Claim Missing Document
Check
Articles

Found 26 Documents
Search

MAGANG KEWIRAUSAHAAN DI SENTRA PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA ANGGREK Santoso, Untung; Nursandi, Fatimah; Ishartati, Erny
Jurnal Dedikasi Vol 3 (2006): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1221.815 KB) | DOI: 10.22219/dedikasi.v3i0.901

Abstract

Kegiatan magang di sentra industry pembibitan dan budidaya anggrek Mitra Anggrek Indonesia Batu, bertujuan untuk member pengalaman langsung kepada mahasiswa peserta magang tentang bagaimana membuat bibit anggrek. Mereka mempelajari pengetahuan praktis mulai dari proses persilangan, pemeliharaan buah dan biji, pembuatan media, menanam biji secara in vitro, pembesaran bibit, proses aklimitasasi, budidaya secara umum serta belajar memahami bagaimana aspek manajerial dan pemasarannya. Tidak itu saja, mereka juga diajak studi banding ke industry pembibitan anggrek yang lain baik yang kecil maupun yang besar agar lebih membangkitkan semangat minat menjadi wirausaha baru di bidang peranggrekan.   Keyword : Magang, Kewirausahaan, Anggrek.
PENGARUH INDOL-3-BUTIRIC-ACID DAN THIDIAZURON TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS NENAS (Ananas comosus (L) Merr) CV. SMOOTH CAYYENE SECARA IN VITRO Syafii, Mohammad; Badami, Kaswan; Nursandi, Fatimah
Rekayasa Vol 6, No 1: April 2013
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (385.927 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v6i1.2097

Abstract

Pineapple (Ananas comosus L.) is one of the most potential fruit crop cultivating in Indonesia. However, it is difficult to meet the demand for planting materials using the conventional propagation techniques due to production inefficiency. This research aim to know the influence solid medium of Murashige and Skoog (MS) composed of Indol-3-Butiric Acid and Thidiazuron, upon pineapple Var Smooth Cayenne shoot multiplication response. Shoot multiplication using a factorial complete random design. The first is a 3-level IBA concentration (0.3 ppm, 0.6 ppm, 0.9 ppm), a 3-level TDZ concentration (0.2 ppm, 0.4 ppm, 0.6 ppm). The finding shows that MS richly composed IBA and TDZ with low concentration gives 100% shoot the fastest periodic appearance (two weeks after incubation). Varians analysis finding shows that there is no interaction between IBA and TDZ.Low IBA concentration gives the higest quantity of shoot 9.32 (5.60 data transformation) at 5 week after incubation, at the end of the analysis tends to give the higest shoot 11.17 (6.18 data transformation) even though it is statistically not slighty difference. The highest TDZ concentration (0,6 ppm) give a few number of roots 0.89 (2,65 data transformation) and the lowes shoots leaf 3.84 (4.04 data transformation). The higher the TDZ is, the more nodal may appear.
MAGANG KEWIRAUSAHAAN DI SENTRA PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA ANGGREK Untung Santoso; Fatimah Nursandi; Erny Ishartati
Jurnal Dedikasi Vol. 3 (2006): Mei
Publisher : Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/dedikasi.v3i0.901

Abstract

Kegiatan magang di sentra industry pembibitan dan budidaya anggrek Mitra Anggrek Indonesia Batu, bertujuan untuk member pengalaman langsung kepada mahasiswa peserta magang tentang bagaimana membuat bibit anggrek. Mereka mempelajari pengetahuan praktis mulai dari proses persilangan, pemeliharaan buah dan biji, pembuatan media, menanam biji secara in vitro, pembesaran bibit, proses aklimitasasi, budidaya secara umum serta belajar memahami bagaimana aspek manajerial dan pemasarannya. Tidak itu saja, mereka juga diajak studi banding ke industry pembibitan anggrek yang lain baik yang kecil maupun yang besar agar lebih membangkitkan semangat minat menjadi wirausaha baru di bidang peranggrekan. Keyword : Magang, Kewirausahaan, Anggrek.
APLIKASI ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN, SITOKININ DAN GIBERELIN PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.) Fatimah Nursandi; Untung Santoso; Ishartati Erny; Alfia Pertiwi
Agrika Vol 16, No 1 (2022): MEI 2022
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v16i1.3640

