Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PROFIL ASPERGILLUS SP PADA SPUTUM LANSIA DI PANTI LANSIA KOTA SAMARINDA TAHUN 2023 Azahra, Sresta; Prihandono, Dwi Setiyo; Sari, Khairin Adinda
Jurnal Analis Laboratorium Medik Vol 9 No 1 (2024): JURNAL ANALIS LABORATORIUM MEDIK
Publisher : UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51544/jalm.v9i1.5294

Abstract

Aspergillus sp merupakan salah satu jamur yang dapat menyebabkan mikosis pada paru-paru. Jenis penyakit dan beratnya bergantung pada status fisiologi dan imunitas manusia. Penyakit sistem pernapasan yang disebabkan jamur Aspergillus sp disebut Aspergillosis. Aspergillosis umumnya berkembang pada individu immunocompromised. Lansia cenderung mengalami berbagai perubahan fisik dan mental seiring bertambahnya usia. Perubahan lansia ditandai dengan penurunan sistem imun, penurunan massa tubuh, dan penurunan fungsi tubuh. Selain itu infeksi jamur pada lansia dapat dipengaruhi oleh penggunaan antibiotik, kondisi lingkungan, dan aktivitas. Tujuan penelitian untuk mengetahui profil jamur Aspergillus sp pada sputum lansia di Panti Lansia UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda. Jenis penelitian yaitu deskriptif dengan desain penelitian menggunakan study observasional. Sampel penelitian ini berjumlah 47 lansia berusia 60-74 tahun (elderly) di Panti Lansia UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda. Teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Penelitian ini dilakukan dengan makroskopis dan mikroskopis menggunakan metode slide culture. Data dianalisis secara univariat dalam bentuk persentase. Hasil penelitian didapatkan 18 sampel (39%) positif Aspergillus sp yang terdiri dari Aspergillus niger 14 (30%), Aspergillus flavus 3 (7%), Aspergillus niger dan Aspergillus flavus 1 (2%). Kesimpulan didapatkan pertumbuhan Aspergillus sp pada sputum lansia di Panti Lansia UPTD Panti Sosial Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda tidak menyebabkan penyakit pada lansia dengan sistem imun yang kuat.
Gambaran Kadar C-Reaktive Protein (CRP) pada Penderita Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sidomulyo Samarinda Munawaroh, Nur Fajarwati; Prihandono, Dwi Setiyo; Saputri, Maulida Julia
Anakes : Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan Vol. 9 No. 2 (2023): Anakes: Jurnal Ilmiah Analis Kesehatan
Publisher : Universitas Mohammad Husni Thamrin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37012/anakes.v9i2.1691

Abstract

Tuberkulosis adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan organ tubuh yang terinfeksi, tuberkulosis dibagi menjadi tuberkulosis ekstra paru dan tuberkulosis paru (TB Paru). Pada TB Paru pengobatan diberikan selama dua tahap, yaitu tahap intensif dan tahap lanjutan. Pemberian obat pada tahap intensif berguna untuk menurunkan jumlah bakteri TB yang menyebabkan inflamasi. Inflamasi yang terjadi akibat Mycobacterium tuberculosis pada penderita TB paru bisa menyebabkan peningkatan kadar CRP. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kadar CRP pada penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Sidomulyo Samarinda. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan metode pemeriksaan CRP semi kuantitatif. Analisis yang digunakan berupa analisis univariat dengan variabel kadar CRP terhadap usia dan masa pengobatan berjumlah 28 sampel. Didapatkan hasil analisis dari 28 sampel berdasarkan ketiga kelompok usia yang memiliki kadar CRP ≥ 6 mg/L terdapat pada usia dewasa sebanyak 16 orang (57%) dan berdasarkan masa pengobatan yang memiliki kadar CRP ≥ 6 mg/L terdapat pada tahap awal sebanyak 11 orang (39%). Kesimpulan : Kadar CRP ≥ 6 mg/L paling banyak terdapat pada kelompok usia dewasa dan pada masa pengobatan tahap awal. Dari hasil penelitian ini disarankan bagi penderita TB Paru untuk memeriksakan kadar CRP sebagai pemantauan inflamasi yang terjadi dan mengetahui keberhasilan pengobatan.Kata kunci: CRP, Masa Pengobatan, Usia
ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN MAHASISWA DENGAN KEBIASAAN SARAPAN Hartini, Supri; Prihandono, Dwi Setiyo; Gustiani, Dinda
Journal Health & Science : Gorontalo Journal Health and Science Community Vol 8, No 1 (2024): JANUARI: JOURNAL HEALTH AND SCIENCE : GORONTALO JOURNAL HEALTH AND SCIENCE COMMU
Publisher : Gorontalo State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35971/gojhes.v8i1.21929

