Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Struktur Dramatik Pertunjukan Wayang Parwa Lakon Erawan Rabi Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi Ardiyasa, I Putu; Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 2 No 2 (2022): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v2i2.1867

Abstract

Penelitian ini adalah sebuah kajian Lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, yang disajikan oleh dalang Rai Mesi. Permasalahan penelitian yang dibahas yaitu mengenai struktur dramatik lakon Irawan Rabi dalam Wayang Kulit Parwa, oleh dalang Rai Mesi. Untuk membedah masalah, peneliti memakai Metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Berkenaan dengan objek penelitian berupa rekaman kaset tape recorder, maka data-data diperoleh melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Lakon Irawanmemilikistruktur dramatik yang menarik, terdiridari (1) babak I: eksposisi, konflik; (2) babak II: komplikasi; eksposisi (3) babak III: komplikasi, klimaks; (4) babak IV: resolusi dan konklusi. Tensi dramatik ini tersusun dalam alur yang terbuka, maju, dan tunggal, karena lakon Irawan Rabi terdapat satu alur cerita tanpa ada selipan cerita lain.
Wayang Bali dan Aktivisme Sosial: Studi Kasus Retorika Dan Wayang Sampah Daur Ulang Dalam Teaser Sinematografi Pahayu Gumine Senopati, I Gusti Agung Bayu; Wicaksandita, I Dewa Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 2 (2023): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i2.2851

Abstract

Artikel ini menyajikan studi kasus tentang penggunaan wayang Bali dalam konteks aktivisme sosial melalui produksi sinematografi berjudul "Pahayu Gumine." Penelitian ini memeriksa bagaimana retorika dan simbolisme wayang Bali digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan sosial dan ekologis dalam film tersebut. "Pahayu Gumine" menggabungkan unsur-unsur wayang tradisional dengan konsep "wayang sampah daur ulang," di mana jenis wayang, latar belakang sinematik, dan segenap unsur estetik wayang Bali (tetikesan, ukuran wayang, bahan, ekspresi dalang), serta retorika (alternasi gaya bahasa, makna kalimat, intonasi, dan penekanan) mampu berkolaborasi dengan gerakan penari dan iringan musik kontemporer mampu membahasakan properti alami berupa gunungan sampah di tempat pembuangan akhir, serta membangun kesan ketidak pedulian dan keacuhan manusia akibat penggunaan plastik berlebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi ini berhasil menciptakan pengalaman audiovisual yang kuat dan menyampaikan pesan-pesan yang relevan tentang pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Wayang Bali memainkan peran penting dalam memperkuat narasi film ini, menggabungkan budaya tradisional dengan isu-isu kontemporer. Artikel ini juga membahas dampak kreatif dan budaya dari penggabungan wayang dengan sinematografi modern serta kontribusi seni pertunjukan dalam mendukung aktivisme sosial. Studi kasus ini menggambarkan bagaimana seni tradisional seperti wayang dapat menjadi alat yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan sosial dan ekologis dalam konteks budaya kontemporer.
Signifikansi Narasi-Vokal Dan Gerak Yoga Dalam Membangun Karakter Tokoh Pada Suasana Mistik Adegan Setra Pertunjukan Teater Pakeliran Puyung Bolong Telah Ilang Karya I Gusti Putu Sudarta Wicaksandita, I Dewa Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 3 No 2 (2023): Oktober
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v3i2.2853

Abstract

Dalam konteks pertunjukan Teater Pakeliran Puyung Bolong Telah Ilang karya I Gusti Putu Sudarta, penggunaan narasi vokal dan gerakan yoga berpengaruh signifikan dalam pembangunan karakter tokoh serta penciptaan latar mistik adegan Setra pada pertunjukannya. Dengan memanfaatkan teori peran teater dan praktik yoga, penelitian ini mendokumentasikan peran kunci teknik narasi vokal dan gerakan yoga dalam menghadirkan dimensi karakteristik yang dalam dan autentik bagi para pemain, serta dalam membentuk atmosfer mistik yang mempengaruhi persepsi penonton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif melalui observasi mendalam terhadap pementasan "Puyung Bolong Telah Ilang." Teori kawi dalang dan teori drama digunakan untuk menganalisis pengaruh teknik narasi vokal dan gerakan yoga terhadap pembentukan karakter tokoh, sementara pendekatan yoga digunakan untuk memahami bagaimana praktik yoga memperkaya interpretasi para pemain terhadap latar mistik adegan Setra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik vokal dan gerakan yoga secara efektif menghasilkan karakter tokoh yang lebih mendalam dan kompleks, memungkinkan pemain untuk menjelajahi dimensi psikologis karakter dengan lebih baik. Selain itu, penggunaan gerakan yoga juga membantu menciptakan atmosfer mistik yang memperkaya pengalaman penonton, mengaitkan mereka secara lebih mendalam dengan naratif dan pesan pertunjukan. Hal ini mengindikasikan bahwa integrasi narasi vokal dan gerakan yoga memiliki signifikansi yang substansial dalam mengembangkan pertunjukan Teater Pakeliran modern yang inovatif, serta memberikan kontribusi positif terhadap pemahaman dan apresiasi seni pertunjukan tradisional Bali dalam konteks kontemporer.
Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali: Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa, Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul Wicaksandita, I Dewa Ketut; Santika, Sang Nyoman Gede Adhi; Wicaksana, I Dewa Ketut; Putra, I Gusti Made Darma
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 4 No 1 (2024): April
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i1.3744

