Claim Missing Document
Check
Articles

Found 28 Documents
Search

Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Pasien yang Akan Menghadapi Operasi Farida, Ida; Najihah, Najihah; Tukan, Ramdya Akbar; Pujianto, Ahmat; Damayanti, Ana; Darni, Darni
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 11 (2024): Volume 4 Nomor 11 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i11.15194

Abstract

ABSTRACT Children and parents might suffer various psychological reactions during pre-operative, including anxiety. Additionally, children tend to be more susceptible to receiving anxiety from their parents in an indirect manner, which makes them apprehensive. This study aimed to identify the factors influencing the anxiety level of parents of patients undergoing surgery. A cross-sectional research methodology was used in this study. The population in this study is 100 participants-a sample of 80 respondents using random sampling. The analysis used was bivariate analysis with the Chi-Square test. The results showed that the patient's parents were dominated by 71.3% women, 60% high school education, 38.3% working as housewives, 71.3% Muslim and 88% married. The anxiety level of most parents was in the moderate category of 60%. The results of the data analysis obtained B value>0.05 for all research variables. Therefore, it can be concluded that there was no relationship between gender, education, occupatan, type of operation, surgery experience and knowledge of parents' anxiety. It is expected that the hospital can improve health education for patients and families who will undergo surgery to reduce the anxiety of the patient's parents. Keywords: Anxiety, Surgery, Parents  ABSTRAK Tahap pra-operasi memberikan berbagai pengalaman psikologis pada anak dan orang tua di antaranya kecemasan. Lebih lanjut kecemasan yang dialami orang tua cenderung lebih mudah ditransfer pada anak secara tidak langsung sehingga menyebabkan anak menjadi cemas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan orang tua pasien yang akan menghadapi operasi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasi analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 100 partisipan. Sampel sebanyak 80 responden dengan menggunakan insidental sampling. Analisis yang digunakan yaitu analisis bivariat dengan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang tua pasien didominasi oleh perempuan 71,3%, berpendidikan SMA 60%, bekerja sebagai IRT 38,3%, beragama islam 71,3% dan berstatus me nikah 88%. Tingkat kecemasan orang tua mayoritas pada kategori sedang 60%. Hasil analisis data didapatkan nilai ⍴ value > 0,05 untuk semua variabel penelitian. Sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara faktor jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, jenis operasi, pengalaman operasi dan pengetahuan dengan kecemasan orang tua. Oleh karena itu, diharapkan pihak rumah sakit dapat meningkatkan pendidikan kesehatan terhadap pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi sehingga dapat menurunkan kecemasan orang tua pasien. Kata Kunci: Cemas, Operasi, Orang Tua
Hubungan Tingkat Depresi dengan Kualitas Hidup Pasien Herniated Nucleus Pulposus (HNP) di RSUD dr. H. JUSUF SK Tarakan Provinsi Kalimantan Utara Harno, Harno; Damayanti, Ana; Wahyudi, Donny Tri; Najihah, Najihah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 12 (2024): Volume 4 Nomor 12 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i12.15522

