Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Multiplikasi Tunas Pisang Barangan Merah (Musa acuminata Colla) Dengan Beberapa Konsentrasi BAP Secara In vitro Multiplication of Banana cv. Barangan Merah (Musa acuminata Colla) Shoots with Several BAP Concentrations In Vitro Fadilla, Fadilla; Kesumawati, Elly; Basyah, Bakhtiar; Setyowati, Mita
Jurnal Agrotek Lestari Vol 10, No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/jal.v10i1.8366

Abstract

ABSTRACT Conventional banana propagation has not been able to meet the increasingly widespread need for banana seeds. Therefore, it is necessary to propagate by in vitro culture using growth regulators in the culture medium. The research was conducted at the Plant Tissue Culture Laboratory, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University. This research used a non-factorial Randomized Group Design (RAK). This research consists of 2 stages, namely induction and multiplication. The induction stage used banana weevil of cv. Barangan Merah as explants and induced in medium containing MS+ BAP 3 mgL-1. The second stage was multiplication of treated banana cv. Barangan Merah shoots. The treatment of multiplication stage was the BAP concentration which consisted of 5 levels, namely 0 (control), 8, 10, 12 and 14 mgL-1. Each treatment was repeated 8 times, so that there were 40 experimental units. The results showed that the survival percentage of Barangan Merah explants at the multiplication stage was 100% at 8 weeks after planting (WAP). The BAP concentration of 8 mgL-1 tended to be better for shoot emergence time (7.88 WAP), explant shoot height (2.73 cm), number of explant leaves (2.33 pieces), and plantlet formation time (37.33 HST). BAP concentration of 12 mgL-1 tended to be better for the number of shoots (3.71 shoots). BAP concentration of 14 mgL-1 tended to be better for leaf emergence time (28 HST). The medium without BAP (control) tended to be better for the number of explant roots (4.67 roots). Keywords: Banana shoots, benzyl amino purine, cytokinin, propagation, weevil explant ABSTRAK Perbanyakan pisang secara konvensional belum mampu memenuhi permintaan bibit pisang secara luas sehingga perlu dilakukan perbanyakan secara kultur in vitro dengan menggunakan zat pengatur tumbuh pada media kultur. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola non faktorial. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu induksi dan multiplikasi. Tahap induksi menggunakan eksplan bonggol pisang Barangan Merah dan diinduksi pada media MS+ BAP 3 mgL-1. Tahap kedua adalah multiplikasi tunas pisang Barangan Merah yang diberi perlakuan. Perlakuan pada tahap multiplikasi adalah konsentrasi BAP yang terdiri dari 5 taraf yaitu 0 (kontrol), 8, 10, 12 dan 14 mgL-1, dengan 8 kali ulangan, sehingga terdapat 40 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase hidup eksplan bonggol Barangan Merah pada tahap multiplikasi adalah 100 % pada umur 8 minggu setelah tanam (MST). Konsentrasi BAP 8 mgL-1 cenderung lebih baik terhadap waktu muncul tunas yaitu 7,88 hari setelah tanam (HST), tinggi tunas eksplan (2,73 cm), jumlah daun eksplan (2,33 helai), dan waktu terbentuk planlet (37,33 HST). Konsentrasi BAP 12 mgL-1 cenderung lebih baik terhadap jumlah tunas (3,71 tunas). Konsentrasi BAP 14 mgL-1 cenderung lebih baik terhadap waktu muncul daun (28 HST). Konsentrasi tanpa BAP (kontrol) cenderung lebih baik terhadap jumlah akar eksplan (4,67 akar). Keywords: Benzil amino purin, sitokinin, perbanyakan, tunas, eksplan bonggol
Sosialisasi Pembuatan Kompos dari Limbah Organik Rumah Tangga Puspita, Diah Eka; Khumaira, Khumaira; Fitri, Sri; Setyowati, Mita; Meliyanti, Meliyanti; Cibro, Tania; Malik, Abdul
Lok Seva: Journal of Contemporary Community Service Vol 3, No 2 (2024)
Publisher : Universitas Teuku Umar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35308/lokseva.v3i2.10910

Abstract

The purpose of this community service activity is to educate the community, especially housewives, on how to turn household waste into useful materials. With the knowledge provided, the participants are expected to be able to implement the knowledge in their daily actions. So that as members of the community, we can participate in environmental conservation efforts. In addition, the use of compost from organic or household waste can also be a new source of income for housewives by selling compost to friends or family in need. The use of compost also reduces the use of chemical fertilizers, which means that we have contributed to a healthier and more sustainable environment. The evaluation results of this activity showed a positive response from the participants. The questionnaire results showed that 76.67% were very interested in making compost at home. The participants plan to start creating their own composers soon (66.67%) and 93.3% want further activities.
Optimalisasi lahan melalui integrasi usaha tani kelapa dan budidaya lele untuk meningkatkan keberlanjutan dan diversifikasi pendapatan petani Ulhaq, Riza; Weihan, Rayhan Amadius; Nasution, Anisah; Andriani, Dewi; Setyowati, Mita; Putri, Nhyra Kamala; Itawarnemi, Hilmina; Jasmi; Lestari, Rachmatika
Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (JP2M) Vol. 6 No. 4 (2025)
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/jp2m.v6i4.23824

Abstract

Program pengabdian ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan stabilitas ekonomi petani melalui penerapan sistem pertanian terintegrasi antara budidaya kelapa dan ikan lele di Desa Bubuhan, Kabupaten Simeulue. Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil produksi kelapa dan belum optimalnya pemanfaatan sumber daya lokal. Metode yang digunakan adalah pendekatan Asset-Based Community Development (ABCD) dan Community Development, yang dilaksanakan dalam tiga tahap: (1) sosialisasi konsep budidaya terpadu; (2) pendampingan praktik lapangan mencakup integrasi budidaya kelapa dan lele serta pemanfaatan limbah kolam menjadi pupuk organik cair; dan (3) evaluasi partisipatif dan sumatif. Hasil evaluasi partisipatif menunjukkan bahwa pemahaman awal petani terhadap konsep integrasi dan pengolahan limbah masih rendah, namun 95% menyatakan optimisme tinggi terhadap potensi peningkatan pendapatan. Setelah pelaksanaan kegiatan, evaluasi sumatif menunjukkan peningkatan signifikan, sebanyak 87% petani memahami sistem integrasi, 100% mampu memfermentasi limbah lele menjadi POC, dan seluruh peserta termotivasi menerapkan sistem secara mandiri. Selain itu, 80% responden mengakui adanya peluang diversifikasi ekonomi. Program ini terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan semangat kemandirian petani. Implementasi sistem pertanian terintegrasi berbasis sumber daya lokal memiliki kontribusi strategis dalam mendukung ketahanan pangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan.