Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

Analisis Ketelitian Penetuan Posisi Horisontal Menggunakan Antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661 I Gede Brawisma Putra; Mokhamad Nur Cahyadi
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.327 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17159

Abstract

Saat ini banyak vendor GPS yang telah mengembangkan teknologi antena GPS dengan komponen dan tingkat kecanggihan yang berbeda, salah satunya adalah Ashtech. Ketelitian posisi pengamatan GPS akan tergantung pada jumlah satelit yang dapat diamati. Karena ketelitian merupakan hal yang penting dalam penentuan posisi, maka perlu dilakukan penelitian terhadap hal tersebut yang memungkinkan user/pengguna mendapatkan ketelitian dari titik pengamatan sesuai dengan tujuannya. Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data pengukuran titik dengan metode kinematik di bentang tengah jembatan Suramadu dan dengan metode statik di Institut Teknologi Sepuluh Nopember menggunakan antena GPS Geodetik Ashtech ASH111661. Data tersebut diolah menggunakan perangkat lunak ilmiah GAMIT 10.6. Kemudian dianalisis hasil dari pergerakan posisi titik yang diamati. Ketelitian posisi ditentukan dengan mempertimbangkan standar deviasi dan deformasi titik. Dari hasil analisa, pengukuran menggunakan antena GPS Ashtech ASH111661 menghasilkan standar deviasi 0.00343 m untuk pengukuran statik pada ruang terbuka, untuk standar deviasi pengukuran statik pada ruang tertutup sebesar  0.00199 m, dan didapatkan selisih pengukuran deformasi jembatan Suramadu sebesar 0.0199 m. Dari hasil uji statistik hasil pengukuran pada metode ruang terbuka tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada metode statik. Sedangkan pada ruang tertutup, terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pengukuran Ashtech ASH111661 terhadap spesifikasi alatnya.
Analisa Pengolahan Data Stasiun GPS CORS Gunung Merapi Menggunakan Perangkat Lunak Ilmiah GAMIT/GLOBK 10.6 Andri Arie Rahmad; Mokhamad Nur Cahyadi; Sulistiyani Sulistiyani
Jurnal Teknik ITS Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.715 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v5i2.17230

Abstract

Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia. Pemantauan aktivitas gunung berapi dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode deformasi. Pemantauan deformasi gunung berapi menggunakan Continously Operating Reference Stations (CORS) karena dapat menghasilkan data dengan ketelitian yang sangat tinggi hingga orde mm (milimeter). Untuk mendapatkan ketelitian yang tinggi, stasiun GPS CORS yang merupakan stasiun referensi GPS yang mengontrol GPS secara kontinu sangat bergantung pada berbagai macam faktor salah satunya strategi pengolahan data. Untuk memberikan gambaran tingkat ketelitian yang dihasilkan dari perangkat lunak pengolah GPS secara post-processing, peneliti menggunakan perangkat lunak ilmiah GAMIT/GLOBK 10.6 yang diolah menggunakan dua metode konfigurasi jaring yaitu metode jaring tertutup dan metode radial. Dari hasil analisa yang dilakukan pada bulan Juli 2015, pengolahan data GPS CORS Gunung Merapi dengan GAMIT/GLOBK 10.6 memberikan tingkat hasil pengolahan data yang presisi sampai orde milimeter. Rata-rata nilai standar deviasi hasil pengolahan GAMIT/GLOBK metode jaring adalah 2,92 mm sedangkan pada metode radial adalah 3,39 mm. Dari uji statistik metode jaring tertutup dan radial tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Selisih rata-rata standar deviasi pada pengolahan GAMIT/GLOBK antara metode jaring tertutup dan radial adalah 0,47 mm.
Analysis CID Volcanic Earthquake in The Sunda Strait Due to The Eruption of Anak Gunung Krakatau Atika Sari; Mokhamad Nur Cahyadi
Jurnal Teknik ITS Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (822.485 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v8i2.49701

Abstract

In earthquakes occur three types of waves, namely acoustic waves with vertical directions from the epicenter to the ionosphere F, gravity waves are waves generated from the tsunami, and the resulting Rayleigh waves move away from the epicenter. These waves create disturbances in the ionosphere, namely at electron density. The electron density in the ionosphere layer is called Total Electron Content (TEC). This phenomenon is detected as CID (Coseismic Ionosphere Disturbance), ie TEC fluctuations that occur ` 10 minutes after the earthquake. Earthquakes that are used as case studies are earthquakes that occur in the volcanic earthquake in the Sunda strait due to volcanic eruptions of krakatu children resulting in tsunamis on the Sunda Strait on December 22, 2018 (doy 356) with magnitude 5 SR at 13.55 UTC. In this study using the data of GNS (Global Navigation Satellite System) BIG CORS (Continuous Operating Reference Station) (Geospatial Information Agency uses CRKS, CPSR and CGON stations. The results of this study note that GPS number 3 detects TEC fluctuations after a volcanic earthquake. The biggest fluctuation worth 0.422 TECU which is at 9 minutes after the volcanic earthquake of the child of Mount Krakatau.
Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik Ahmad Fawaiz Safi'; Danar Guruh Pratomo; Mokhamad Nur Cahyadi
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (964.97 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.24757