Abstract

ABSTRACT Herniated Nucleus Pulposus or what is often referred to as Lower Back Pain is a non-communicable disease that is common in all societies, both globally and nationally. The humbosacral spine accounts for about 90% of HNP, the cervical spine for 8%, and the thoracic spine for 1% to 2%. When someone is diagnosed with HNP, they must undergo professional therapy, which is expensive, time- consuming, and accompanied by reoccurring episodes. All facets of life, including the economy, family peace, quality of life, and psychological health, will undoubtedly be impacted by this. The purpose of this study was to ascertain how the quality of life of patients with Herniated Nucleus Pulposus at dr. H. Jusuf SK Tarakan, North Kalimantan Province, correlated with their level of depression. This kind of study had a quantitative cross-sectional study design with analytical components. Having a purposive sampling size of 51 participants, the population in this study consisted of patients with a Herniated Nucleus Pulposus diagnosis. The Spearman Rank Test was a statistical test used in this investigation. The results of the statistical test indicated that there was a significant relationship between the degree of depression and quality of life, with the strength of a strong relationship and the direction of a negative relationship, with a significance value of 0.000 0.05 and a correlation coefficient of -0.75. According to this study's findings, people with Herniated Nucleus Pulposus had lower quality of life when their depression levels were higher or higher quality of life when their depression levels were lower. Keywords: Depression, Quality Of Life, Herniated Nucleus Pulposus  ABSTRAK Herniated Nucleus Pulposus atau yang sering disebut dengan sakit punggung bagian bawah (low back pain) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang umum dijumpai pada seluruh masyarakat, baik secara global maupun nasional. Sekitar 90% HNP terjadi di area lumbosacral spine, 8% di area cervical spine dan 1% hingga 2% di area thoracic spine. Apabila seseorang terdiagnosis HNP maka perlu dilakukan perawatan secara profesional dengan durasi waktu yang cukup lama dan biaya yang mahal disertai resiko kejadian berulang. Hal ini tentu akan berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan diantaranya kondisi ekonomi, keharmonisan keluarga, kualitas kehidupan dan kejiwaan seseorang. Penelitian ini betujuan untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan kualitas hidup pasien Herniated Nucleus Pulposus di RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan Provinsi Kalimantan Utara. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian studi penampang analitis (analytic crosssectional study). Populasi pada penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa medis Herniated Nucleus Pulposus dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 51 responden. Penelitian ini menggunakan uji statistik Uji Spearman Rank. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dengan coefficient correlation -0,75 sehingga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan kualitas hidup dengan kekuatan hubungan kuat dan arah hubungan negatif. Kesimpulan penelitian ini ialah semakin tinggi tingkat depresi maka semakin rendah kualitas hidup pasien Herniated Nucleus Pulposus atau semakin rendah tingkat depresi maka semakin tinggi kualitas hidup pasien. Kata Kunci: Depresi, Kualitas Hidup, Herniated Nucleus Pulposus
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Penggunaan Insulin dada Pasien DM Tipe 2 Rangga, Alfrida; Najihah, Najihah; Wijayanti, Dewi; Tukan, Ramdya Akbar; Lesmana, Hendy; Iskandar, Ayuk Cucuk
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 12 (2024): Volume 4 Nomor 12 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i12.15241

Abstract

ABSTRACT Diabetes is a chronic disease in the form of a metabolic disorder characterized by blood sugar levels that exceed normal limits. Type II diabetes mellitus is a disease caused by an increase in blood sugar due to a decrease in low insulin secretion by the pancreas gland. The therapy that is often used in type II diabetes patients is using insulin therapy. Insulin is a safe and effective drug in maintaining blood glucose levels within normal limits. To determine the relationship between knowledge and compliance with insulin use in Type 2 DM patients. Using a cross sectional study research method. Sampling used the Incidental Sampling technique with a sample size of 51 people. The results of the analysis from the Chi square test showed that the sig value was <0.0001 (P < 0.05), so it was said that there was a relationship between knowledge and compliance with insulin use in Type 2 DM patients. Respondents' knowledge about insulin use was related to compliance with insulin use. It is hoped that nurses can pay more attention to nursing care for patients in treating type 2 diabetes mellitus patients  Keywords: Diabetes Mellitus Type 2, Insulin, Compliance, Knowledge  ABSTRAK Diabetes adalah penyakit menahun (kronis) berupa gangguan metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal. Diabetes melitus tipe II merupakan penyakit yang disebabkan kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah oleh kelenjar pancreas Terapi yang banyak dilakukan pada pasien diabetes tipe II ini yaitu menggunakan terapi insulin. Insulin merupakan obat yang aman dan efektif dalam menjaga kadar glukosa darah dalam ambang normal. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan insulin pada pasien DM Tipe 2. Metode Penelitian dengan menggunakan metode penelitian cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan teknik Sampling Incidental dengan jumlah sampel sebanyak 51 orang. Hasil analisis dari Chi square test didapatkan tetap nilai sig sebesar <0.0001 (P < 0.05) sehingga dikatakan ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan insulin pada pasien DM Tipe 2. Pengetahuan responden tentang penggunaan insulin berhubungan dengan kepatuhan dalam penggunaan insulin. Diharapkan perawat dapat lebih memperhatikan asuhan keperawatan pada pasien dalam penanganan pasien diabetes melitus tipe 2 Kata Kunci: Diabetes Melitus Tipe 2, Insulin, Kepatuhan, Pengetahuan
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Yunita, Yunita; Najihah, Najihah; Wijayanti, Dewi; Lesmana, Hendy
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 11 (2024): Volume 4 Nomor 11 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i11.15137