Abstract

ABSTRAKProduktivitas bawang merah Indonesia 9.43 ton/ha/tahun tergolong rendah menempati urutan 115 di dunia dan urutan 34 di Asia. Zat pengatur tumbuh telah digunakan pada tanaman bawang untuk meningkatkan produktivitas. Zat pengatur tumbuh biasanya digunakan secara tunggal. Pada penelitian ini aplikasi ZPT dilakukan saat pratanam menggunakan prokar dan pasca tanam menggunakan pronas.  Prokar mengandung deltametrin, natrium para-nitrofenol, natrium orto-nitrofenol, natrium 5-nitroguaiakol, naphthalene acetic acid, ositetrasiklin sedangkan pronas mengandung thidiazuron, benzil amino purin, giberelin. Tujuan penelitian adalah mempelajari respon tanaman bawang merah Varietas Batu Hijau dengan perlakuan ZPT prokar pada saat pratanam dan ZPT pronas pada saat pasca tanam.  Hasil penelitian menunjukkan perendaman umbi bawang merah dengan ZPT prokar dengan konsentrasi 10 ml/l selama 30 menit dan aplikasi ZPT pronas satu kali pada umur 30 HST dengan konsentrasi 10 ml/l, aplikasi pronas 2 kali umur 20 dan 30 hari setelah tanam (HST) dengan konsentrasi 5 ml/l dan konsentrasi 10 ml/l dapat meningkatkan  jumlah akar, bobot basah total/rumpun dan bobot basah umbi/rumpun.   ABSTRACTThe productivity of Indonesian shallots at 9.43 tons/ha/year is low, ranking 115th in the world and 34th in Asia. Growth regulators have been used in shallot plants to increase productivity. Plant growth regulators (PGRs) are usually used alone. In this study, the PGRs application was carried out during pre-planting using Prokar and post-planting using pronas. Prokar contains eltamethrin, sodium para-nitrophenol, sodium ortho-nitrophenol, sodium 5-nitroguaiakol, naphthalene acetic acid, oxytetracycline while pronas contains thidiazuron, benzyl amino purine, gibberellin. The aim of the study was to study the response of the Batu Hijau Variety of shallots to the treatment of PGR prokar at pre-planting time and PGR pronas at post-planting time. The results showed that the soaking of shallot bulbs with PGR prokar at a concentration of 10 ml/l for 30 minutes and application of PGR pronas once at the age of 30 days after planting (DAP) with a concentration of 10 ml/l, the application of pronas twice at the age of 20 and 30 DAP with a concentration of 5 ml/l. and a concentration of 10 ml/l can increase the number of roots, total fresh weight/clump and tuber fresh weight/clump. Keywords:  Allium cepa, auksin, shallot, gibberellin, cytokinin
Implementasi Pemantauan Suhu Kelembaban serta Pengendali Penyiraman Tanaman secara Otomatis pada Greenhouse Berbasis Web Lalu Rahmat Hidayat; Zamah Sari; Fatimah Nursandi
Jurnal Repositor Vol 2 No 4 (2020): April 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/repositor.v2i4.50

