Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

EFISIENSI PENYISIHAN SENYAWA KARBON PADA EFLUEN IPAL BOJONGSOANG DENGAN CONSTRUCTED WETLAND TIPE SUBSURFACE HORIZONTAL FLOW : STUDI POTENSI DAUR ULANG AIR LIMBAH ., Tazkiaturrizki
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 8, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi daur ulang limbah merupakan solusi tepat dalam menangani kelangkaan air bersih saat ini. Efluen IPAL Bojongsoang di Bandung merupakan salah satu potensi daur ulang air limbah jika ditambahkan pengolahan lebih lanjut dengan menggunakan lahan basah buatan (constructed wetland). Dengan menggunakan media seperti tanah, pasir, kerikil dan menambahkan tanaman Typha latifolia dan Scirpus grossus serta sistem aerasi parameter seperti BOD/COD dapat tersisihkan dengan sangat baik dengan efisiensi 80-90%. Modifikasi dilakukan dengan tiga tahapan pengolahan yaitu tahap I untuk penyisihan BOD/COD dengan Typha latifolia ditambah aerasi dan tahap II untuk penyisihan fosfat dengan Scirpus grossus dengan dan tanpa aerasi dan tahap III ditujukan untuk melengkapi penyisihan nitrogen melalui proses denitrifikasi dengan Glycine max dan tanpa aerasi. Didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan efisiensi penyisihan fosfat hingga mencapai 80-99%. Proses aerasi dan kombinasi tanaman (T.latifolia, S.grossus, G.max) serta pengolahan bertahap terbukti memberikan pengaruh dalam penyisihan nitrogen dan fosfat. Diperoleh hasil bahwa konsentrasi efluen yaitu COD berada pada rentang 6 – 17 mg/L; BOD berada pada rentang 1 – 4 mg/L telah memenuhi standar kualitas air kelas 2 berdasarkan baku mutu PP 82/2001 dan berpotensi untuk digunakan sebagai daur ulang air limbah.Kata kunci: daur ulang, air limbah, lahan basah buatan, karbon
PENGARUH PENAMBAHAN GLYCINE MAX PADA PENYISIHAN NITROGEN DALAM CONSTRUCTED WETLAND TIPE SUBSURFACE HORIZONTAL FLOW ., Tazkiaturrizki
TEKNOLOGI LINGKUNGAN Vol 8, No 1 (2016)
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Constructed wetland merupakan salah satu alternatif pengolahan limbah yang tepat guna mencapai kualitas air yang diinginkan sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Berdasarkan penelitian terdahulu, constructed wetland mampu mengolah efluen IPAL sehingga kualitas air yang dihasilkan lebih baik. Penggunaan Typha latifolia dapat menyisihkan COD dan BOD dengan efisiensi tertinggi dan dilengkapi dengan aerasi pada ketebalan media 40 cm dan waktu kontak 2 hari. Sedangkan untuk parameter ammonium, NTK, dan fosfat efisiensi penyisihannya lebih baik jika menggunakan Scirpus grossus dengan penambahan aerasi, ketebalan media 50 cm dan waktu kontak 2 hari. Penelitian lain, dengan mengkombinasikan tanaman leguminosa yaitu Glycine max (kedelai) diduga berpengaruh terhadap jumlah bakteri yang menjadi lebih banyak dan bersimbiosis mutualisme dengan akar kedelai sehingga dapat meningkatkan fiksasi nitrogen. Namun, untuk penyisihan nitrogen belum dapat disisihkan dengan baik. Pada penelitian ini, dilakukan modifikasi wetland  yaitu dengan membagi pengolahan menjadi dua tahap yaitu tahap I penyisihan BOD/COD dengan menggunakan tanaman Typha latifolia dan tahap II penyisihan nitrogen dengan menggunakan tanaman Scirpus grossus yang selanjutnya dilakukan penambahan tanaman Glycine max dengan total waktu detensi selama 5 hari. Dengan modifikasi wetland ini terjadi peningkatan efisiensi penyisihan nitrogen mencapai 95%.   Keywords : Constructed wetland, removal, Nitrogen, continue feeding 
POTENSI LIMBAH B3 SPENT BLACHING EARTH SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA INDUSTRI MINYAK GORENG PT. ABC Siami, Lailatus; Indrawati, Dwi; Tazkiaturrizki, Tazkiaturrizki; Kusuma Dewi, Riana Ayu; Dwiana, Anggi
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 6, Nomor 1, Januari 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v6i1.8625