Abstract

Dalam penyediaan gizi masyarakat, Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah yang besar. Kebiasaan sarapan terkadang sering diabaikan pada setiap orang khususnya remaja. Melewatkan sarapan menyebabkan hilangnya energi dan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin adalah asupan gizi. Ditandai dengan kadar hemoglobin rendah menjadi faktor adanya anemia karena rendahnya cadangan zat besi. Kebaruan penelitian ini karena menganalisis kadar hemoglobin mahasiswa dengan kebiasaan sarapan. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui Menganalisis Kadar Hemoglobin pada Mahasiswa Dengan Kebiasaan Sarapan di Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Kemenkes Kaltim. Penelitian dilakukan dengan rekomendasi uji etik RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda No.101/KEPK-AWS/V/2023 di Laboratorium Hematologi Prodi D-III Teknologi Laboratorium Medis. Jenis penelitian yang digunakan deskriptif dengan desain cross sectional. Variabel penelitian ini kebiasaan sarapan dan kadar hemoglobin. Jumlah sampel yang dibutuhkan 163 sampel dari jumlah populasi menggunakan rumus slovin. Analisa data dilakukan secara univariat satu variabel pada hasil pengukuran kebiasaan sarapan dan kadar hemoglobin. Hasil pemeriksaan laboratorium dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kebiasaan sarapan pagi memiliki kadar hemoglobin yang normal sebanyak 86 mahasiswa dan terdapat 2 mahasiswa dengan kebiasaan sarapan memiliki kadar hemoglobin yang rendah. Adapun mahasiswa dengan tidak kebiasaan sarapan pagi memiliki kadar hemoglobin yang rendah sebanyak 61 mahasiswa dan terdapat 14 mahasiswa dengan tidak kebiasaan sarapan pagi memiliki kadar hemoglobin yang normal. Kesimpulannya mahasiswa dengan kebiasaan sarapan pagi memiliki kadar hemoglobin normal.
Gambaran Kadar Prothobin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) pada Pasien Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Safitri, Fifit Safitri; Prihandono, Dwi Setiyo; Rica, Fitri Nur
Borneo Journal of Science and Mathematics Education Vol 4 No 2 (2024): Borneo Journal of Science and Mathematics Education, June 2024
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training of UINSI Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21093/bjsme.v4i2.8865

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi pada berbagai organ, termasuk sistem kardiovaskular. Pada DM, hiperkoagulasi dan disfungsi endotel dapat meningkatkan risiko tromboemboli. Pemeriksaan Prothrombin Time (PT) dan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) digunakan untuk menilai status koagulasi pasien DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden berdasarkan usia dan jenis kelamin pasien Diabetes Mellitus serta untuk mengetahui kadar PT dan APTT pada pasien DM di RSUD AWS Samarinda. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain observasional. Populasi penelitian ini terdiri dari 50 responden yang menjalani pemeriksaan PT dan APTT dalam waktu 6 bulan (Oktober 2023 - Maret 2024). Teknik pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT memanjang paling banyak terjadi pada laki-laki, sedangkan PT normal paling banyak terjadi pada perempuan. APTT memanjang paling banyak terjadi pada perempuan, dan APTT normal juga paling banyak terjadi pada perempuan. PT dan APTT memanjang paling banyak ditemukan pada usia 50-59 tahun. PT dan APTT memendek sangat jarang terjadi. PT dan APTT normal paling banyak ditemukan pada usia 37-49 tahun. Jumlah responden dengan PT memanjang adalah 15 orang, PT normal 35 orang, APTT memanjang 6 orang, APTT memendek 1 orang, dan APTT normal 43 orang. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa PT berdasarkan jenis kelamin dan usia. Laki-laki memanjang 8 orang, perempuan normal 23 orang, usia 50-59 tahun memanjang 8 orang, usia 37-49 tahun normal 12 orang serta APTT berdasarkan jenis kelamin dan usia. Perempuan memanjang 5 orang, normal 24 orang; usia 60-70 tahun memanjang 2 orang, usia 50-59 tahun normal 17 orang.
Pengaruh Lama Penyimpanan 5 Jam dan 10 Jam pada Suhu 2-8 0C Terhadap Kadar Glycated Hemoglobin (HbA1c) Prihandono, Dwi Setiyo; Waluyo, Fike
Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS.Dr. Soetomo Vol 5, No 2 (2019): JMK Yayasan RS.Dr.Soetomo, Kedua 2019
Publisher : STIKES Yayasan RS.Dr.Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.4 KB) | DOI: 10.29241/jmk.v5i2.162

