Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Analisis fisik serta sensori kue kering dengan campuran tepung mocaf, oats, dan bekatul Monika Rahardjo; Kristiawan Prasetyo Agung Nugroho; Greis Saibele

Publisher : Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Yudharta, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35891/tp.v12i2.2357

Abstract

This research aims to analyze the physical and sensory characteristics of cookies’ formulations using mocaf-oats-rice bran’s flour mixture. Five formulations used in this research consist of mocaf-oats-rice bran’s flour mixture namely F1 (100%-0%-0%), F2 (70%-15%-15%), F3 (50%-25%-25%), F4 (30%-35%-35%), and F5 (0%-50%-50%). The result showed that all cookies formulation included in the category of “high fiber” except for cookies Formulation 4. The highest value of hardness was cookies Formulation 1 and significantly different from the other formulations. Decreasing mocaf flour composition in the mixture and increasing additional oats and rice bran composition have a significant correlation on cookies’ hardness. Based on sensory evaluation using rating preference, it was found that the highest rating for color, texture, and overall parameters obtained by cookies Formulation 4, while the highest rating for taste parameter obtained by cookies Formulation 5. Cookies’ formulation that recommended to use as utilization of mocaf flour was Formulation 4 because it had the highest rating for overall parameter, as well as highest rating for color and texture.
PERUBAHAN PENGETAHUAN TENTANG JENIS MAKANAN DAN CARA PENGOLAHANNYA PADA PENGURUS LANSIA PEREMPUAN POSTMENOPAUSE DI PANTI WREDA SALIB PUTIH, KOTA SALATIGA Thomas Kornelis Tae; Theresia Pratiwi Elingsetyo Sanubari; Monika Rahardjo
Jurnal Kesehatan Kusuma Husada Vol. 10 No. 1, Januari 2019
Publisher : Universitas Kusuma Husada Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.236 KB) | DOI: 10.34035/jk.v10i1.325

Abstract

Kebiasaan makan dan pemilihan bahan makanan adalah faktor penting yang berpengaruh pada status kesehatan dan kemampuan fisik seseorang yang lanjut usia. Apabila usia meningkat jumlah dan frekuensi makan yang dikonsumsi akan menurun jika dibandingkan dengan golongan yang lebih muda. Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat perubahan pengetahuan tentang jenis makanan dan cara pengolahannya pada pengurus perempuan post-monopause. Metode Penelitian ini yaitu penelitian eksperimen dengan menggunakan pre dan post test, pengambilan data awal mengenai frekuensi makan dari subjek di lakukan dengan menggunakan Food Frequency Questionnaire (FFQ) dan memberikan edukasi terhadap pengurus lansia panti wreda dengan menggunakan pendekatan positive deviance. Edukasi diberikan kepada pengurus lansia karena dianggap lebih berwewenang dalam mengatur semua kebutuhan makan untuk lansia post-menopause. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengurus lansia mengalami perubahan pengetahuan dalam memilih makanan sehat untuk lansia post-menopause. Dilihat dari hasil edukasi yang dilakukan pada pengurus lansia post-menopause. Hasil skoring menunjukan bahwa jawaban pengurus meningkat setelah pemberian edukasi. Pengurus lebih paham tentang memilih dan mengetahui apa saja makanan dan minuman yang baik dan pengolahan untuk lansia post-menopause. Hal ini dibuktikan dengan antusias respon pengurus lansia saat menjawab pertanyaan post test yang di berikan dan aktif untuk bertanya. The habit of eating food and choosing the food ingredients arethe main factor of elderly healthy and physicall ability. The increasing ages of people will affect the amount of food frequency. Old age will has small food frequency than young age. The aim of this study is to examine the changing of knowledge of post- menopause’ elderly caretaker on the type food and the food processing. The research method is an experiment study using pre and post test, the initial data collection on the frequency of eating of the subject was done using the Food Frequency Questionnaire (FFQ), and gave education to elderly 25 Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari 2019 nursing home administrators using a positive deviance approach. Education is given to elderly’s women carataker because they are considered more authoritative in regulating all food needs for postmenopausal elderly. The result of this study showed that the caretakers of post-menopause women have the changing of knowledge in electing healthy food. The post-menopause caretaker improved their understanding about helathy food and drink through given education. The changing of knowledge was showing from the upgrade scoring result from pre-post test. The observation during education provision also showed that the post-menopause caretaker active to give questions and responds.
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur pada Mahasiswi Asrama Universitas Kristen Satya Wacana Adi Idolla Nenobanu; Maria D. Kurniasari; Monika Rahardjo - UKSW Salatiga
Indonesian Journal on Medical Science Vol 5 No 1 (2018): IJMS 2018
Publisher : Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Politeknik Kesehatan Bhakti Mulial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.418 KB)