Abstract

ABSTRACT Chronic Kidney Failure occurs due to irreversible deterioration in kidney function that occurs over several months or years. This situation results in an inability to maintain the balance of body substances or an accumulation of fluid and waste products which requires kidney replacement or dialysis therapy. Hemodialysis therapy is a replacement therapy to remove metabolic waste from the human blood circulation which will affect the quality of life. The aim of this study was to identify factors associated with quality of life in chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis at RSUD dr. H. Jusuf SK North Kalimantan. This research is a descriptive study with a cross sectional study design. Sampling used purposive sampling. The samples in this study were patients undergoing hemodialysis therapy at RSUD dr. H. JUSUF SK North Kalimantan, totaling 100 respondents. Data were collected using a questionnaire from WHOQoL. The results of the study showed that there was no relationship between age and employment with a p value of 0.369 and 0.398, whereas gender, education, duration of HD, frequency of HD were found to have a relationship with each p value of 0.036; 0.011; 0.034 and 0.008. It can be concluded that there is a significant relationship between gender, education, duration of hemodialysis and frequency of hemodialysis and the quality of life of patients undergoing hemodialysis at RSUD dr. H. Jusuf SK. Therefore, it is hoped that nurses and other health workers will provide education regarding the importance of HD and increase family participation as a support system to improve the patient's quality of life. Keywords: Quality of Life, Chronic Renal Failure, Hemodialysis  ABSTRAK Gagal Ginjal Kronik terjadi karena kemunduran fungsi dari ginjal ireversibel yang terjadi beberapa bulan atau tahun. Keadaan ini mengakibatkan ketidakmampuan dalam mempertahankan keseimbangan substansi tubuh atau akumulasi cairan dan produk sisa yang memerlukan penggantian ginjal atau terapi dialysis. Terapi hemodialisis merupakan terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dari peredaran darah manusia yang akan mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. H. Jusuf SK Kalimantan Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskritif dengan desain cross sectional study. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani terapi hemodialisis di RSUD dr. H. JUSUF SK Kalimantan Utara yang berjumlah 100 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner dari WHOQoL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia dan pekerjaan dengan p value 0,369 dan 0,398 sedangkan dengan jenis kelamin, pendidikan, lama HD, frekuensi HD ditemukan ada hubungan dengan masing-masing p value 0,036 ; 0,011; 0,034 dan 0,008. Dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin, pendidikan, lama hemodialisa dan frekuensi hemodialisa dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD dr. H. Jusuf SK. Oleh karena itu, diharapkan agar perawat dan tenaga kesehatan lainnya memberikan edukasi terkait pentingnya HD serta meningkatkan peran serta keluarga sebagai support sistem untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Gagal Ginjal Kronik, Hemodialisa
Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Hipotermi Pasca General Anestesi di Instalasi Bedah Sentral Hadariah, Hadariah; Najihah, Najihah; Ose, Maria Imaculata; Wijayanti, Dewi; Pujianto, Ahmat
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 11 (2024): Volume 4 Nomor 11 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i11.15229

