Penelitian ini mengeksplorasi bagaimana merchandise kaos Band Efek Rumah Kaca, khususnya artikel "Jingga", digunakan oleh anggota Komunitas Aksi Kamisan sebagai medium komunikasi simbolik yang merepresentasikan identitas, solidaritas, dan perlawanan terhadap ketidakadilan. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi Alfred Schutz, penelitian ini menggali makna subjektif, motif, serta pengalaman komunikatif para informan dalam menggunakan merchandise tersebut. Temuan menunjukkan bahwa kaos ini tidak hanya berfungsi sebagai atribut fashion, melainkan juga sebagai simbol perjuangan Hak Asasi Manusia (HAM), pengikat emosional terhadap narasi lagu, dan alat komunikasi non-verbal dalam ruang publik. Motif penggunaan terbagi dalam because motive (dorongan dari masa lalu dan pengalaman) dan in-order-to motive (tujuan masa depan), yang mencerminkan integrasi antara ekspresi personal dan semangat kolektif. Penelitian ini menyoroti peran budaya populer dalam membentuk makna sosial dan memperkuat kohesi komunitas, sekaligus membuka wacana baru tentang komunikasi simbolik dalam gerakan sosial kontemporer.