Abstract

Aglaonema merupakan tanaman hias daun yang memiliki nilai keindahan pada variasi daun, baik motif warna maupun bentuk daun. Aglaonema tumbuh pada suhu 24-270C dan kelembaban 65-75%, serta tidak terkena sinar matahari langsung. Untuk mendapatkan kondisi ideal maka aglaonema ditempatkan didalam sebuah greenhouse. Sehingga dirancanglah sebuah sistem yang dapat memantau suhu, kelembaban serta pengendalian penyiraman tanaman secara otomatis pada greenhouse. Adapun alat yang digunakan untuk merancang sistem ini adalah sensor DHT22, mikrokontroller Arduino uno, relay, selenoid valve, ethernet shield dan pompa air. Sensor ditempatkan pada 3 loakasi di dalam greenhouse yakni zona atap, zona dinding dan zona tanaman. Pemantauan dilakukan melalui web server dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil pengujian didapatkan bahwa sistem ini dapat bekerja dengan baik. Dht22 dapat membaca suhu dan kelembaban dengan margin error dari pengukuran ini yakni suhu 0,410C dan kelembaban 2,56%. Pompa air bekerja dengan batasan yang telah ditentukan, ketika melebihi batas maka relay menyala dan pompa air bekerja. Hal ini sudah sesuai dengan yang diharapkan. Pengiriman data hasil sensor ke server dapat membaca dengan benar, hasil pengujian nilai sensor pada serial monitor dan di web server memiliki nilai yang sama, meskipun teradi delay. Web server dapat menampilkan data suhu dalam bentuk grafik dan tabel. Suhu dan kelembaban ideal berhasil berhasil dilakukan. Rata-rata suhu dan kelembaban ruangan sebelum menggunakan sistem yakni 30.20C dan 56,86%. Sedangkan rata-rata suhu dan kelembaban ruangan setelah menggunakan sistem yakni 27.850C dan 73,99%. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan rata-rata suhu sebesar 2.350C dan kenaikan kelembaban sebesar 17.13%.
PENERAPAN TEKNOLOGI PRODUKSI BIBIT ANGGREK MELALUI KULTUR IN VITRO DI DESA PANGGUNGDUWET KABUPATEN BLITAR Fatimah Nursandi; Vina Salviana Darvina Soedarwo; Untung Santoso; Rasidi Azis
PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP PROSIDING SEMINAR NASIONAL LPPM UMP 2019
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.699 KB)

Abstract

Topografi Desa Panggungduwet berupa daratan sedang dengan ketinggian sekitar 274 m di atas permukaan air laut dengan curah hujan rata-rata mencapai 240 mm dan curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember mencapai 405,04 mm. Secara umum mata pencaharian warga masyarakat Desa Panggungduwet dapatteridentifikasi ke dalam beberapa sektor yaitu pertanian, jasa/perdagangan, industri dan lain-lain. Pertanian yang dilakukan adalah penanaman tanaman berkayu dan akan dipanen setelah berumur 10-15 tahun tergantung pada jenis kayunya. Akibat pola pertanian demikian kondisi desa menjadi kering dan terkesan gersang. Sementara pekarangan rumah belum banyak dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya tanaman hias dan anggrek. Tanaman anggrek mempunyai nilai ekonomi tinggi dan tidak membutuhkan lahan yang luas terlebih untuk kegiatan produksi bibit namun membutuhkan penguasaan teknologi in vitro untuk menghasilkan bibit anggrekdalam jumlah banyak, cepat dan seragam. Tujuan kegiatan pengabdian adalah mengembangkan usaha pembibitan anggrek melalui teknik in vitro pada Kelompok Wanita Tani Barokah dan Kelompok Karang Taruna Toegoe Hijaoe Desa Panggungduwet. Metode yang dilakukan adalah 1). mengenalkan tanaman anggrek dan prospeknya melalaui kegiatan diskusi, kunjungan ke sentra anggrek, 2). Melatih ketrampilan perbanyakan bibit anggrek secara in vitro, 3). Mengembangkan Laboratorium in vitro anggrek di Desa Panggungduwet. Hasil yang didapatkan dari kegiatan pengabdian ini adalah anggota kelompok tani Wanita dan Anggota KarangTaruna berhasil membudidayakan anggrek aklimatisasi dan membuat enkas untuk subkultur anggrek.
PEMANFAATAN LIMBAH KAWAT MENJADI PRODUK KERAJINAN YANG MEMPUNYAI NILAI EKONOMIS TINGGI DI DESA NGEBRAK KABUPATEN KEDIRI Fauziyah Fauziyah; Fatimah Nursandi; Untung Santoso
JURNAL ABDIKARYASAKTI Vol. 3 No. 1 (2023): April
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/ja.v3i1.14267