Abstract

ABSTRACT More than 80% of operations use general anesthesia techniques. and it was found that 2.5% of patients experienced complications after undergoing anesthesia. Nearly 30% of post-anesthesia patients experience hypothermia. The negative impacts of hypothermia on patients include increased risk of bleeding, myocardial ischemia, longer recovery after anesthesia, impaired wound healing, and increased risk of infection. The aim of this study was to analyze factors associated with hypothermia after general anesthesia at IBS RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan. This research is a quantitative research with 60 respondents. Respondents in this study were post-general anesthesia patients using consecutive sampling technique. The statistical test used is the Chi-Square test. The results of the study showed that factors associated with hypothermia after general anesthesia were age, BMI, gender, type of operation and duration of operation in a central surgical installation. So it can be concluded that there is a relationship between the factors age, BMI, gender, length of operation and type of operation with hypothermia after general anesthesia at IBS RSUD dr. H. Jusuf SK. Therefore, it is hoped that the hospital can create an SOP regarding the management of preventing hypothermia in post-surgical patients. Keywords: Factor, Hypothermia, General Anesthesia  ABSTRAK Lebih dari 80% operasi menggunakan teknik general anastesi. dan ditemukan 2,5% pasien mengalami komplikasi setelah menjalani anestesi. Pasien pasca anestesi hampir 30% mengalami kejadian hipotermi. Dampak negatif hipotermi terhadap pasien, antara lain risiko perdarahan meningkat, iskemia miokardium, pemulihan pasca anestesi yang lebih lama, gangguan penyembuhan luka, serta meningkatnya risiko infeksi.  Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dengan hipotermi pasca general anestesi di IBS RSUD dr. H. Jusuf SK Tarakan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan 60 responden. Responden dalam penelitian ini merupakan pesien pasca general anestesi dengan teknik pengambilan sample consecutive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berhubungan dengan hipotermi pasca general anestesi adalah usia, IMT, jenis kelamin, jenis operasi dan lama operasi di instalasi bedah sentral. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara faktor usia, IMT, jenis kelamin, lama operasi dan jenis operasi dengan hipotermi pasca general anestesi di IBS RSUD dr. H. Jusuf SK. Oleh karena itu, diharapkan pihak rumah sakit dapat membuat SOP terkait manajemen pencegahan hipotermi pada pasien pasca bedah Kata Kunci: Faktor, Hipotermi, General Anastesi
Peningkatan Kualitas Tidur Pada Pasien Nyeri Akut dengan Relaksasi Benson Madda, Hasmidah; Paridah, Paridah; Tukan, Ramdya Akbar; Ose, Maria Imaculata; Najihah, Najihah; Alfianur, Alfianur; lesmana, Hendy
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 7 (2024): Volume 4 Nomor 7 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i7.14714

Abstract

ABSTRACT Pain is a sensory and emotional experience accompanied by a sense of discomfort due to actual and potential damage to body tissues Pain or soreness is the most frequent major complaint, leading individuals to seek help at health facilities Pain has been identified as the cause of poor sleep quality Therefore, pharmacological and non-pharmacological interventions were needed to overcome the problem Benson relaxation can be used as a non-pharmacological intervention to reduce pain and improve sleep quality. The purpose of this study was to identify the effectiveness of Benson relaxation intervention on improving sleep quality in acute pain patients. This research used a quasi-experimental method with a One-group pretest-posttest design. The sampling used Purposive Sampling (Judgmental Sampling) with a total sample of 47 respondents who were treated in Anggrek A room of RSUD dr. H Jusuf SK. The results of a statistical test using the Wilcoxon Signed Rank test obtained a value of p-0.001 It showed that there was a significant difference between respondents' sleep quality and acute pain before and after Benson relaxation intervention The conclusion of the study showed that Benson relaxation which was given 20 minutes for 3 days was effective for improving sleep quality in acute pain patients. Keywords: Acute Pain, Benson Relaxation Therapy, Insomnia, Sleep Quality  ABSTRAK Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik serta emosional disertai rasa ketidaknyamanan akibat rusaknya jaringan tubuh aktual dan potensial. Rasa sakit atau nyeri merupakan keluhan utama yang paling sering, membuat individu mencari bantuan ke fasilitas kesehatan. Nyeri telah diidentifikasi sebagai penyebab kualitas tidur yang buruk oleh karena itu dibutuhkan intervensi farmakologi dan non farmakologi untuk mengatasi masalah tersebut. Relaksasi Benson dapat digunakan sebagai intervensi non farmakologi untuk mengurangi nyeri dan menaikkan kualitas tidur. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi efektifitas intervensi relaksasi Benson terhadap peningkatan kualitas tidur pada pasien nyeri akut. Jenis penelitian ini menggambarkan metode quasi-exsperimen dengan desain One-group pretest-posttest design. Pengambilan sampel mengunakan Purposive Sampling (Judgmental Sampling) dengan jumlah sampel 47 pasien yang dirawat di ruang Anggrek A RSUD dr. H Jusuf SK. Hasil uji statistic menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai p=0,001, ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur pasien dengan nyeri akut sebelum dan setelah dilakukan intervensi relaksasi benson. Kesimpulan penelitian adalah relaksasi benson yang diberikan 20 menit selama 3 hari efektif untuk meningkatkan kualitas tidur pada pasien nyeri akut. Kata Kunci:Benson Relaxation Therapy, Insomnia, Kualitas Tidur, Nyeri 
Studi Fenomenologi: Pengalaman Perawat dalam Menegakkan Diagnosis Keperwatan Berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Batu, Yuliana; Hasriana, Hasriana; Damayanti, Ana; Lesmana, Hendy; Zulfia, Rahmatuz; Najihah, Najihah
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Vol 4, No 9 (2024): Volume 4 Nomor 9 (2024)
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mahesa.v4i9.14897