Abstract

Abstract: Fruit and vegetable consumption In teenagers are still many who do not meet the tumpeng balanced nutrition recommendation that is still less than 3-5 servings per day. Low fruit and vegetable consumption in teens can cause a variety of degenerative diseases in adulthood and seniors. This research aims to identify factors that are associated with the availability of fruit and vegetables, preferences, pocket money, fast food, the influence of pears, mass media/advertising and nutritional knowledge with behavior fruit and vegetable consumption on coed dorm SWCU. The design of this research is quantitative descriptive using the correlation study with a total sample of research as many as 50 people. Data collection conducted include the characteristics of the students (the availability of fruit and vegetables, preferences, pocket money, fast food, the influence of peers, the mass media and knowledge of nutrition). Results of the study showed that 66% of the Sorority are consuming less fruit and vegetables. Factors associated with consumption of fruits and vegetables is fast food.Keywords: Student, fast food, eating behavior                                  Abstrak: Konsumsi buah dan sayur pada remaja masih banyak yang belum memenuhi anjuran Tumpeng Gizi Seimbang yaitu masih kurang dari 3-5 porsi per hari. Rendahnya konsumsi buah dan sayur pada remaja dapat menyebabkan berbagai penyakit degeneratif di masa dewasa dan lanjut usia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan ketersediaan buah dan sayur, kesukaan, uang saku, fast food, pengaruh teman sebaya, media massa/iklan dan pengetahuan gizi dengan perilaku konsumsi buah dan sayur pada mahasiswi asrama UKSW. Desain penelitian ini menggunakan kuantitatif deskriptif dengan correlation study dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 50 orang. Pengumpulan data yang dilakukan meliputi karakteristik mahasiswa (ketersediaan buah dan sayur, prefalensi/kesukaan, uang saku, fast food, pengaruh teman sebaya, media massa dan pengetahuan gizi). Hasil penelitian menunjukan bahwa sebesar 66% mahasiswi kurang mengonsumsi buah dan sayur. Faktor yang berhubungan dengan konsumsi buah dan sayur yaitu fast food. Kata Kunci: Mahasiswi, fast food, perilaku makan
Pengaruh penambahan madu terhadap karakteristik fisik dan organoleptik yoghurt kedelai (soyghurt) Monika Rahardjo; Monang Sihombing; Valentino Pandu Firdaus
Journal of Tropical AgriFood Volume 4, Nomor 2, Tahun 2022
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.4.2.2022.9165.96-104