Abstract

Nilai-Nilai Estetika Hindu Wayang Kulit Bali:Studi Kasus Internalisasi Jana kertih Melalui Karakter Tokoh Pandawa,Sebagai Media Representasi Ideal Manusia Unggul
Wanita Dalam Seni Pedalangan Bali: Studi Kasus Partisipasi “Dalang Luh” Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Minat Seni Pedalangan Singarsa, Ida Bagus Arthya Weda; Kanaka, Ida Bagus Ari; Adisaputra, I Ketut Divayana; Widnyani, Ida Ayu Sri; Wicaksandita, I Dewa Ketut
JURNAL DAMAR PEDALANGAN Vol 4 No 2 (2024): Agustus
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/dmr.v4i2.4387

Abstract

Eksisnya kesenian pedalangan/pewayangan di Bali, tidak terlepas dari peran kaum wanita. Tidak hanya berpatisipasi aktif sebagai pemain wayang (dalang luh), kaum wanita berperan penting dalam konteks pendidikan dan peningkatan motivasi serta minat terhadap seni pedalangan. Tujuan penelitian ini: pertama, mengetahui wujud partisipasi kaum wanita dalam linimasa seni pedalangan; kedua, menganalisis dampak partisipasi kaum wanita terhadap peningkatan motivasi dalam pendidikan seni pedalangan. Metode kualitatif berpendekatan studi kasus ini menerapkan paradigma ‘feminis’ dan ‘interaksi sosial’ terhadap berbagai wujud partisipasi oleh praktisi dan akademisi wanita dalam bidang dan gelaran seni pedalangan. Metode ini didukung teori tindakan dan teori estetika. Hasil dari penelitian ini yaitu, pertama wujud partisipasi kaum wanita dalam linimasa seni pedalangan: a) Peran Historis Wanita dalam Pedalangan: b) Representasi Wanita dalam Seni Pedalangan: c) Kontribusi Wanita di Balik Layar: Kedua: Dampak partisipasi kaum wanita terhadap peningkatan motivasi dan minat seni pedalangan: a) Pengaruh Inspiratif dalang luh: b) Peningkatan Keterampilan dan Minat; c) Model dan Mentoring.
Transformative Thanatology and Mesatya Politics: Reconstructing Kumbakarna's Heroism in Contemporary Balinese Shadow Puppet Theatre Wicaksana, I Dewa Ketut; Wicaksandita, I Dewa Ketut; Prasetya, Hanggar Budi; Hinzler , Hedwig Ingrid Rigmodis
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol. 15 No. 3 (2025): Identity in Contemporary Bali
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JKB.2025.v15.i03.p07

Abstract

This study re-examines the paradigm of heroic death in traditional performing arts through the Kumbakarna Lina (The Death of Kumbakarna) episode of Balinese shadow theatre as a dialectical locus between local values and global discourses. Employing an interpretive-hermeneutic approach, it integrates Balinese Hindu cosmology with Heidegger’s concept of Being-towards-death, Festinger’s theory of cognitive dissonance, and Schechner’s notion of restored behavior. Data were collected through participatory observation, visual documentation, textual analysis of the Kakawin Rāmāyana, and interviews with puppet masters and cultural practitioners. The findings highlight three contributions: (1) the conceptualization of transformative thanatology, positioning death as moral-cosmic integration; (2) the articulation of mesatya as a political-spiritual resistance principle transcending genealogical loyalty; and (3) the transformation of sacred narratives from textual media to contemporary performance and digital platforms, raising ethical concerns of authenticity. These insights enrich cross-cultural studies of death, heroism, and performance while offering practical implications for preserving and adapting tradition in the global era.
Transformative Thanatology and Mesatya Politics: Reconstructing Kumbakarna's Heroism in Contemporary Balinese Shadow Puppet Theatre Wicaksana, I Dewa Ketut; Wicaksandita, I Dewa Ketut; Prasetya, Hanggar Budi; Hinzler , Hedwig Ingrid Rigmodis
Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies) Vol. 15 No. 3 (2025): Identity in Contemporary Bali
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/JKB.2025.v15.i03.p07

Abstract

This study re-examines the paradigm of heroic death in traditional performing arts through the Kumbakarna Lina (The Death of Kumbakarna) episode of Balinese shadow theatre as a dialectical locus between local values and global discourses. Employing an interpretive-hermeneutic approach, it integrates Balinese Hindu cosmology with Heidegger’s concept of Being-towards-death, Festinger’s theory of cognitive dissonance, and Schechner’s notion of restored behavior. Data were collected through participatory observation, visual documentation, textual analysis of the Kakawin Rāmāyana, and interviews with puppet masters and cultural practitioners. The findings highlight three contributions: (1) the conceptualization of transformative thanatology, positioning death as moral-cosmic integration; (2) the articulation of mesatya as a political-spiritual resistance principle transcending genealogical loyalty; and (3) the transformation of sacred narratives from textual media to contemporary performance and digital platforms, raising ethical concerns of authenticity. These insights enrich cross-cultural studies of death, heroism, and performance while offering practical implications for preserving and adapting tradition in the global era.