Abstract

Salah satu komponen penting dalam survei batimetri adalah pasang surut air laut (pasut) yang digunakan untuk koreksi kedalaman hasil pemeruman. Kedudukan pasut diidentifikasikan melalui pengamatan pasut menggunakan palem pasut di pinggir pantai atau dermaga/pelabuhan. Perkembangan teknologi memungkinkan penggunaan GPS (Global Positioning System) pada survei hidrografi. Selain posisi horizontal, GPS dapat digunakan untuk menentukan posisi vertikal. Pasut yang didapatkan dengan GPS merupakan tinggi muka air terhadap ellipsoid. Sehingga perlu adanya koreksi agar pasut GPS dapat digunakan untuk koreksi kedalaman.Dalam penelitian pengamatan pasut menggunakan GPS metode kinematik, pengamatan pasut GPS dilakukan selama survei batimetri berlangsung. Post Processed Kinematic (PPK) digunakan untuk mendapatkan nilai tinggi  muka air laut yang diamati menggunakan GPS. Tinggi muka air laut yang didapatkan kemudian direduksi menggunakan nilai undulasi (N). Model geoid yang dipakai adalah Earth Gravitational Model EGM2008. Selain data pasut GPS dan model geoid, data lain yang digunakan adalah pengamatan pasut sesaat yang diamati selama survei batimetri. Data pengamatan pasut digunakan untuk perbandingan grafik pasang surut yang dihasilkan oleh pasut GPS.Hasil penelitian berupa grafik pasang surut GPS yang telah terkoreksi dengan geoid dan grafik pasang surut pengamatan. Dari kedua grafik tersebut kemudian dibandingkan nilai tinggi yang dihasilkan. Pada dasarnya tinggi yang didapatkan menggunakan GPS merupakan tinggi muka air laut yang mengacu pada bidang ellipsoid. Sehingga, nilai tingginya akan sangat berbeda dengan nilai tinggi pengamatan tinggi muka air laut secara manual. Tetapi grafik yang dihasilkan akan memiliki pola yang sama. Kuantitas data yang dihasilkan juga sangat berbeda, data pasut GPS akan memiliki jumlah data yang lebih banyak dari pasut pengamatan.
Analisa Perubahan Ionosfer Akibat Gempa Bumi Sumatra Barat Tanggal 2 Maret 2016 Febrian Adi Saputra; Mokhamad Nur Cahyadi
Jurnal Teknik ITS Vol 6, No 2 (2017)
Publisher : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM), ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (764.28 KB) | DOI: 10.12962/j23373539.v6i2.26469