Abstract

ABSTRAKTes HbA1c digunakan untuk mendiagnosa Diabetes Mellitus. Pada tes laboratorium HbA1c kadar glukosa tidak dipengaruhi oleh fluktuasi glukosa harian. Maka dari itu tes HbA1c digunakan sebagai tes pengendalian Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah ada pengaruh lama penyimpanan 5 jam dan 10 jam pada suhu 2-8 oC terhadap kadar HbA1c. Jenis penelitian adalah penelitian Observasi Analitik. Menggunakan 20 sampel darah whole blood yang dilakuan pemeriksaan kadar HbA1c. Sampel diberi perlakuan yaitu tanpa penyimpanan, penyimpanan pada suhu 2-8 oC selama 5 jam, penyimpanan pada suhu 2-8 0C selama 10 jam. Dari tes Kolmogorov Smirnov, menunjukkan bahwa data tidak terdistribusi normal dengan p value 0,025 (P <0,05). Untuk menguji apakah ada pengaruh lama penyimpanan 5 jam dan 10 jam pada suhu 2-8 oC terhadap kadar HbA1c, dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,929 dengan demikian P > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh lama penyimpanan 5 jam dan 10 jam pada suhu 2-8 oC terhadap kadar HbA1c. Proses penundaan pemeriksaan dan penyimpanan sampel darah perlu diperhatikan, karena kesalahan pada faktor pra analitik akan mempengaruhi kondisi sampel whole blood yang akan dilakukan analisa HbA1c yang akan dapat memberikan hasil tinggi palsu atau rendah palsu. Kata kunci : Lama Penyimpanan 5 Jam Dan 10 Jam, Suhu 2-8 0C, HbA1c
GAMBARAN RHEUMATOID FACTOR (RF) PADA WANITA PRA LANSIA DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Yusena, Diva Arashelly; Prihandono, Dwi Setiyo; Anggrieni, Nurul
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 4 No 2 (2024): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v4i2.2569

Abstract

Latar Belakang Rematoid faktor (RF) pada wanita pra-lansia adalah penanda autoantibodi yang penting dalam diagnosis Rheumatoid Arthritis (RA). Wanita pada usia ini cenderung memiliki respon imun yang meningkat terhadap self antigen, dipengaruhi oleh perubahan hormonal seperti menopause, yang dapat memicu autoimunitas. Tujuan : Pemeriksaan Rheumatoid Factor (RF) pada lansia bertujuan untuk deteksi dini penyakit kronis seperti Rheumatoid Arthritis (RA). Adapun tujuan penelitian Mengetahui gambaran Rheumatoid Factor (RF) pada wanita pra lansia di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Metode : Tehnik pengambilan sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tehnik total sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 wanita pra lansia yang melakukan pengambilan darah di laboratorium RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan semi kuantitatif dengan menggunakaan analisa univariate. Hasil : penelitian menunjukkan bahwa 10% dari responden menunjukkan hasil positif untuk Rheumatoid Factor (RF), sementara 90% lainnya negatif. Faktor penyebab hasil positif meliputi pekerjaan, riwayat keluarga dengan penyakit sendi, lingkungan tempat tinggal, penggunaan obat-obatan, dan nyeri sendi persisten. Pentingnya faktor genetik, lingkungan, dan gaya hidup dalam patogenesis Rheumatoid Factor (RF).
GAMBARAN JUMLAH LEUKOSIT PADA PASIEN KANKER SERVIKS PASCA KEMOTERAPI DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE PERIODE TAHUN 2020-2023 Ritmawati, Adella Rahma; Prihandono, Dwi Setiyo; Saputri, Maulida Julia
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.35593