Abstract

Masyarakat di Desa Ngebrak Kabupaten Kediri, aktivitasnya membuat kerajinan dari limbah kawat pabrik seperti (Hanger kawat pakaian, Kerudung/jilbab, Tempat kue, dll) namun ada juga yang bekerja sebagai petani dan buruh pabrik. Sebelumnya masyarakat tidak ada yang membuat kerajinan dari kawat. Munculnya ide mereka dalam pembuatan hanger kawat adalah adanya limbah kawat dari pabrik Zig Zag dan Pamenang yang merupakan anak perusahaan PT. Gudang Garam. Limbah kawat dari pabrik tersebut berupa kawat gulungan dari sisa pakaging, kemudian gulungan tersebut dibeli oleh kelompok usaha/warga dan diproses menjadi produk hanger kawat. Gulungan kawat dari limbah pabrik tersebut oleh masyarakat sekitar ditampung dan dimanfaatkan untuk pembuatan Hanger Pakaian. Jadi bahan baku berasal dari limbah kawat. Sehingga masih ada ketergantungan terhadap persediaan bahan baku. Pada awalnya warga desa Ngebrak hanya mampu membuat Hanger kawat secara manual dan belum pernah mendapatkan pengetahuan dan keterampilan khusus dalam pembuatan kerajinan dari limbah kawat seperti : Tempat minum, tempat cangki, tempat gelas dan perabotan rumah tangga lainnya. Sehingga produk mereka hanya terbatas pada hanger kawat dan tataan panci saja, walaupun sebenarnya mereka ingin mengembangkan produk yang bervariasi. Dengan adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan melakukan pendampingan, pelatihan, pembinaan dari aspek manajemen produksi, manajemen pemasaran, manajemen keuangan dan memberikan keterampilan membuat diversifikasi produk kerajinan dari limbah kawat. Masyarakat desa Ngebrak mampu dan bisa membuat kerajinan dari limbah kawat seperti : Hanger kawat (anak-anak, dewasa, jilbab/kerudung); Tempat minum, Tempat cangkir, Tempat kue, Tempat sajian makanan dan perabotan rumah tangga lainnya. Kata Kunci : Limbah Kawat , Diversifikasi Produk, Kerajinan kawat, Hanger kawat. ABSTRACT The community in Ngebrak Village, Kediri Regency, makes handicrafts from factory wire waste such as (clothing wire hangers, veils/veils, cake holders, etc.) but there are also those who work as farmers and factory workers. Previously there were no people who made crafts from wire. The emergence of their idea in the manufacture of wire hangers is the presence of wire waste from the Zig Zag and Pamenang factories which are subsidiaries of PT. Gudang Garam. Wire waste from the factory is in the form of coiled wire from the remaining packaging, then the coils are purchased by business groups/citizens and processed into wire hanger products. The coils of wire from the factory waste are accommodated by the surrounding community and used for making clothes hangers. So the raw material comes from wire waste. So there is still dependence on the supply of raw materials. At first the villagers of Ngebrak were only able to make wire hangers manually and had never received special knowledge and skills in making handicrafts from wire waste such as: drinking holder, cup holder, glass holder and other household furniture. So that their products are only limited to wire hangers and pans, even though they really want to develop a variety of products. With community service activities by providing assistance, training, coaching from aspects of production management, marketing management, financial management and providing skills to diversify handicraft products from wire waste. The people of Ngebrak village are able and able to make crafts from wire waste such as: wire hangers (children, adults, headscarves/veils); Drink holder, cup holder, cake holder, food serving place and other household furniture. Keywords: Wire Waste, Product Diversification, Wire Craft, Wire Hanger.
RESPON STEK PU CUK AGLAONEMA SNOW WHITE DENGAN PERLAKUAN MEDIA TANAM DAN PERENDAMAN ZAT PENGATUR TUMBUH AUKSIN Fatimah Nursandi; Fadiyah Azzam Bauzir; Machmudi Machmudi; Muhidin Muhidin; Erfan Dani Septia; Untung Santoso
Agrika Vol 17, No 1 (2023)
Publisher : Badan Penerbitan Universitas Widyagama Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31328/ja.v17i1.4628

