Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan Tambusai

GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN KANKER SERVIKS PASCA KEMOTERAPI DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE PERIODE TAHUN 2020-2023 Ritmawati, Adella Rahma; Prihandono, Dwi Setiyo; Saputri, Maulida Julia
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.35593

Abstract

Kanker serviks biasa dikenal dengan kanker leher rahim yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Kanker serviks adalah kanker terbesar kedua penyebab kematian pada perempuan di dunia dengan angka kematian mencapai 288.000 kasus per tahun. Leukosit yang memiliki fungsi utama sebagai pertahanan tubuh, apabila jumlahnya berkurang maka akan menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terkena berbagai penyakit. Tujun dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit pada pasien kanker serviks pasca kemoterapi periode 2020-2023 di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian yang dilakukan adalah retrospektif. Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap yang terdiagnosis kanker serviks di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie pada tahun 2020-2023. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel. Data yang diperolah dari kuisioner dan hasil pemeriksaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah kemoterapi pada pasien kanker serviks kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) jumlah terapi yang dilakukan pasien Kanker serviks kurang dari 5 kali (81.7%) lebih banyak dibandingkan dengan terapi yang dilakukan lebih dari 5 kali. 2) Jumlah leukosit pada pasien kanker serviks sebelum kemoterapi lebih tinggi (70%) dibandingkan sesudah kemoterapi (61.7%). 3) Staidum kanker servik >2 sebanyak 16 pasien (26.7%), sedangkan pasien dengan staidum kanker serviks 2 berjumlah 44 pasien (73.3%).
GAMBARAN PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DITINJAU DARI PEMERIKSAAN RHEUMATOID FAKTOR PADA LANSIA USIA 50-70 TAHUN DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Handayani, Cindy; Wahyunie, Sri; Prihandono, Dwi Setiyo; Hartono, Agus Rudi
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.35623

Abstract

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik, peningkatan risikonya sebagian besar disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Rheumatoid Arthritis (RA) sering terjadi pada usia 45-70 tahun karena pada usia tersebut cenderung terjadi perubahan pola makan dan pola hidup yang biasanya  akan menimbulkan gangguan kesehatan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena usia 45 tahun merupakan usia milestone atau usia transisi dalam kehidupan seseorang. Dalam kondisi tersebut semua perubahan dapat terjadi dan terdapat satu hal yang tidak dapat dihindarkan yaitu transisi menuju penuaan. Kondisi ini menyerang wanita dua sampai tiga kali lebih banyak dari pada pria dan biasanya dimulai antara usia 25 dan 50 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita Rheumatoid Arthritis (RA) melalui pemeriksaan rheumatoid faktor (RF) pada lansia usia 50-70 tahun di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar rheumatoid faktor (RF) pada lansia. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan usia 50-70 tahun yang melakukan pemeriksaan rheumatoid faktor (RF) sebanyak 30 sampel di Laboratorium RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Analisis data yang digunakan, yaitu univariate dengan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan Rheumatoid Faktor (RF) kualitatif terhadap 30 sampel di dapatkan 3 sampel yang menunjukkan reaksi positif (aglutinasi) yaitu sampel no 18,19 dan 20. Sebanyak 3 sampel positif dilanjutkan ke Rheumatoid Faktor semi-kuantitatif di dapatkan hasil pada sampel 1 hasil menunjukan kadar titer sebesar 256 ul/ml (3,3%), pada sampel 2 titer menunjukan kadar titer sebesar 64 ul/ml (3,3%), sampel 3 titer menunjukan kadar titer sebesar 128 ul/ml (3,3%).
PERBEDAAN NILAI PEMERIKSAAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (APTT) DENGAN MENGGUNAKAN SAMPEL DARAH NON HEMOLISIS HEMOLISIS DAN HEMOLISIS Prihandono, Dwi Setiyo; Ameliawati, Afika; Nashirah, Najwa
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.47884

Abstract

Sampel yang hemolisis akan berpengaruh terhadap kesalahan pra-analitik di banyak laboratorium. Menurut Clinical Laboratory and Standards Institute (CLSI),pedoman pengujian untuk Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) sampel hemolisis tidak boleh digunakan untuk dilakukan pemeriksaan karena adanya potensi aktivasi faktor pembekuan dan gangguan pada akhir titik pengukuran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan nilai pemeriksaan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) dengan menggunakan sampel darah non hemolisis dan hemolisis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat Eksperimen Semu (Quasi Eksperimental Design). Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Desaign yaitu desain yang melakukan pengukuran pada kelompok yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 sampel darah dengan antikoagulan natrium sitrat yang diberi perlakuan non hemolisis, hemolisis rigan dan dan hemolisis sedang sebanyak total 39 perlakuan. Analisis normalitas data menggunakan Shapiro wilk. Uji T test berpasangan digunakan untuk mengetahui perbedaan sampel non hemolisis dan hemolisis. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) sampel Non Hemolisis dengan nilai 30 detik, sampel hemolisis ringan 20,7 detik, dan sampel hemolisis sedang 20,5 detik. Pada hasil uji univariat didapatkan hasil memendek pada sampel hemolisis ringan dan hemolisis sedang. Pada hasil uji bivariat didapatkan hasil terdistribusi normal dan pada uji T test berpasangan didapatkan adanya perbedaan nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) pada sampel hemolisis dan non hemolisis dengan p value < 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada sampel non hemolisis dan hemolisis terhadap hasil nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT).
GAMBARAN KADAR ASAM URAT DAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA OBESITAS SENTRAL Apriliani, Adinda Tria Nur; Wahyutri, Endah; Prihandono, Dwi Setiyo
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49111

