitamin C. Jumlah kandungan senyawa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya ekstraksi dan fraksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan potensi aktivitas antijerawat dan tabir surya antara ekstrak dan fraksi daun asam jawa, adapun parameter antijerawat dilihat dari aktivitas penghambatan terhadap bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis ATCC 12228) menggunakan metode difusi agar pada konsentrasi 1%, 3%, 5%, sedangkan aktivitas tabir surya dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro untuk melihat seberapa besar kemampuannya dalam melindungi kulit dari paparan sinar UV B. Ekstraksi daun asam jawa dilakukan dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, sedangkan fraksinasi dilakukan menggunakan pelarut etil asetat. Hasil skrining fitokimia dan KLT menunjukkan bahwa keduanya mengandung senyawa polifenol, flavonoid, dan saponin dengan nilai SPF 22,65 pada ekstrak dan 18,37 pada fraksi daun asam jawa. Hasil pengujian aktivitas anibakteri juga menunjukkan bahwa ekstrak memiliki diameter daya hambat yang lebih besar dibandingkan fraksi. Hal ini kemungkinan karena ekstrak mengandung senyawa yang lebih kompleks dibanding fraksi.
UJI EVALUASI DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) Yuyun Darma Ayu Ningrum; Chintiana Nindya Putri
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i1.477

Abstract

Kebutuhan masyarakat dalam penggunaan skincare semakin tinggi, namun sediaan tabir surya yang ada dipasaran kebanyakan berasal dari kimia. Daun asam jawa diketahui memiliki flavonoid. Penelitian menyebutkkan flavonoid merupakan antioksidan dapat digunakan sebagai zat aktif pada sediaan tabir surya. Sediaan yang dapat digunakan masyarakat harus aman ketika digunakan. Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi gel yang aman dengan menggunakan ekstrak daun asam jawa. Formula gel ekstrak daun asam jawa menggunakan basis Carbopol dengan konsentrasi ekstrak 100 ppm , 200 ppm dan 300 ppm. Carbopol diketahui memiliki stabilitas yang baik dalam penyimpanan. Formula dilakukan uji fisik meliputi organoleptis, pH, daya sebar dan stabilitas. Hasil pengujian didapatkan formula 1,2,3 memiliki stabilitas yang baik dengan parameter daya lekat, daya sebar dan uji stabilitas. Formula 3 memiliki grade very good protection dengan nilai SPF sebesar 28,8 sehingga direkomendasikan sebagai penggunaan tabir surya.
UJI EVALUASI DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) Yuyun Darma Ayu Ningrum; Chintiana Nindya Putri
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i1.477

Abstract

Kebutuhan masyarakat dalam penggunaan skincare semakin tinggi, namun sediaan tabir surya yang ada dipasaran kebanyakan berasal dari kimia. Daun asam jawa diketahui memiliki flavonoid. Penelitian menyebutkkan flavonoid merupakan antioksidan dapat digunakan sebagai zat aktif pada sediaan tabir surya. Sediaan yang dapat digunakan masyarakat harus aman ketika digunakan. Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi gel yang aman dengan menggunakan ekstrak daun asam jawa. Formula gel ekstrak daun asam jawa menggunakan basis Carbopol dengan konsentrasi ekstrak 100 ppm , 200 ppm dan 300 ppm. Carbopol diketahui memiliki stabilitas yang baik dalam penyimpanan. Formula dilakukan uji fisik meliputi organoleptis, pH, daya sebar dan stabilitas. Hasil pengujian didapatkan formula 1,2,3 memiliki stabilitas yang baik dengan parameter daya lekat, daya sebar dan uji stabilitas. Formula 3 memiliki grade very good protection dengan nilai SPF sebesar 28,8 sehingga direkomendasikan sebagai penggunaan tabir surya.
POTENSI EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN ASAM JAWA SEBAGAI ANTIJERAWAT DAN TABIR SURYA: POTENTIAL EXTRACT AND FRACTION OF TAMARIND LEAVES AS ANTI ACNE AND SUNSCREEN Chintiana Nindya Putri Chintia; Yuyun Darma Ayu Ningrum
Medical Sains : Jurnal Ilmiah Kefarmasian Vol 8 No 1 (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Muhammadiyah Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37874/ms.v8i1.524