Abstract

ABSTRACT Diagnosis enforcement is an important aspect of the practice of nursing. Nursing diagnosis have been applied at a number of hospitals and other health facilities, but the knowledge of nurses regarding diagnostic indicators for diagnostic enforcement, and diagnosis enforcement is not difficult. The SDKI as a guideline for the formulation of nursing diagnosis has been implemented since 2017, but in reality, the implementation of nursing diagnosis based on SDKI is not optimal yet. The purpose of the research is to explore the experiences of nurses in enforcing their nursing diagnosis based on SDKI. Through a qualitative study with a phenomenological approach, using purposive sampling techniques and total of 14 participants. The results of this study led to four themes namely: new challenges, making it easier for nurses, obstacles of SDKI use, form of support for the implementation of SDKI. The result of this study conluded that the use of SDKI makes it easier to the determination of nursing diagnoses. The hospital committee should conduct in-house training on nursing care plans in accordance with the Indonesian Standard of Nursing Diagnosis. Keywords: Experience of Nurse, SDKI, Nursing Diagnosis  ABSTRAK Penegakan diagnosis merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan. SDKI sebagai pedoman perumusan diagnosis keperawatan telah diberlakukan sejak tahun 2017, akan tetapi pada kenyataannya saat ini penerapan diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI belum optimal. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi pengalaman perawat dalam menegakkan diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI, Melalui studi kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, menggunakan tehnik purposive sampling dan jumlah 14 partisipan. Hasil penelitian ini memunculkan empat tema yaitu: tantangan baru, memudahkan perawat, kendala penggunaan SDKI, bentuk dukungan penerapan SDKI. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Penggunaan SDKI memudahkan dalam penentuan diagnosis keperawatan. Komite rumah sakit perlu melakukan inhouse training tentang nursing care plan yang disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Kata Kunci: Diagnosis Keperawatan, Pengalaman Perawat, SDKI 
Pengaruh Massage Punggung Terhadap Penurunan Skala Nyeri dengan Menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) pada Pasien Pasca Laparatomi Zakinah, ST; Najihah, Najihah; Zulfia, Rahmatuz; Lesmana, Hendy
Jurnal Berita Kesehatan Vol 17 No 2 (2024): Desember 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Gunung Sari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58294/jbk.v17i2.188

Abstract

Laparatomi merupakan tindakan pembedahan besar yang di lakukan dengan membuat sayatan besar di perut untuk mendapatkan akses ke rongga peritonium. Komplikasi tindakan laparatomi dapat terjadi secara spesifik dan dapat di pengaruhinoleh faktor faktor pada saat operasi, salah satunya dapat menyebabkan nyeri. Penatalaksanaan penanganan nyeri dapat mengunakan tindakan terapeutik dan tindakan kolaborasi salah satunya adalah massage punggung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massage punggung terhadap penurunan skala nyeri pada pasien pasca laparatomi di RSUD dr. H. Jusuf SK. Desain penelitian ini menggunakan pre-experimental study one group pretest-post Test design. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 21 responden yang dipilih dengan menggunakan Teknik Purposive Sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi data demografi pasien dan lembar observasi skala nyeri Numeric Rating Scale yang di analisis menggunakan Uji Wilcoxon Singed Rank Test. Sebelum dilakukan massage punggung, yang memiliki skala nyeri sedang lebih banyak dibandingkan respoden yang memiliki skala nyeri berat. Sedangkan, setelah dilakukan massage punggung rata–rata skala nyeri yang dirasakan responden berkurang menjadi skala nyeri sedang dan ringan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan adanya pengaruh efektivitas massage punggung terhadap skala nyeri dengan nilai p-value 0,001 atau lebih kecil dari 0,05. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat penurunan skala nyeri yang signifikan setelah dilakukan massage punggung pada pasien pasca laparotomi. Perawat diharapkan bisa menjadikan massage punggung menjadi salah satu tindakan alternatif untuk mengurangi nyeri pada pasien pasca laparatomi.