Abstract

Komposisi media tanam pada stek tanaman hias aglaonema sangat menentukan keberhasilan pertumbuhan stek. Media tanam yang dipakai untuk tanaman ekspor biasanya hanya menggunakan serbuk sabut kelapa (cocopeat), sementara media untuk tanaman pot aglaonema menggunakan campuran sekam, pupuk kendang dan tanah. Selain komposisi media,tanam, pemakaian zat pengatur tumbuh (ZPT) perangsang akar juga sering digunakan. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh media tanam dan kombinasi konsentrasi-lama perendaman ZPT terhadap pertumbuhan stek pucuk tanaman aglaonema snow white. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial (RAK). Faktor pertama yaitu komposisi media tanam dan faktor kedua adalah kombinasi konsentrasi ZPT dan lama perendaman. Hasil penelitian menunjukkan komposisi media tanam yang berbeda yaitu M1 (pukan+cocopeat+tanah+sekam+arang sekam) dan M2 (cocopeat+arang sekam) tidak menunjukkan perbedaan terhadap peubah stek berakar, jumlah dan panjang akar, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah dan luas daun serta bobot basah tanaman. Konsentrasi ZPT dan lama perendaman hanya menunjukkan perbedaan pada peubah panjang akar yaitu perlakuan K1 (air perendaman 30 menit), K3 (rootone-F 0,5 g/l perendaman 60 menit) dan K5 (prokar10 ml/l perendaman 30 menit) mempunyai akar lebih panjang dibandingkan perlakuan lainnya. Peningkatan bobot basah tanaman umur 45 HST dan 90 HST pada perlakuan K4 (prokar 10 ml/l perendaman 15 menit) dan K5 (prokar10 ml/l  perendaman 30 menit) adalah sebesar 3,71 g dan 4,04 g lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya yaitu hanya 0,03-0,83 g. The composition of the planting medium on aglaonema ornamental plant cuttings greatly determines the success of the growth of cuttings. The planting medium used for export crops usually only uses coconut husk powder (cocopeat), while the media for potted aglaonema plants uses a mixture of husks, manure and soil. In addition to the composition of the planting media, the use of root-stimulating growth regulators (GR) is also often used. The aim of the study was to determine the effect of growing media and the combination of concentration-time of soaking GR on the growth of shoot cuttings of Aglaonema snow white. The experimental design used was a factorial randomized block design (RBD). The first factor is the composition of the planting medium and the second factor is the combination of ZPT concentration and soaking time. The results showed that the composition of the different planting media, namely M1 (manure + cocopeat + soil + husk + husk charcoal) and M2 (cocopeat + husk charcoal) showed no difference in the variables of rooted cuttings, number and length of roots, plant height, stem diameter, number of and leaf area and plant wet weight. ZPT concentration and soaking time only showed differences in root length variables, namely treatments K1 (water soaking 30 minutes), K3 (rootone-F 0.5 g/l soaking 60 minutes) and K5 (prokar 10 ml/l soaking 30 minutes) had roots longer than other treatments. The increase in fresh weight of plants aged 45 DAP and 90 HST in treatment K4 (10 ml/l soaking 15 minutes) and K5 (10 ml/l soaking 30 minutes) was 3.71 g and 4.04 g higher than the other treatments i.e. only 0.03-0.83 g.
Program Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Kader Posyandu sebagai Upaya Pencegahan Stunting di Desa Sari Gadung Tanah Bumbu Yustin Ari Prihandini; Helmina Wati; Rahmi Muthia; Untung Santoso; Vina Salviana Darvina Soedarwo; Fatimah Nursandi
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 6, No 10 (2023): Volume 6 No 10 2023
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v6i10.12165