Abstract

Beberapa orang menghindari susu hewani, yaitu seperti penderita intolerasi laktosa dan vegetarian. Berdasarkan masalah tersebut, yoghurt berbahan dasar susu nabati dari kedelai atau biasa disebut dengan soyghurt dapat menjadi solusi. Jenis karbohidrat yang digunakan sebagai sumber energi pertumbuhan bakteri adalah madu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh konsentrasi penambahan madu yaitu 0,0%, 2,5%, 5,0%, 7,5%, 10,0%, 12,5% terhadap karakteristik fisik (pH dan kekentalan) dan organoleptik soyghurt. Tahapan yang dilakukan adalah pembuatan susu kedelai kemudian pembuatan soyghurt. Data dianalisis menggunakan metode One-Way ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata pH pada konsentrasi madu 7,5% dan 10% dengan nilai penurunan sebesar 4,85. Perbedaan nyata viskositas terlihat pada konsentrasi madu 5% dengan nilai peningkatan sebesar 6,3 dpa.s. Perbedaan nyata karakteristik organoleptik terlihat pada parameter rasa, tekstur dan keseluruhan dengan tingkat kesukaan tertinggi terdapat pada konsentrasi madu 12,5%. Penambahan madu dengan konsentrasi yang berbeda (0,0-12,5%) memberikan pengaruh nyata pada pH, viskositas dan tingkat kesukaan panelis terhadap sifat organoleptik khususnya untuk parameter rasa, tekstur dan keseluruhan soyghurt.
Pengaruh Perbandingan Tepung Biji Teratai Putih (Nymphaea pubescens Willd) Dengan Subtitusi Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Sensori Dan Fisikokimia Kukis (Cookies) Rahardjo, Monika; Nugroh, Pulung; Hulu, Markus
Jurnal Sains dan Teknologi Pangan Vol 7, No 3 (2022): Jurnal Sains dan Teknologi Pangan
Publisher : JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN, UNIVERSITAS HALU OLEO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/jstp.v7i3.25638

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbandingan tepung biji teratai dan tepung terigu dilihat dari karakteristik sensori dan fisikokimianya. Penelitian ini menggunakan enam perlakuan meliputi F1 (100% tepung biji teratai), F2 (80% tepung biji teratai: 20% tepung terigu), F3 (60% tepung biji teratai: 40% tepung terigu), F4 (40% tepung biji teratai: 60% tepung terigu), F5 (20% tepung biji teratai: 80% tepung terigu), dan F6 (100% tepung terigu). Berdasarkan hasil perhitungan analysis of variance (ANOVA) pada α = 5%, terdapat perbedaan nyata pada nilai hardness untuk perlakuan 2 dan kontrol, tetapi nilai work tidak berbeda nyata dengan semua perlakuan. Berdasarkan uji organoleptik yang tertinggi, maka dilakukan uji proksimat pada beberapa perlakuan meliputi F3, F4, F5, dan F6 sebagai kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi dan kadar air terendah diperoleh pada F3, kadar lemak dan abu diperoleh pada F4, dan kadar karbohidrat tertinggi pada F5. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa dari semua parameternya (warna, aroma, rasa, tekstur, dan keseluruhan) perlakuan 4 memiliki nilai tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.Kata kunci: biji teratai, kukis, sensori dan fisikokimia.
Analisis senyawa bioaktif serta karakteristik sensori teh dari edible flower Monika Rahardjo; Monang Sihombing; Shara Refla
Journal of Tropical AgriFood Volume 5, Nomor 1, Tahun 2023
Publisher : Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35941/jtaf.5.1.2023.10853.48-54

Abstract

Edible flower adalah jenis bunga yang aman untuk dikonsumsi. Edible flower kaya akan senyawa bioaktif seperti asam fenolik, karotenoid, dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi dua jenis edible flower, yaitu Nasturtium (Tropaeolum majus) dan Torenia (Torenia fournieri) guna pengembangannya sebagai produk teh celup. Teh celup bunga Rosella yang sudah dikenal luas digunakan sebagai produk pembanding. Pengolahan teh celup terdiri dari beberapa tahapan yaitu persiapan dan pengeringan edible flower dan proses penyeduhannya. Seduhan teh edible flower kemudian dianalisis total flavonoid, aktivitas antioksidan, dan sifat sensorisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seduhan teh celup bunga Torenia  mempunyai total fenol dan aktivitas antioksidan paling tinggi, yaitu 58,04 mg QE/g ekstrak dan IC50 9,18 mg/L, disusul oleh seduhan teh celup bunga Nasturtium (45,12 mg WE/g ekstrak dan 11,62 mg/L) dan teh celup bunga Rosella (19,55 mg QE/g ekstrak dan 19,77 mg/L). Seduhan teh bunga Torenia mendapatkan respons sensoris hedonik yang setara dengan seduhan teh bunga Rosella untuk atribut warna, aroma dan rasa, yaitu disukai, tetapi lebih baik untuk atribut keseluruhan (disukai dibanding agak disukai). Sedangkan teh bunga Nasturtium mendapatkan respons sensoris hedonik lebih rendah dari keduanya. Diantara dua teh edible flower yang diuji, teh bunga Torenia lebih berpotensi untuk dikembangkan menjadi teh herbal karena mempunyai respons sensoris setara dengan teh bunga Rosella tetapi mempunyai aktivitas antioksidan yang lebih tinggi.
KARAKTERISTIK FISIK, SENSORI, SERTA AKTIVITAS ANTIOKSIDAN ROTI GANDUM DENGAN TAMBAHAN SERBUK TEH HIJAU Monika Rahardjo; Franzesca Dwi Wahyu; Erfina Trivena Nadia
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 8 No. 1: January 2020
Publisher : Department of Food Science and Biotechnology, Faculty of Agriculture Technology, Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jpa.2020.008.01.6

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik fisik, sensori, serta aktivitas antioksidan roti gandum dengan tambahan serbuk teh hijau. Digunakan lima formulasi dalam penelitian ini yang terdiri dari penambahan serbuk teh hijau dengan konsentrasi berbeda yaitu F1 (1%), F2 (2%), F3 (3%), F4 (4%), dan F5 (5%). Hasil uji tekstur menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada karakteristik fisik roti gandum dengan penambahan serbuk teh hijau untuk parameter tingkat kekerasan, kekenyalan, fraktur, daya rekat, dan kekakuan (α=5%). Untuk parameter warna, penambahan serbuk teh hijau dalam formulasi roti gandum menunjukkan penurunan nilai L dan a*, sedangkan nilai b* meningkat secara signifikan (α=5%). Evaluasi sensori tidak menunjukkan perbedaan signifikan pada parameter tekstur, warna, rasa, dan keseluruhan. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa penambahan serbuk teh hijau pada formulasi roti gandum berefek signifikan pada peningkatan aktivitas antioksidan. Kata kunci: Aktivitas antioksidan, Roti gandum, Sifat fisik, Sensori, Serbuk teh hijau
Formulasi Food Bar dari Kacang Lokal Pulau Timor Sebagai Pangan Darurat Dhanang Puspita; Monika Rahardjo; Stella Firsta Kirana
Science Technology and Management Journal Vol. 1 No. 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nasional Karangturi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53416/stmj.v1i2.18

Abstract

Berada pada kondisi wilayah pertemuan lempengan, membuat Pulau Timor memiliki potensi mengalami bencana alam yang dapat berdampak pada kehidupan masyarakat di sana, salah satunya mengenai kebutuhan makanan.Tetapi dengan adanya potensi bahan lokal di Pulau Timor dari hasil pertanian lahan kering (salah satunya yaitu kacangkacangan) dapat dijadikan sebagai produk pangan darurat. Dari kacang lokal dapat dibuat menjadi produk food bar yaitu makanan ready to eat yang praktis dan pembuatannya yang mudah. Produk food bar dari kacang lokal Pulau Timor dibuat menjadi tiga formulasi yang mana menghasilkan kalori sebanyak 106,27 kilo kalori (kkal) pada formulasi 1, 106,29 kkal (formulasi 2), dan 106,68 kkal (formulasi 3) per 30 gram produk. Kemudian produk akan di analisis pemetaan kesukaan dengan uji statistik metode uji Kruskall-Wallis dan uji Mann Whitney U. Secara keseluruhan, nilai rerata formulasi 3 lebih tinggi (3,71 ± 0,750) dibanding formulasi 1 (3,37 ± 0,690) dan formulasi 2 (3,29 ± 0,893) sehingga dapat dikatakan food bar formulasi 3 lebih disukai oleh panelis.
OPTIMASI PEMBUATAN MINUMAN EFFERVESCENT MADU DILIHAT DARI KELARUTAN DAN KANDUNGAN ANTIOKSIDANNYA Dhanang Puspita; Monika Rahardjo; Novita Iswardaningrum
Science Technology and Management Journal Vol. 1 No. 2 (2021): Agustus 2021
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Nasional Karangturi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53416/stmj.v1i2.19

Abstract

Madu merupakan salah satu bahan pangan yang banyak ditemui di Indonesia. Madu merupakan bahan pangan yang mengandung beberapa senyawa dan memiliki sifat antioksidan. Adanya kandungan antioksidan, madu dapatdimanfaatkan untuk menjadi produk seperti minuman effervescent. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiaktivitas antioksidan pada minuman effervescent dengan penambahan madu dan mengetahui kelarutan minumaneffervescent madu tersebut. Metode yang digunakan adalah pembuatan effervescent madu, uji kelarutan minumaneffervescent madu, uji organoleptik, dan uji aktivitas antioksidan. Formulasi pada pembuatan effervescent madudibedakan dari jumlah madu yang digunakan yaitu formulasi 1 sebanyak 1,165 gram, sedangkan formulasi 2 sebanyak1,65 gram. Analisa uji organoleptik dilakukan dengan penggunaan parameter rasa, warna, aroma, dan keseluruhansampel. Pada pengukuran kelarutan hanya menggunakan waktu lama larutnya. Pengujian aktivitas antioksidanmenggunakan laruran DPPH sebagai indikator penghambat radikal bebas. Hasil dari uji organoleptik rata-rata panelismenyukai sampel dengan formulasi 2 maltodekstrin. Pada hasil uji aktivitas antioksidan %IC semakin besar dengantingkat konsentrasi madu semakin tinggi pula. Hasil dari uji aktivitas antioksidan tablet effervescent didapatkanformuasi terbaik yaitu pada formulasi 2 maltodekstrin dan formulasi 2 CMC yang memiliki nilai %IC lebih besardibandingkan dengan formulasi 1. Dapat disimpulkan bahwa tinggak kelarutan sampel effervescent madu masih dalamkategori cukup bagus sebab masih dibawah 5 menit.
Effect of Maltodextrin Concentration on Anthocyanin Content and Antioxidant Activity of Rukem Fruits Extract Powder Lydia Ninan Lestario; Melanie Melanie; Monika Rahardjo
Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. 34 No. 2 (2023): Jurnal Teknologi dan Industri Pangan
Publisher : Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia bekerjasama dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, IPB University Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.6066/jtip.2023.34.2.142

Abstract

Rukem (Flacourtia rukam Zoll. & Mor.) is an Indonesian tropical fruit with purple peel indicating anthocyanin content; therefore, the fruit can be a potential source of natural colorant. However, anthocyanins are commonly unstable and reactive towards temperature, light, and oxygen. For this reason, encapsulation process is an attempt to improve its stability. The aim of this research was to determine the most efficient concentration of maltodextrin to coat the anthocyanins in rukem fruit, considering the total anthocyanin and antioxidant activity. The fruit was extracted with several concentrations of citric acid 0.5, 1, 2, 3, 4, 5 % (b/v), and the optimal concentration was used to extract anthocyanin. The extract was then mixed with maltodextrin at following concentrations: 40, 50, 60, 70, and 80% (w/v). The mixture was homogenized, then spray-dried with spray dryer Lab Plant SD-05, Keison, UK. The dried samples were analyzed for chemical (moisture, ash, pH, anthocyanin, antioxidant activity) and color (L*, a*, b*) properties. The results showed that 5% citric acid and 40% maltodextrin (w/v) gave the most efficient yield of extraction, and the best effects on anthocyanins powder, resulting in the highest antioxidant activity (74.28± 0.41%), total anthocyanins (3.96±0.08 mg/100 g), encapsulation efficiency (19.26±0.41%) and color values of L* 87.46±0.07; a* 16.21±0.09, and b* -1.60±0.02.