Abstract

SBE (spent bleaching earth) sebagai hasil samping dari pemakaian bleaching earth pada proses fraksinasi produksi minyak dan proses produksi SCD (semi continous deodorizer) sebagai residu sisa filtrasi. Kondisi eksisting pada industri X, sekitar 8.196,890ton/tahun LB3 SBE belum dimanfaatkan dan belum diolah yang dilakukan secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan potensi dari LB3 SBE sebagai campuran bahan bakar pada PT. ABC. Metode yang digunakan adalah dengan uji kualitas batu bara (bahan bakar eksisting) dan uji kulitas pada LB3 SBE dengan parameter logam berat, kadar air dan nilai kalor. Dari hasil penelitian didapatkan kualitas batu bara yang digunakan cukup bagus karena memiliki kandungan sulfur, volatile dan fix carbon yang rendah. Emisi cerobong masih memenuhi baku mutu sesuai Permen LH No. 07 Tahun 2007. Sedangkan pada TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure), didapatkan SBE masuk kategori 1 (bersifat berbahaya) sebagai LB3 karena nilai TCLP yang lebih banyak pada kategori A. Dari uji nilai kalor dan kadar air, SBE sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar karena memenuhi syarat minimal sebagai bahan bakar (11 MJ/kg atau setara dengan 2.627,305 Kkal/kg dan 2,5%). Potensi LB3 SBE untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar sangat tinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas dihasilkan pada industri pengolahan kelapa sawit.
DEGRADASI MIKROPLASTIK PADA EKOSISTIM PERAIRAN OLEH BAKTERI KULTUR CAMPURAN Clostridium sp. DAN Thiobacillus sp. Fachrul, Melati Ferianita; Rinanti, Astri; Tazkiaturrizki, Tazkiaturrizki; Agustria, Afferdo; Naswadi, Dini Amalia
JURNAL PENELITIAN DAN KARYA ILMIAH LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS TRISAKTI Volume 6, Nomor 2, Juli 2021
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/pdk.v6i2.9935

Abstract

Permasalahan akibat akumulasi mikroplastik di lingkungan terjadi karena plastik merupakan polimer sintetis yang sulit untuk terdegradasi, salah satunya disebabkan karena plastik mempunyai kerapatan massa molekul yang tinggi. mikroplastik tersebar di lingkungan dan menimbulkan masalah bagi lingkungan dan biota air dan tanah seperti laut, muara, sungai, danau, tanah. Biodegradasi plastik berbahan dasar minyak bumi konvensional dipengaruhi oleh faktor abiotik terjadi dalam waktu lama, dan tidak dapat sepenuhnya terurai dan faktor biotik dipengaruhi oleh mikroorganisme pengurai yang ada di lingkungan yang dapat mempercepat penguraian. Pendekatan untuk mengendalikan pencemaran mikroplastik dapat dilakukan dengan pendekatan teknologi bioremediasi, dengan memanfaatkan potensi mikroba atau bakteri indigenous yang ditumbuhkan dalam lingkungan media yang terpapar mikroplastik. Faktor abiotik (radiasi UV, suhu, tekanan atmosfer) terjadi dalam waktu lama, dan tidak dapat sepenuhnya terurai. Faktor biotik dipengaruhi oleh mikroorganisme pengurai yang ada di lingkungan yang dapat mempercepat penguraian.
DEGRADATION OF POLYETHYLENE PLASTIC WASTE BY INDIGENOUS MICROBIAL CONSORTIUM AND FUNGI Fachrul, Melati Ferianita; Rinanti, Astri; Tazkiaturrizki, Tazkiaturrizki; Salmiati, Salmiati; Sunaryo, Thalia
INDONESIAN JOURNAL OF URBAN AND ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY VOLUME 5, NUMBER 1, OCTOBER 2021
Publisher : Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25105/urbanenvirotech.v5i1.10749