Abstract

Kanker serviks biasa dikenal dengan kanker leher rahim yang terjadi pada daerah leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Kanker serviks adalah kanker terbesar kedua penyebab kematian pada perempuan di dunia dengan angka kematian mencapai 288.000 kasus per tahun. Leukosit yang memiliki fungsi utama sebagai pertahanan tubuh, apabila jumlahnya berkurang maka akan menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh mudah terkena berbagai penyakit. Tujun dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jumlah leukosit pada pasien kanker serviks pasca kemoterapi periode 2020-2023 di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian yang dilakukan adalah retrospektif. Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap yang terdiagnosis kanker serviks di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie pada tahun 2020-2023. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel. Data yang diperolah dari kuisioner dan hasil pemeriksaan jumlah leukosit sebelum dan sesudah kemoterapi pada pasien kanker serviks kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan 1) jumlah terapi yang dilakukan pasien Kanker serviks kurang dari 5 kali (81.7%) lebih banyak dibandingkan dengan terapi yang dilakukan lebih dari 5 kali. 2) Jumlah leukosit pada pasien kanker serviks sebelum kemoterapi lebih tinggi (70%) dibandingkan sesudah kemoterapi (61.7%). 3) Staidum kanker servik >2 sebanyak 16 pasien (26.7%), sedangkan pasien dengan staidum kanker serviks 2 berjumlah 44 pasien (73.3%).
GAMBARAN PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS DITINJAU DARI PEMERIKSAAN RHEUMATOID FAKTOR PADA LANSIA USIA 50-70 TAHUN DI RSUD ABDOEL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Handayani, Cindy; Wahyunie, Sri; Prihandono, Dwi Setiyo; Hartono, Agus Rudi
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 5 No. 4 (2024): DESEMBER 2024
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v5i4.35623

Abstract

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik, peningkatan risikonya sebagian besar disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Rheumatoid Arthritis (RA) sering terjadi pada usia 45-70 tahun karena pada usia tersebut cenderung terjadi perubahan pola makan dan pola hidup yang biasanya  akan menimbulkan gangguan kesehatan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena usia 45 tahun merupakan usia milestone atau usia transisi dalam kehidupan seseorang. Dalam kondisi tersebut semua perubahan dapat terjadi dan terdapat satu hal yang tidak dapat dihindarkan yaitu transisi menuju penuaan. Kondisi ini menyerang wanita dua sampai tiga kali lebih banyak dari pada pria dan biasanya dimulai antara usia 25 dan 50 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran penderita Rheumatoid Arthritis (RA) melalui pemeriksaan rheumatoid faktor (RF) pada lansia usia 50-70 tahun di RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar rheumatoid faktor (RF) pada lansia. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan usia 50-70 tahun yang melakukan pemeriksaan rheumatoid faktor (RF) sebanyak 30 sampel di Laboratorium RSUD Abdoel Wahab Sjahranie Samarinda. Analisis data yang digunakan, yaitu univariate dengan mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Hasil penelitian menunjukan pemeriksaan Rheumatoid Faktor (RF) kualitatif terhadap 30 sampel di dapatkan 3 sampel yang menunjukkan reaksi positif (aglutinasi) yaitu sampel no 18,19 dan 20. Sebanyak 3 sampel positif dilanjutkan ke Rheumatoid Faktor semi-kuantitatif di dapatkan hasil pada sampel 1 hasil menunjukan kadar titer sebesar 256 ul/ml (3,3%), pada sampel 2 titer menunjukan kadar titer sebesar 64 ul/ml (3,3%), sampel 3 titer menunjukan kadar titer sebesar 128 ul/ml (3,3%).
PERBEDAAN NILAI PEMERIKSAAN ACTIVATED PARTIAL THROMBOPLASTIN TIME (APTT) DENGAN MENGGUNAKAN SAMPEL DARAH NON HEMOLISIS HEMOLISIS DAN HEMOLISIS Prihandono, Dwi Setiyo; Ameliawati, Afika; Nashirah, Najwa
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.47884