Abstract

Jerawat dan kulit kusam akibat paparan sinar matahari merupakan permasalahan kulit yang kerap dialami oleh individu. Penggunaan skincare dan krim antibiotik berbahan kimia menjadi salah satu alternatif yang banyak digunakan, namun efek samping seperti iritasi kulit dan resistensi menjadi permasalahan baru sehingga mendorong dilakukannya penemuan produk baru berbasis senyawa bahan alam. Daun asam jawa berpotensi dijadikan bahan antijerawat dan tabir surya karena mengandung senyawa fitokimia seperti fenolik, flavonoid, saponin, dan vitamin C. Jumlah kandungan senyawa tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya ekstraksi dan fraksinasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan potensi aktivitas antijerawat dan tabir surya antara ekstrak dan fraksi daun asam jawa, adapun parameter antijerawat dilihat dari aktivitas penghambatan terhadap bakteri penyebab jerawat (Staphylococcus epidermidis ATCC 12228) menggunakan metode difusi agar pada konsentrasi 1%, 3%, 5%, sedangkan aktivitas tabir surya dilakukan dengan penentuan nilai SPF secara in vitro untuk melihat seberapa besar kemampuannya dalam melindungi kulit dari paparan sinar UV B. Ekstraksi daun asam jawa dilakukan dengan maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, sedangkan fraksinasi dilakukan menggunakan pelarut etil asetat. Hasil skrining fitokimia dan KLT menunjukkan bahwa keduanya mengandung senyawa polifenol, flavonoid, dan saponin dengan nilai SPF 22,65 pada ekstrak dan 18,37 pada fraksi daun asam jawa. Hasil pengujian aktivitas anibakteri juga menunjukkan bahwa ekstrak memiliki diameter daya hambat yang lebih besar dibandingkan fraksi. Hal ini kemungkinan karena ekstrak mengandung senyawa yang lebih kompleks dibanding fraksi.
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Aktivitas Antioksidan Pada Variasi The Kombucha Dengan Metode ABTS (2,2 Azinobis (3-Ethylbenzotiazolin) 6 Sulphonic Acid) Lusiana, Aprie; Ningrum, Yuyun Darma Ayu; Putri, Chintiana Nindya
Jurnal Ilmiah Penelitian Mahasiswa Vol 3, No 2 (2024): Juni 2024
Publisher : Jurnal Ilmiah Sultan Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Flavonoid dan fenol merupakan senyawa antioksidan yang terdapat pada teh kombucha yang telah dikombinasikan dengan teh hitam maupun teh hijau. Namun, adanya senyawa tersebut dipengaruhi oleh lama fermentasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama fermentasi terhadap aktivitas antioksidan pada variasi teh kombucha dengan metode ABTS (2,2- Azinobis (3-Ethylbenzatiazolin) 6 Sulphonic Acid). Penelitian ini dilakukan secara experimental laboratory. Teh fermentasi kombucha didapat dengan memfermentasikan teh hijau maupun teh hitam dengan kultur kombucha selama 14 hari. Penetapan kadar flavonoid dilakukan dengan metode kolorimetri menggunakan AlCl3 dan fenolik dengan reagen Follin ciocalteau menggunakan spektrofotometri. Uji aktivitas antioksidan dilakukan pada hasil fermentasi teh kombucha 8 dan 14 hari menggunakan metode ABTS secara spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 743 nm. Teh kombucha dibuat lima seri konsentrasi 10, 30, 50, 70, dan 90 ppm. Hasil pengujian dianalisis untuk diperoleh nilai IC50, kemudian dianalisis statistik dengan SPPS menggunakan uji One Way Anova yang dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antar sampel (p≤0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh lama fermentasi dengan aktivitas antioksidan terhadap kombucha teh hijau maupun kombucha teh hitam pada hari ke-8 dan ke-14. Nilai IC50 (µg/mL) pada masing-masing sampel baik teh hitam maupun teh hijau pada hari ke-8 dan ke-14 secara berturut-turut yaitu 28.597; 137.872; 30.975; 40.083. Based on the results of the study, it was concluded that from green tea and black tea kombucha, the longer the fermentation, the flavonoid and phenol content increased, but the antioxidant activity decreased. Kata Kunci: Teh kombucha, Antioksidan, Lama Fermentasi, ABTS, IC50