Abstract

Pada saat gempa bumi terjadi, ada tiga jenis gelombang yang dihasilkan, yaitu : (1) Gelombang Acoustic (kecepatan 1 km/s)  yang dihasilkan dekat dari pusat gempa bumi, gelombang tersebut menyebar dan naik hingga ketinggian lapisan F di ionosfer dalam waktu 10 menit atau lebih. (2) Gelombang gravity (kecepatan 0.3 km/s) yang dihasilkan dari gelombang tsunami akibat dari gempa bumi yang besar, dan (3) Gelombang Rayleigh (kecepatan 4 km/s) yang dihasilkan dari gelombang permukaan dan merambat menjauh mengelilingi bumi dari pusat gempa bumi. Gelombang Acoustic yang dihasilkan secara tegak lurus dari kerak bumi selama gempa merambat ke ionosfer,  lalu membuat penyimpangan kerapatan elektron. Fenomena ini terdeteksi sebagai CIDs (Coseismic Ionosphere Disturbances), yaitu fluktuasi TEC yang terjadi 15 menit hingga 1 jam setelah gempa terjadi. Akibat dari penyimpangan tersebut , gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh satelit GNSS akan mengalami delay ketika melewati ionsfer kira-kira 300km dari permukaan bumi. Variasi ionosfer diamati pada saat time-delay ini berdasarkan kuantitas Total Electron Content (TEC). Nilai TEC dinyatakan dalam TECU, dimana 1 TECU sama dengan 1016 elektron/m2. Nilai anomali TEC tersebut akan menggambarkan besaran gangguan akibat adanya gempa. Indonesia sebagai negara yang sering terjadi gempa, perlu dilakukan pemantauan untuk mengetahui perubahan atmosfer akibat gempa, salah satunya yaitu dengan analisa TEC pada lapisan ionosfer. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan perubahan TEC dua hari sebelum, saat, dan dua hari sesudah terjadinya gempa bumi di Sumatra Barat pada tanggal 2 Maret 2016 dengan metode pengolahan data GNSS dari stasiun CORS milik Badan Informasi Geospasial (BIG) yang berada di daerah Sumatra, yaitu stasiun CAIR, CBKT, CPAR, CPDG, dan CSEL. Hasil dari pengolahan data menunjukkan anomali TEC muncul pada waktu 11 – 15 menit setelah gempa dengan besar anomali 1,5 – 3,5 TECU yang direkam oleh satelit GPS nomor 17 dan 0,5 – 1,7 TECU yang direkam oleh satelit Glonass nomor 14.
Analisa Perubahan Cuaca Di Pulau Sumatera Akibat Kebakaran Hutan Dengan Data Water Vapor Dari Citra Satelit Terra Modis Oktalia Triananda Lovita; Mokhamad Nur Cahyadi; Muhammad Taufik
Jurnal Inotera Vol. 2 No. 1 (2017): January-June 2017
Publisher : LPPM Politeknik Aceh Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (208.226 KB) | DOI: 10.31572/inotera.Vol2.Iss1.2017.ID17

Abstract

Forest fires in Sumatra lead to a very extreme climate changes around the earth, so there would still be a difficult job for atmosphere researchers. This research was conducted to know the weather conditions by determining the condition of Water Vapor (WV) on the island of Sumatra. Monitoring the condition of WV can be done by using remote sensing techniques, by processing the image satellite data namely Terra Modis (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer). Data calculation condition WV, as one of the parameters of dynamic atmosphere. The data comes from Terra Modis satellite image, the data on Canal 2, 5, 17, 18 and 19 with a wavelength range; 0,865μm, 1.24 μm, 0.905 μm, 0.936 μm and 0,940 μm. From these results obtained from the average value of Water Vapor before and after fires in 2012. Water Vapor taken from TERRA MODIS satellite imagery (y) with a correction factor of 0.9865. Although the correlation (r) between Water Vapor from MODIS data is high, it can be seen that between Water Vapor in 2012 ranged between 3-8 cm. 82%, however only about 68% of Water Vapor MODIS diversity that can be presented by the equation model to approach the actual value of Water Vapor. With these data will greatly affect the weather cycle in Indonesia.
Analisa Penentuan Water Vapor Terhadap Pengaruh Erupsi Gunung Sinabung Menggunakan Data SUGAR Dan Citra Satelit Terra MODISs Safridatul Audah; Mokhamad Nur Cahyadi; Muhammad Taufik
Jurnal Inotera Vol. 2 No. 1 (2017): January-June 2017
Publisher : LPPM Politeknik Aceh Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.012 KB) | DOI: 10.31572/inotera.Vol2.Iss1.2017.ID18