Abstract

Aim: The aims of this research is to determine the ability of an indigenous microbial consortium to degrade Low Density Polyethylene plastics. The plastic was cut mechanically into 1 x 1 cm2 pieces because the smaller the size of the plastic, the larger the surface area. The samples are input in an Erlenmeyer flask containing indigenous microbial consortium and fungi (20% v/v) and Stone Mineral Salt solution media (80% v/v). This research lasted 10 days with a pH of 7 controlled and temperature variations of 25, 30, 35°C. As preliminary research, the sensitivity test seeks to demonstrate that the indigenous microbial consortium and fungi are resistant or insensitive to LDPE. The degradation of LDPE plastic was analyzed using gravimetric methods, Fourier Transform Infrared, and a scanning electron microscope. Methodology and results: According to the results of gravimetric and FTIR analysis, the highest removal value was at a temperature variation of 30°C. The gravimetric analysis revealed that the weight loss in LDPE plastic was 0.0082 gr to 0,0074 gr or 9.76 %, while the FTIR analysis revealed that the intensity removal result was 6,27 %. Conclusion, significance, and impact of study: Scanning Electron Microscope (SEM) analysis revealed morphological changes on the surface of LDPE plastic samples, confirming these findings. Several factors influence the changes that occur in this study's LDPE plastic samples.
Pemberdayaan Masyarakat Paguyuban Daur Bumi Mutiara Sentosa Depok: Implementasi Teknologi Tepat Guna Mesin Cacah Sampah Organik (Bio-Crusher) Septiani, Winnie; Akbari, Annisa Dewi; Anjarsari, Cahya Restu; Nathasya, Nadinda; Rizqullah, Fairuz Awra; Tazkiaturrizki, Tazkiaturrizki
Jurnal SOLMA Vol. 14 No. 3 (2025)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/solma.v14i3.20726

Abstract

Background: Praktik pengolahan sampah organik di Paguyuban Daur Bumi Mutiara Sentosa, telah dimulai dengan membudidayakan maggot dan kompos. Namun, upaya ini belum berjalan dengan optimal karena pertumbuhan maggot yang terhambat dan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan. Penyebab utamanya adalah sampah organik yang tidak dicacah menjadi ukuran kecil, sehingga maggot kesulitan menyerap nutrisi dan proses pembusukan berjalan lebih lambat. Pengabdian Kepada Masyarakat (PkM) ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Paguyuban Daur Bumi Mutiara Sentosa di Kota Depok dalam mengatasi permasalahan pengelolaan sampah organik melalui pemanfaatan teknologi tepat guna mesin cacah organik (Bio-Crusher). Metode: Metode yang digunakan adalah sosialisasi, pelatihan capacity building, penerapan teknologi tepat guna, pendampingan pembuatan kompos, serta evaluasi berkelanjutan dengan pendekatan green techno sosiopreneur. Hasil: Hasil kegiatan PkM ini adalah meningkatnya keterampilan mitra dalam mengoperasikan mesin pencacah organik, bertambahnya kapasitas pengetahuan tentang pengolahan sampah menjadi kompos, serta lahirnya peluang usaha berbasis lingkungan yang dapat mendukung kemandirian ekonomi warga. Selain itu, kualitas kompos meningkat dan waktu pengomposan menjadi lebih singkat setelah penerapan teknologi tepat guna. Untuk menjaga keberlanjutan program tim PkM telah berkerjasama dengan mitra strategis Baitul Mal Bestari untuk mengembangkan tahap berikutnya yaitu pengembangan bisnis hijau. Kesimpulan: Simpulan dari kegiatan ini adalah pemberdayaan masyarakat dengan dukungan teknologi dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam mengurangi timbunan sampah organik, menciptakan lingkungan yang lebih sehat, serta membuka peluang usaha ramah lingkungan yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.