Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN NONFORMAL BERBASIS POTENSI LOKAL DALAM MEMBANGUN DESA WISATA ADAT Vina Salviana Darvina Soedarwo
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 2, No 2 (2017): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.842 KB)

Abstract

Pemberdayaan merupakan suatu mekanisme dimana, individu, organisasi dan masyarakat menjadi ahli dan paham akan masalah yang mereka hadapi. Pemberdayaan Masyarakat ini dilaksanakan di Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yang telah dicanangkan sebagai desa Wisata Adat. Desa Ngadas merupakan kawasan pedesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus yang layak untuk menjadi daerah tujuan wisata. Di kawasan ini, penduduknya masih memiliki tradisi dan budaya yang relatif masih asli dengan faktor pendukung seperti, sistem pertanian dan sistem sosial yang mewarnai sebuah kawasan desa wisata di kaki gunung Bromo. Untuk memahami permasalahan yang dihadapi oleh desa digunakan metode Rapid Rural Appraisal (RRA) yaitu pendekatan untuk memahami desa secara cepat. Dari hasil RRA dapat dirumuskan permasalahan pertama, belum adanya peraturan desa berkaitan dengan kesiapan sebagai desa wisata adat; kedua, lingkungan yang kurang bersih dan fasilitas umum yang belum memadai; ketiga, ketergantungan masyarakat terhadap hasil panen. Dalam mengatasi ketiga permasalahan desa tersebut telah dilaksanakan program pendidikan nonformal. Pendidikan nonformal bertujuan agar masyarakat memiliki kemampuan mengembangkan potensinya dalam rangka pemberdayaan masyarakat oleh karena itu di desa ini telah dilaksanakan program pemberdayaan melalui berbagai pelatihan dan pendampingan yaitu pelatihan pembuatan peraturan desa, pelatihan pembangunan karakter menjaga lingkungan bersih-sehat dan pengadaan fasilitas umum serta pelatihan produksi minuman olahan dari hasil pertanian lokal (terong belanda). Ketiga program ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan desa Ngadas menjadi desa wisata adat.DOI: http://dx.doi.org/10.17977/um021v2i22017p096
PENDIDIKAN POLITIK BERBASIS SENSITIVITAS GENDER DALAM PARTAI POLITIK DI INDONESIA DAN INDIA Vina Salviana Darvina Soedarwo; Nurul Zuriah; Gonda Yumitro; Gautam Kumar Jha
Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis Vol 5, No 1 (2020): Jurnal Sosiologi Pendidikan Humanis
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um021v5i1p48-60

Abstract

This research is aimed to elaborate political education concerning the issues of gender sensitivity in Indonesia and India, conducted by political parties by using comparative study. The specificity of this study is the selection of selected cases and critical problems.There are three political parties in Indonesia and three political parties in India become the subjects. Those six political parties in Indonesia and India have been conducting political education with each model and further describe the process of cadre recruitment which is typical both for the cadre of men and women based on the ideology of each party. It means that both in Indonesia and in India, the political education among political party still lack gender sensitivity. The implication, political party is needed a political education model based on gender sensitivity.Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan pendidikan politik tentang isu-isu sensitivitas gender di Indonesia dan India, yang dilakukan oleh partai-partai politik. Ada tiga partai politik di Indonesia dan tiga partai politik di India menjadi subyek. Keenam partai politik di Indonesia dan India telah melakukan pendidikan politik dengan masing-masing model dan lebih jauh menggambarkan proses rekrutmen kader yang tipikal untuk kader laki-laki dan perempuan berdasarkan ideologi masing-masing partai. Ini berarti bahwa baik di Indonesia maupun di India, pendidikan politik di antara partai politik masih kurang sensitivitas gender. Implikasinya, partai politik  memerlukan model pendidikan politik berdasarkan sensitivitas gender.