Abstract

Obesitas sentral atau obesitas viseral adalah kondisi kegemukan yang ditandai dengan penumpukan lemak di bagian perut. Penumpukan lemak ini dapat meningkatkan kadar asam urat melalui pelepasan sitokin proinflamasi oleh jaringan adiposa, yang kemudian merangsang aktivitas enzim xantin oksidase sebagai pemicu pembentukan asam urat. Peningkatan kadar asam urat dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme arteriolopati pada pembuluh darah preglomerular, yang mengganggu fungsi pengaturan otomatis arteriol aferen dan menyebabkan hipertensi glomerular. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kadar asam urat dan tekanan darah pada mahasiswa dengan obesitas sentral di Poltekkes Kemenkes Kaltim. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang, melibatkan 28 responden yang diperoleh dengan teknik total sampling. Sampel berasal dari mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium Medis yang memenuhi kriteria obesitas sentral. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik pada tanggal 5 sampai 8 November 2024. Hasil menunjukkan bahwa 13 responden (46%) memiliki kadar asam urat tinggi, sedangkan 14 responden (50%) mengalami prehipertensi. Oleh karena itu, diperlukan upaya menjaga asupan makanan sehat disertai dengan olahraga rutin untuk mencegah komplikasi kesehatan lebih lanjut.
HUBUNGAN LAMA MENDERITA PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KADAR ALBUMIN DI PUSKESMAS SIDOMULYO KOTA SAMARINDA Syavamaruah, Dhaisyfa Azriel; Prihandono, Dwi Setiyo; Sukarya, I Gede Andika
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49420

Abstract

Diabetes mellitus yaitu penyakit disfungsi metabolik yang mencerminkan peningkatan gula dalam darah yang dapat menyebabkan penurunan kadar albumin akibat gangguan fungsi hormon insulin serta ketidakseimbangan asupan energi dan protein yang dibutuhkan tubuh. Diabetes melitus berpotensi menyebabkan kondisi hipoalbuminemia akibat pembatasan asupan kalori yang ditujukan untuk mengontrol kadar glukosa darah serta parameter metabolik terkait. Selain itu, asupan protein juga kerap dibatasi guna mengurangi risiko proteinuria dan komplikasi nefropati diabetik. Tujuan dari studi ini yaitu menganalisis hubungan durasi menderita diabetes melitus tipe 2 dengan kadar albumin. Kajian ini dilaksanakan dengan pendekatan studi observasional analitik dan desain cross-sectional yang melibatkan 40 responden, terdiri atas 20 penderita dengan durasi penyakit <5 tahun dan 20 penderita ≥5 tahun. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi-square. Hasil analisis menunjukkan penderita berjenis kelamin perempuan (38,47%) dan berusia 60–75 tahun (61,1%) lebih banyak mengalami hipoalbuminemia. Sebagian besar penderita dengan durasi <5 tahun memiliki kadar albumin normal (60%), sedangkan pada durasi ≥5 tahun, hipoalbuminemia ditemukan pada 55% responden. Secara statistik, tidak ditemukan hubungan signifikan antara durasi <5 tahun terhadap kadar albumin (p=0,209), namun terdapat hubungan signifikan pada durasi ≥5 tahun (p=0,043). Penelitian ini merekomendasikan penderita diabetes melitus untuk rutin memeriksa kadar albumin, menjaga pola makan, mengontrol gula darah, menerapkan gaya hidup sehat, dan mematuhi pengobatan guna mencegah komplikasi.
PROFIL CANDIDA ALBICANS PADA SPUTUM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA NIRWANA PURI SAMARINDA TAHUN 2023 Rerung, Noviani; Azahra, Sresta; Prihandono, Dwi Setiyo
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 3 (2024): SEPTEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i3.31482

Abstract

Candida albicans merupakan jamur golongan khamir bersifat dimorfik yang dapat membentuk ragi, pseudohifa, dan hifa semu serta merupakan flora normal pada tubuh manusia. Jamur ini dapat bersifat patogen apabila terdapat faktor risiko. Jamur ini dapat ditemukan pada saluran pernapasan manusia seperti paru-paru, sehingga dapat menyebabkan mikosis. Lansia rentan terinfeksi mikroorganisme khususnya jamur karena penurunan imunitas tubuh, massa tubuh, dan fungsi tubuh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jamur C.albicans pada sputum lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif dengan desain cross sectional. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak  30 sputum. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dengan kriteria inklusi sputum bersifat purulent, mukopurulent, dan mukoid. Pemeriksaan ini  diinkubasi pada suhu ruang dan suhu 40ºC selama 48 jam dengan menggunakan biakan Saboraud Dextrose Agar (SDA), dilanjutkan dengan pemeriksaan menggunakan pewarnaan langsung dengan larutan pewarna Lactophenol Cotton Blue (LPCB), yang dilanjutkan uji konfirmasi C.albicans dengan pemeriksaan Germ Tube, dan uji menggunakan media Chrom Agar. Analisa data secara univariat dengan jenis data yaitu data primer. Hasil penelitian pertumbuhan jamur Candida sp pada suhu ruang dan suhu 40ºC yaitu 29 (97%), sedangkan pertumbuhan C.albicans lebih mendominasi pada suhu 40ºC yaitu 17 (58%). Dapat disimpulkan bahwa didapatkan pertumbuhan jamur C.albicans sputum lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda.