Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

MINIMASI SAMPAH PLASTIK DENGAN METODE “ECOBRICK” DI DESA KEMANG, LEMBAK, MUARA ENIM: MINIMIZING PLASTIC WASTE WITH THE “ECOBRICK” MODEL IN KEMANG VILLAGE, LEMBAK, MUARA ENIM Purba, Imelda Gernauli; Putri, Dini Arista; Munawarah, Siti Halimatul; Chendra, Rudy
GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 5 No. 3 (2025): GEMAKES: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Jakarta I

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36082/gemakes.v5i3.2034

Abstract

Masyarakat Desa Kemang menghadapi permasalahan sanitasi utama, yaitu pengelolaan sampah yang kurang optimal terutama sampah plastik. Ketidaksediaan wadah sampah di dalam dan luar rumah serta ketiadaan tempat penampungan sementara menyebabkan sampah berserakan di lingkungan sekitar. Sampah plastik yang berserakan  mengakibatkan pencemaran yang  dapat berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat sekitar. Bertolak dari permasalahan ini, perlu dilakukan pengabdian yang bertujuan mengatasi masalah sampah plastik di Desa Kemang Kecamatan lembak melalui model  Ecobrick. Metode kegiatan pengabdian ini adalah penyuluhan/peragaan yang terdiri dari penyuluhan tentang pencemaran sampah plastik dan hubungannya dengan kesehatan serta penyuluhan tentang daur ulang sampah menggunakan metode Ecobrick. Khayalak sasaran pada pengabdian ini adalah masyarakat Desa Kemang yang berjumlah 30 orang. Hasil kegiatan pengabdian ini adalah bahwa penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengolahan sampah, serta pembuatan model Ecobrick. Perlu adanya perhatian dan dukungan dari pemerintah setempat untuk    memotivasi masyarakat menggunakan model Ecobrick di Desa Kemang. Selain itu, masyarakat dihimbau untuk senantiasa melakukan pengelolaan sampah melalui minimasi yaitu reduce, reuse, dan recycle.
Gangguan Kesehatan Akibat Paparan Karbon Monoksida pada Penjual Sate di Pinggir Jalan Putri, Dini Arista; Rosyada, Amrina; Lionita, Widya; Hepiman, Fison
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 13 No 02 (2024): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v13i02.2595

Abstract

Salah satu parameter pencemaran udara adalah karbon monoksida. Karbon monokisda dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna, salah satunya adalah pembakaran makanan dengan bahan bakar arang yang digunakan oleh penjual sate. Paparan secara terus menerus dapat mengakibatkan munculnya beberapa gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gangguan kesehatan terutama pada tekanan darah, keluhan pernapasan dan mata yang dirasakan oleh pada penjual sate akibat paparan karbon monoksida. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Cross sectional dengan teknik pengambilan sampel purposive samping. Sebanyak 58 orang ditetapkan menjadi responden penelitian dengan kriteria antara lain orang yang memanggang sate dan berjualan di pinggir jalan dengan menggunakan arang sebagai bahan bakar. Paparan karbon monoksida diukur dengan alat Carbon Monoxide Meter; tekanan darah diukur dengan tensimeter; sedangkan keluhan pernapasan dan mata digali melalui kuesioner. Hubungan antarvariabel dianalisis melalui uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan mayoritas penjual sate terpapar karbon monoksida yang melebihi nilai ambang batas (NAB > 29 mg/m3) sebanyak 62.07 persen dan memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan pernapasan (p value 0.003). Penjual sate yang terpapar karbon monoksida melebihi NAB berisiko 3.208 kali untuk mengalami keluhan pernapasan (batuk, pilek, sesak napas, nyeri dada atau dahak berlebih) selama bekerja. Penjual sate sebaiknya menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan melakukan pergantian pekerja saat proses pengipasan sate untuk menghindari paparan karbon monoksida secara terus menerus.
Gangguan Kesehatan Akibat Paparan Karbon Monoksida pada Penjual Sate di Pinggir Jalan Putri, Dini Arista; Rosyada, Amrina; Lionita, Widya; Hepiman, Fison
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol. 13 No. 02 (2024): Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat
Publisher : UIMA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33221/jikm.v13i02.2595