Abstract

ABSTRAK Kader posyandu mempunyai peran penting dalam kegiatan pemantauan status gizi balita. Pengetahuan yang baik tentang gizi dan upaya pencegahan stunting akan membantu kader dalam memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Sebanyak 20 kader perlu dibekali dengan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang baik. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Posyandu dalam melakukan pemantauan pertumbuhan dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sebagai salah satu Upaya pencegahan stunting. Sasaran utama pada kegiatan ini adalah kader posyandu di wilayah Desa Sari Gadung, Tanah Bumbu. Peningkatan kapasitas dilakukan melalui tiga metode yaitu, edukasi, simulasi, dan pendampingan agak kader dapat mempraktikkan secara langsung pengetahuan yang telah diberikan. Kegiatan pengabdian masyarakat dengan menggunakan edukasi, simulasi dan pendampingan. Metode tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam memantau tumbuh kembang balita dan melakukan penyuluhan kesehatan di masyarakat. Kata Kunci: Stunting, Kader, Penyuluhan  ABSTRACT Posyandu cadres play a crucial role in monitoring the nutritional status of toddlers. A strong understanding of nutrition and efforts to prevent stunting can help cadres in delivering education to the community. Approximately 20 individuals need to be equipped with knowledge of good nutrition and health practices. This community service activity aims to enhance the knowledge and skills of Posyandu cadres in monitoring growth and providing health education to the community as part of efforts to prevent stunting. The primary target of this activity is the Posyandu cadres in the Sari Gadung Village, Tanah Bumbu area. Capacity building is achieved through three methods: education, simulation, and mentoring, which empower individuals to apply the knowledge they have acquired directly. The community service activity utilizes methods such as education, simulation, and mentoring. These methods can enhance the knowledge and skills of Posyandu cadres in monitoring toddler growth and conducting health education in the community. Keywords : Stunting, Cadres, Counseling
PENDAMPINGAN INOVASI PRODUKSI PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS URINE SAPI PADA PETANI NANAS KECAMATAN NGANCAR, KABUPATEN KEDIRI, JAWA TIMUR Erfan Dani Septia; Fatimah Nursandi; Untung Santoso; Fauziyah Fauziyah; Ilmam Zulfahmi; Iqbal Maulana Zulfan; Akhmad Rizal Oktafian; Pinarci Handes Saputra
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 11 (2023): Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v6i11.3893-3900

Abstract

Program "Pendampingan Inovasi Produksi Pupuk Organik Cair Berbasis Urine Sapi pada Petani Nanas Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur" adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan pertanian nanas yang berkelanjutan di wilayah tersebut. Program ini mencakup pelatihan, pendampingan teknis, dan sosialisasi penggunaan pupuk organik cair inovatif yang berbasis urine sapi. Melalui pelatihan dan pendampingan teknis, petani nanas diberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memproduksi pupuk organik cair dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan di wilayah mereka, seperti urine sapi, bekatul, molase, decomposer, dan empon-empon. Hasil produksi pupuk organik cair ini telah membawa peningkatan hasil panen, pengurangan biaya produksi, serta mempromosikan praktik pertanian yang ramah lingkungan. Selain itu, program ini telah berhasil menyebarkan pengetahuan tentang pentingnya pertanian berkelanjutan dan pupuk organik cair melalui seminar, workshop, dan media sosial. Ini memperkuat kesadaran komunitas petani tentang praktik pertanian yang berkelanjutan dan perlunya melindungi lingkungan setempat. Dengan peningkatan hasil pertanian, pengurangan dampak lingkungan negatif, dan peningkatan kesadaran komunitas, program ini memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan petani nanas dan menjadikan pertanian berkelanjutan sebagai pijakan untuk masa depan yang lebih cerah.