Articles
Pemodelan Hidrodinamika 3-Dimensi Pola Persebaran Sedimentasi Pra dan Pasca Reklamasi Teluk Jakarta
Evasari Aprilia;
Danar Guruh Pratomo
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1104.16 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24162
Teluk Jakarta merupakan perairan laut Jawa yang terletak di sebelah utara provinsi DKI Jakarta, Indonesia. Dilokasi tersebut, tingginya laju sedimentasi telah teridentifikasi sejak awal tahun 1970-an sebagai akibat dari perubahan yang terjadi di daerah hulu dan sepanjang aliran sungai-sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta. Sesuai dengan Peraturan Daerah No.1 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta 2030, luas lahan reklamasi yang direncanakan meliputi 17 pulau dengan luas kurang lebih 5.100 ha.Dalam penelitian simulasi dilakukan menggunakan dua skenario, yaitu pra diadakannya reklamasi (bulan Januari dan September 2011) dan pasca diadakan reklamasi (bulan Februari dan Mei 2016). Kecepatan arus rata-rata saat pra reklamasi mencapai angka 0,94 m/s sedangkan pasca mencapai nilai rata-rata 0,88 m/s. Pasca diadakan reklamasi juga terjadi peningkatan ketebalan sedimen dasar perairan hingga mencapai 2,49 m dibandingkan kondisi saat sebelum reklamasi yang hanya mencapai ketebalan maksimum sebesar 0,84 m. Konsentrasi sedimen tertinggi terjadi pada lokasi yang berada didekat dengan Muara Cengkareng yang salah satunya disebabkan oleh debit harian sungai yang cukup tinggi di lokasi tersebut.
Pengolahan Data Kolom Air dari Multibeam Echosounder untuk Mendeteksi Gelembung Emisi Gas Dasar Laut
Anwar Ghazali;
Danar Guruh Pratomo
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1177.031 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24285
Selama ini survei hidrografi menggunakan multibeam echosounder selalu terfokus pada pengambilan data kedalaman dasar laut atau data batimetri. Selain data batimetri, multibeam echosounder dapat mengakuisisi jenis data lain yang selanjutnya dapat dianalisis dan diteliti lebih dalam lagi, salah satu contohnya adalah data kolom air. Data kolom air mampu memvisualisasikan obyek yang ada pada kolom air yang sebelumnya tidak dapat terlihat jika hanya menggunakan data batimetri saja. Dengan menggunakan data kolom air, kita dapat melakukan pemetaan kolom air untuk mengamati obyek yang terletak diantara permukaan perairan dan dasar perairan.Pada penelitian ini, data batimetri dan data kolom air yang berasal dari multibeam echsounder akan digabungkan untuk mencari dan menganalisis gelembung emisi gas dasar laut. Pendeteksian gelembung emisi gas dasar laut ini dilakukan dengan menentukan ambang batas (treshold) intensitas pantulan gelombang akustik yang dipancarkan multibeam echosounder. Setiap obyek yang terdapat di kolom air memiliki nilai intensitas pantulan gelombang yang berbeda, dengan menentukan ambang batas intensitas gelombang kita dapat membedakan obyek yang terdapat di kolom air. Setelah gelembung emisi gas dasar laut atau obyek lain ditemukan, data kolom air tersebut divisualisasikan dalam bentuk gambar sehingga lebih mudah diamati.Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa data kolom air yang diambil menggunakan multibeam echosounder dapat digunakan untuk mengidentifikasi obyek yang terdapat pada kolom air. Pada penelitian ini ditemukan 82 titik sumber gelembung emisi gas dasar laut yang tersebar di wilayah perairan Kepulauan Mentawai, Indonesia.