Abstract

Sampel yang hemolisis akan berpengaruh terhadap kesalahan pra-analitik di banyak laboratorium. Menurut Clinical Laboratory and Standards Institute (CLSI),pedoman pengujian untuk Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) sampel hemolisis tidak boleh digunakan untuk dilakukan pemeriksaan karena adanya potensi aktivasi faktor pembekuan dan gangguan pada akhir titik pengukuran. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan nilai pemeriksaan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) dengan menggunakan sampel darah non hemolisis dan hemolisis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat Eksperimen Semu (Quasi Eksperimental Design). Desain penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Desaign yaitu desain yang melakukan pengukuran pada kelompok yang diberi perlakuan dan tidak diberi perlakuan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 13 sampel darah dengan antikoagulan natrium sitrat yang diberi perlakuan non hemolisis, hemolisis rigan dan dan hemolisis sedang sebanyak total 39 perlakuan. Analisis normalitas data menggunakan Shapiro wilk. Uji T test berpasangan digunakan untuk mengetahui perbedaan sampel non hemolisis dan hemolisis. Hasil penelitian ini didapatkan rata-rata nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) sampel Non Hemolisis dengan nilai 30 detik, sampel hemolisis ringan 20,7 detik, dan sampel hemolisis sedang 20,5 detik. Pada hasil uji univariat didapatkan hasil memendek pada sampel hemolisis ringan dan hemolisis sedang. Pada hasil uji bivariat didapatkan hasil terdistribusi normal dan pada uji T test berpasangan didapatkan adanya perbedaan nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT) pada sampel hemolisis dan non hemolisis dengan p value < 0,05. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan pada sampel non hemolisis dan hemolisis terhadap hasil nilai Activated Partial Thromboplastin Time (APTT).
GAMBARAN KADAR ASAM URAT DAN TEKANAN DARAH PADA MAHASISWA OBESITAS SENTRAL Apriliani, Adinda Tria Nur; Wahyutri, Endah; Prihandono, Dwi Setiyo
Jurnal Kesehatan Tambusai Vol. 6 No. 3 (2025): SEPTEMBER 2025
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/jkt.v6i3.49111

Abstract

Obesitas sentral atau obesitas viseral adalah kondisi kegemukan yang ditandai dengan penumpukan lemak di bagian perut. Penumpukan lemak ini dapat meningkatkan kadar asam urat melalui pelepasan sitokin proinflamasi oleh jaringan adiposa, yang kemudian merangsang aktivitas enzim xantin oksidase sebagai pemicu pembentukan asam urat. Peningkatan kadar asam urat dapat menyebabkan hipertensi melalui mekanisme arteriolopati pada pembuluh darah preglomerular, yang mengganggu fungsi pengaturan otomatis arteriol aferen dan menyebabkan hipertensi glomerular. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kadar asam urat dan tekanan darah pada mahasiswa dengan obesitas sentral di Poltekkes Kemenkes Kaltim. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan potong lintang, melibatkan 28 responden yang diperoleh dengan teknik total sampling. Sampel berasal dari mahasiswa Jurusan Teknologi Laboratorium Medis yang memenuhi kriteria obesitas sentral. Pemeriksaan dilakukan di Laboratorium Kimia Klinik pada tanggal 5 sampai 8 November 2024. Hasil menunjukkan bahwa 13 responden (46%) memiliki kadar asam urat tinggi, sedangkan 14 responden (50%) mengalami prehipertensi. Oleh karena itu, diperlukan upaya menjaga asupan makanan sehat disertai dengan olahraga rutin untuk mencegah komplikasi kesehatan lebih lanjut.