Abstract

The eruption of Mount Sinabung in 2010 caused bursts of volcanic ash particles into the atmosphere layer to impact the weather. This is because volcanic ash is hydrocopic which can cause condensation process and block the process of solar radiation earth surface. Precivitable Water vapor (PWV) as one of the parameters of the atmosphere that can be used as information to determine the weather conditions in an area. Utilization of data Sumatran GPS Array (SUGAR) and data satellite Terra sensors MODIS (Moderate Resolution Imaging Spektroradiometer) can be used to find out PWV through GPS inversion method by utilizing estimated estimation of slowing and rotating GPS signals overlaid with troposphere. While the transmittance method is performed by comparing the surface reflectance between the channel absorption and the channel non absorption contained in the sensor MODIS. The results showed that spatial variation of PWV distribution pattern showed wetness pattern during eruption. This was indicated by some areas that have PWV distribution pattern almost in each region and PWV verification result from GPS showed ± 47.65 mm-66.81 mm, while PWV value from MODIS ranges from ± 13.02 mm - 80.05 mm. Based on the results of PWV-GPS correlation test from June to October of 2010 has a correlation coefficient of 0.0173 to PWV from MODIS and explains the positive relationship between PWV of GPS with PWV value from MODIS, but correlation value of the variable variables including low category because of location points Station SUGAR are spread unevenly and are more likely to spread along the western coast of Sumatra, which borders the Indian Ocean.
ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN PENGUKURAN KERANGKA KONTROL HORISONTAL ORDE – 4 DENGAN GPS LOWCOST Redy Maulana; Mokhamad Nur Cahyadi
Kokoh Vol 21, No 2 (2023): Juli 2023
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A point positioning activity can be referred to as mapping. In mapping activities there is the term control framework point. One of the classification of control points is the horizontal control point. In mapping activities there is a minimum order of control points that can be used, that was horizontal control points order-4. The measurement of horizontal control points order-4 can be done by conventional survey methods using terrestrial method or using global positioning system technology. The development of global positioning system (GPS) technology has progressed very fast. One of the evidence of the development of GPS technology is where introduced of various instruments that exist today. Lowcost GPS is one type of GPS that has advantages in terms of more lower prices. The application of lowcost gps is expected to help in mapping activities. In this reserch, a feasibility analysis of lowcost GPS OEM Board K-708 and GPS Tersus BX-316as instruments in the measurement of horizontal control frame order-4 when compared with Geodetic GPS instruments. The analysis used in this study is standard deviation analysis and hypothesis testing using T-test. From the results of analysis conducted resulted in the accuracy of the instrument shown from the value of standard deviation that reached sub "cm", where the instrument GPS OEM Board K-708 has better standard deviation than GPS Tersus BX-316. From the results of hypothesis testing using T-Test showed no significant difference from each of the data, so it can be concluded that the instruments in this reserch are worthy of the use in the measurement of horizontal control framework order-4. Keywords: GPS Lowcost, Jaring Kontrol Horizontal Orde-4, Standar Deviasi, Uji-T
Identifying degradation pathways at Sembrong Dam, Johor: insights from Sentinel-2 satellite imagery and NDVI analysis Anjang Ahmad, Mustafa; Kahlid, Muhammad Dzikri; Mohd Hussin, Muhammad Haziq Izzuddin; Mohammad Razi, Mohd Adib; Hussein Al-Qadami, Ebrahim Hamid; Cahyadi, Mokhamad Nur
SINERGI Vol 29, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/sinergi.2025.2.014

Abstract

The study is to evaluate the catchment area mapping at Sembrong Dam in Johor, Malaysia and identify potential transit pathways contributing to dam water degradation while implementing targeted mitigation works. The analysis involved the surface runoff patterns and topographical/geographic data via a digital elevation model (DEM), providing insights into terrain characteristics, slope, and flow directions to hydrological dynamics that significantly contribute to water resource management. This study focuses on producing the catchment area map with satellite imagery and defining the transit pathway that potentially causes water degradation in a reservoir. The analysis uses satellite images from sentinel-2 processing to generate a detailed runoff map and DEM of the catchment area surrounding the dam. The study uses Red Bands (RED) and Near-Infrared Bands (NIR) to process sentinel satellite images to create NDVI maps. Data is uploaded as Raster data in QGIS, and NDVI calculations are performed to transform raw satellite data into an index for vegetation health. NDVI values are classified into different colour classes to visualize the condition of the study area. High NDVI values indicate higher concentrations of agriculture nutrients, potentially triggering eutrophication in watersheds through surface runoff. The study analyzed a 66.89 km2 reservoir catchment area using runoff maps. NDVI analysis showed vegetation density and plant health, with robust vegetation in the dam-surrounded region with an NDVI value of 0.8. However, due to its narrow geography and deep lakes, the northeastern region is slightly polluted and susceptible to algae growth. The study aims to improve understanding of LULC and water conditions by analyzing pollution levels using remote sensing data, DEM, and NDVI for mitigation strategies.
LAJU SUBSIDENCE & UPLIFT DI SEKITAR AREA TANGGUL LUMPUR SIDOARJO TAHUN 2011 Handoko , Eko Yuli; Cahyadi, Mokhamad Nur; Kurniawan, Akbar; Bukhori, Imam; Basofi , Ahmad
GEOID Vol. 7 No. 1 (2011)
Publisher : Departemen Teknik Geomatika ITS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/geoid.v7i1.1323

Abstract

Sudah 5 Tahun, luapan Lumpur Sidoarjo (LUSI) belum dapat dihentikan. Akibat luapan lumpur tesebut, memicu terjadinya dinamika tanah seperti subsidence dan uplift di sekitar area luapan/semburan LUSI. Pengukuran subsidence dan uplift telah dilakukan pada tahun 2006 hingga 2007 (Abidin, et. al, 2008). Pada tahun 2011 dilakukan pengukuran GPS di sekitar area tanggul penahan LUSI hingga radius sekitar 5 km. Hasil yang diperoleh