Analisis Nilai Hambur Balik Sedimen Permukaan Dasar Perairan Menggunakan Data Multibeam Echosounder EM302
Kamila Akbar;
Danar Guruh Pratomo;
Khomsin Khomsin
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (699.638 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24415
Multibeam echosounder merupakan instrumen akustik untuk pemetaan dasar perairan yang menghasilkan data kedalaman dan data nilai hambur balik (backscatter). Analisis terhadap nilai hambur balik memungkinkan dalam menentukan jenis, struktur dan sebaran sedimen dasar perairan. Intensitas hambur balik yang kuat menunjukkan jenis sedimen yang keras (gravel, boulder) dan intensitas hambur balik yang lemah menunjukkan permukaan yang halus (mud, silt). Metode yang digunakan dalam analisis nilai hambur balik yaitu metode Angular Response Curve, dimana hubungan antara nilai intensitas hambur balik dan respon sudut pancaran menghasilkan mosaik backscatter yang berbanding terbalik dengan resolusi spasial yang diberikan.Penelitian ini menggunakan data hasil survei Indonesia Exploration 2010, dengan instrumen MBES Kongsberg EM302 di perairan Sangihe Talaud, Sulawesi Utara. Pemrosesan raw data dilakukan dengan perangkat lunak SwathEd yang menghasilkan peta batimetri dan mosaik hambur balik. Dari mosaik hambur balik, didapatkan rentang nilai hambur balik -9 dB sampai dengan -67 dB. Dilakukan re-klasifikasi, didapat 5 kelas jenis sedimen, yaitu tanah liat (clay), lumpur (mud), pasir (silt), kerikil (gravel), dan batu besar (boulder).
Optimalisasi Lokasi Marine Current Turbine (MCT) dengan Model Hidrodinamika 3 Dimensi (Studi Kasus: Pantai Selatan Jawa)
Lilik Widiastuti;
Danar Guruh Pratomo
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (776.935 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24514
Marine Current Turbine (MCT) merupakan sumber energi kinetik yang dipengaruhi oleh pergerakan arus pasang surut laut. MCT dilengkapi dengan rotor ganda yang dapat bergerak pada lokasi yang memiliki kecepatan arus tinggi untuk menggerakkan generator sehingga MCT dapat mengekstrak energi listrik dari aliran air. MCT sangat cocok pada kedalaman laut antara 30 sampai dengan 40 meter serta pada penelitian ini mengacu pada ukuran diameter rotor 16, 18 dan 20 meter.Metodologi penelitian ini menggunakan model hidrodinamika 3 dimensi untuk menentukan lokasi yang optimal untuk penempatan MCT di Pantai Selatan Jawa. Model hidrodinamika pada penelitian ini menggunakan mesh berbentuk TIN dari data garis pantai dan batimetri, data pasut dan digunakan data curah hujan untuk menentukan pemilihan bulan pembuatan model. Untuk melakukan validasi model menggunakan data arus dari satelit altimetri.Berdasarkan pengolahan model hidrodinamika 3D dan analisis data didapatkan 124 lokasi yang sesuai dengan kecepatan arus rata-rata minimal 1,5 m/s untuk pembangunan MCT. Estimasi energi yang dihasilkan pada bulan Maret sebesar 166,900 MWh sedangkan pada bulan Oktober sebesar 159,416 MWh.
Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa
Muhammad Ghilman Minarrohman;
Danar Guruh Pratomo
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (860.687 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24607
Kawasan pantai selatan Jawa, merupakan daerah Abstrak—Pantai selatan Jawa merupakan daerah pesisir yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Batas inilah yang secara langsung mempengaruhi karakteristik oseanografi di daerah pantai Selatan Jawa. Fenomena sedimentasi dari tahun ke tahun juga semakin besar, hal ini dibuktikan dengan berubahnya garis pantai di selatan Jawa, banyak pantai yang mengalami abrasi dan banyak juga yang mengalami akresi.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari proses abrasi dan sedimentasi di daerah pantai selatan Jawa berdasarkan pola sebaran arus yang terdapat di daerah penelitian. Model hidrodinamika digunakan untuk melakukan simulasi pola sebaran arus dan sebaran sedimen. Simulasi ini dilakukan pada dua bulan yaitu bulan Maret (mewakili curah hujan tertinggi) dan bulan Oktober (mewakili curah hujan terendah).Dari hasil simulasi di area penelitian, pola arus yang terjadi di wilayah tersebut memiliki nilai kurang dari 6,921 m/s pada bulan Maret dan 7,60 m/s pada bulan Oktober. Besar konsentrasi sedimen tertinggi yang terjadi di sepanjang lokasi penelitian yaitu pada bulan Maret sebesar 8972,23 g/m3 dan pada bulan Oktober sebesar 4247,26 g/m3.
Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik
Ahmad Fawaiz Safi';
Danar Guruh Pratomo;
Mokhamad Nur Cahyadi
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (964.97 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24757
Salah satu komponen penting dalam survei batimetri adalah pasang surut air laut (pasut) yang digunakan untuk koreksi kedalaman hasil pemeruman. Kedudukan pasut diidentifikasikan melalui pengamatan pasut menggunakan palem pasut di pinggir pantai atau dermaga/pelabuhan. Perkembangan teknologi memungkinkan penggunaan GPS (Global Positioning System) pada survei hidrografi. Selain posisi horizontal, GPS dapat digunakan untuk menentukan posisi vertikal. Pasut yang didapatkan dengan GPS merupakan tinggi muka air terhadap ellipsoid. Sehingga perlu adanya koreksi agar pasut GPS dapat digunakan untuk koreksi kedalaman.Dalam penelitian pengamatan pasut menggunakan GPS metode kinematik, pengamatan pasut GPS dilakukan selama survei batimetri berlangsung. Post Processed Kinematic (PPK) digunakan untuk mendapatkan nilai tinggi muka air laut yang diamati menggunakan GPS. Tinggi muka air laut yang didapatkan kemudian direduksi menggunakan nilai undulasi (N). Model geoid yang dipakai adalah Earth Gravitational Model EGM2008. Selain data pasut GPS dan model geoid, data lain yang digunakan adalah pengamatan pasut sesaat yang diamati selama survei batimetri. Data pengamatan pasut digunakan untuk perbandingan grafik pasang surut yang dihasilkan oleh pasut GPS.Hasil penelitian berupa grafik pasang surut GPS yang telah terkoreksi dengan geoid dan grafik pasang surut pengamatan. Dari kedua grafik tersebut kemudian dibandingkan nilai tinggi yang dihasilkan. Pada dasarnya tinggi yang didapatkan menggunakan GPS merupakan tinggi muka air laut yang mengacu pada bidang ellipsoid. Sehingga, nilai tingginya akan sangat berbeda dengan nilai tinggi pengamatan tinggi muka air laut secara manual. Tetapi grafik yang dihasilkan akan memiliki pola yang sama. Kuantitas data yang dihasilkan juga sangat berbeda, data pasut GPS akan memiliki jumlah data yang lebih banyak dari pasut pengamatan.
Pengembangan Co-Tidal Charts Untuk Analisis Karakteristik Pasang Surut Perairan Laut Jawa
Andyra Yahya Nugraha Putra;
Danar Guruh Pratomo
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (834.859 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.25241
Penelitian ini merupakan pengembangan Co-Tidal Charts di Laut Jawa untuk mendapatkan gambaran perambatan pasang surut di area tersebut. Data prediksi pasang surut dihitung dengan analisa harmonik dari dua puluh stasiun pengamatan pasut yang tersebar di perairan Laut Jawa dan digunakan untuk membuat Co-Tidal Charts tersebut. Konstanta harmonik pasut diolah menggunakan metode least square. Pada penelitian ini menggunakan lima konstanta harmonik yang digunakan untuk membentuk Co-Tidal Charts yaitu M2, N2, S2, K1 dan O1. Co-Tidal Charts yang diperoleh menunjukkan gambaran secara umum karakteristik pasang surut di perairan Laut Jawa termasuk area persebaran tipe pasut dan arah rambatan pasut. Berdasarkan penelitian ini arah rambatan gelombang pasut Laut Jawa berasal dari Samudera Hindia dan Laut China Selatan melalui Selat Karimata yang bertemu di tengah Laut Jawa. Perairan Laut Jawa pada bagian Barat dan Tengah didominasi oleh komponen pasut harian (diurnal) dan bagian Timur didominasi komponen pasut setengah harian (semidiurnal).. Kondisi tersebut yang mempengaruhi variasi tipe pasut di perairan Laut Jawa.
Analisa Kesesuaian RZWP-3-K dengan Eksisting Penggunaan Ruang Laut Berdasarkan UU. No. 1 Tahun 2014 dan PERMEN-KP No. 23 Tahun 2016
Resti Yully Astuti;
Yanto Budisusanto;
Danar Guruh Pratomo;
Muhandis Sidqi
Jurnal Teknik ITS Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (552.065 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v7i1.28559
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan lautan seluas 2,9 juta km2. Indonesia memiliki wewenang mengelola ruang lautnya. Namun, kerangka kebijakan dan kelembagaan yang mengatur pemanfaatan ruang laut tersebut masih rumit. Sehingga perlu adanya pertimbangan baik dari aspek legal maupun teknis dalam penerapannya. Rencana Zonasi adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan, tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang diperbolehkan secara terbatas setelah memperoleh izin lokasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kesesuaian RZWP-3-K dengan data eksisting penggunaan raung laut berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2014 dan PERMEN-KP No. 23 Tahun 2016 di Pulau Maratua yang sebagai salah satu pulau kecil terluar yang dengan cara menginventarisasi penggunaan ruang laut lalu melakukan analisis terkait kesesuaian antara rencana zonasi dengan kondisi eksistingnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kajian literatur terkait aspek legal dan teknis menggunakan perangkat lunak SIG. Dari hasil analisis diketahui bahwa Pulau Maratua terdiri dari 7 zona pemanfaatan ruang dengan 9 sub zona, serta 3 area KJA yang tumpang tindih yaitu antara lain penempatan KJA pada sub zona ekowisata, dan 2 area penempatan KJA pada sub zona perlindungan ekosistem. Luas KJA yang tidak sesuai dengan dengan rencana zonasinya adalah sebesar 27% dari total luas 705,375 Ha KJA yang telah ada.
Analisa Perbandingan Kedalaman dan Penetrasi Sinar Hijau Airborne Hydrography AB (AHAB) untuk Pengukuran Perairan Dangkal (Studi Kasus: Kabupaten Kebumen)
Bramiasto Fakhruddin Eko Putranto;
Danar Guruh Pratomo;
Khomsin Khomsin
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (164.146 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.44493
Berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1996 Perairan Indonesia meliputi laut teritorial Indonesia, perairan kepulauan, dan perairan pedalaman. Pemetaan menggunakan menggunakan gelombang akustik kurang meng-cover untuk perairan dangkal. Perairan Dangkal dapat diukur menggunakan gelombang elektromagnetik yaitu menggunakan Airborne LiDAR Bathymetry. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan pengukuran kedalaman perairan dangkal menggunakan metode mekanik dengan Airborne LiDAR Bathymetry. Selain kedalaman juga dilakukan validasi pengukuran kekeruhan air yang mempengaruhi penetrasi sinar hijau airborne hydrography dan melakukan uji akurasi vertikal airborne hydrography. Hasil menunjukkan bahwa perbandingan kedalaman memiliki selisih rata-rata 0,177 meter dengan nilai selisih minimal 0,037 meter dan nilai selisih maksimal 0,763 meter. Hasil pengukuran kedalaman menunjukkan bahwa terdapat selisih nilai Z permukaan dasar perairan antara validasi dan airborne hydrography yaitu selisih minimal 2 cm dan selisih maksimal 22 cm. Dari pengukuran kekeruhan menggunakan Secchi Disk penetrasi sinar hijau airborne hydrography hanya dapat menjangkau kedalaman 0,225 meter sampai dengan 0,960 meter. Uji akurasi vertikal airborne hydrography 11 lokasi memiliki nilai 0,239 meter.
Analisis Arus dan Transpor Sedimen Menggunakan Pemodelan Hidrodinamika 3 Dimensi (Studi Kasus: Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku)
Fikri Hadyan Putra;
Danar Guruh Pratomo
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (118.386 KB)
|
DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.44519
Teluk Ambon yang berlokasi di Kecamatan Teluk Ambon, Provinsi Maluku, merpakan teluk yang mempunyai karateristik daerah yang menyempit dan terbagi menjadi tiga area yaitu Teluk Ambon Luar, Bagian tengah yang menyempit merupakan lokasi Jembatan Merah Putih, dan Teluk Ambon Dalam. Pada setiap areanya mempunyai kedalaman dan luas area yang berbeda sehingga terdapat perbedaan pola arus pada Teluk Ambon. Selain itu terdapat beberapa sungai yang bermuara pada Teluk Ambon sehingga memungkinkan terjadinya sedimentasi pada Teluk Ambon. Dalam hal ini menggunakan perangkat lunak pemodelan hidrodinamika 3D. Parameter pada pemodelan ini yaitu data batimeri, arah dan kecepatan angin, dimensi pilar jembatan, river discharge, pasang surut air laut, dan sampel sedimen. Dari penelitian ini didapatkan hasil nilai kecepatan arus paling tinggi saat pasang tertinggi dan surut terendah yaitu 0.0089 m/s dan 0.05 m/s. Berdasarkan data kumulatif perpindahan sedimen dari hasil model, area sekitar pilar terjadi penumpukan dan erosi sedimen yang berbeda di tiap pilarnya.