Abstract

Salah satu parameter pencemaran udara adalah karbon monoksida. Karbon monokisda dihasilkan dari proses pembakaran yang tidak sempurna, salah satunya adalah pembakaran makanan dengan bahan bakar arang yang digunakan oleh penjual sate. Paparan secara terus menerus dapat mengakibatkan munculnya beberapa gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis gangguan kesehatan terutama pada tekanan darah, keluhan pernapasan dan mata yang dirasakan oleh pada penjual sate akibat paparan karbon monoksida. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Cross sectional dengan teknik pengambilan sampel purposive samping. Sebanyak 58 orang ditetapkan menjadi responden penelitian dengan kriteria antara lain orang yang memanggang sate dan berjualan di pinggir jalan dengan menggunakan arang sebagai bahan bakar. Paparan karbon monoksida diukur dengan alat Carbon Monoxide Meter; tekanan darah diukur dengan tensimeter; sedangkan keluhan pernapasan dan mata digali melalui kuesioner. Hubungan antarvariabel dianalisis melalui uji Chi Square. Hasil penelitian didapatkan mayoritas penjual sate terpapar karbon monoksida yang melebihi nilai ambang batas (NAB > 29 mg/m3) sebanyak 62.07 persen dan memiliki hubungan yang signifikan dengan keluhan pernapasan (p value 0.003). Penjual sate yang terpapar karbon monoksida melebihi NAB berisiko 3.208 kali untuk mengalami keluhan pernapasan (batuk, pilek, sesak napas, nyeri dada atau dahak berlebih) selama bekerja. Penjual sate sebaiknya menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan melakukan pergantian pekerja saat proses pengipasan sate untuk menghindari paparan karbon monoksida secara terus menerus.
Association Between Community-Based Total Sanitation (CLTS) Pillars and Diarrhea Incidence in Wetland Communities of South Indralaya Trisnaini, Inoy; Pratiningsih, Widya Ayu; Putri, Dini Arista; Juniarni, Annisa; Febriana, Dwita; Safana, Hanifaus; Firdaus, Amirarosa
Gema Lingkungan Kesehatan Vol. 23 No. 4 (2025): Gema Lingkungan Kesehatan (on progress)
Publisher : Poltekkes Kemenkes Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36568/gelinkes.v23i4.363

Abstract

Diarrhea remains a major global health problem and a leading cause of mortality among children under five, often exacerbated by inadequate sanitation and limited access to clean water. Community-Led Total Sanitation (CLTS) represents a national strategy for preventing environment-based diseases, including diarrhea. However, researchers have not comprehensively studied the effectiveness of each CLTS pillar within specific geographical contexts, such as wetland areas. This study aims to identify the relationship between sanitation factors of Community-Led Total Sanitation (CLTS) pillars and diarrhea incidence in the South Indralaya wetland community. This quantitative research employed a cross-sectional design and selected 100 respondents using a purposive sampling technique. Data were collected through questionnaires and analyzed using chi-square test for bivariate analysis and logistic regression for multivariate analysis. Our results indicated a diarrhea prevalence of 45% among total respondents. Multivariate analysis revealed that two CLTS pillars significantly associated with diarrhea incidence. Pillar 1, concerning latrine availability, showed that households without latrines had a 3.4 times higher risk of experiencing diarrhea (OR = 3.400; 95% CI: 1.037–11.155). Pillar 4, regarding unsafe waste management, also served as a strong predictor, increasing diarrhea likelihood up to 3.296 times (P-value = 0.008; Exp(B) = 3.296; 95% CI: 1.359–7.996). We found that latrine type (P = 0.053) acted as a confounder, which influenced the risk estimation of the main variables in the model. This study concludes that CLTS pillars 1 and 4, related to feces and solid waste management, are key determinants of diarrhea incidence in South Indralaya. Interventions focusing on improving access to and quality of latrines, as well as safe waste management practices, are crucial for reducing diarrhea incidence in the region.