Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DAN NON VISUALPADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DI SMP DENGAN TEORI VAN HIELE Romika, Romika
MAJU : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2014): MAJU : Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika
Publisher : STKIP Bina Bangsa Meulaboh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Kemampuan pemecahan masalah adalah suatu cara yang baik untuk meningkatkan kualitas siswa dalam memahami setiap materi ajar yang diterima. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tingkat kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika yaitu materi bangun ruang sisi datar khususnya materi balok dan kubus dengan menggunakan media visual dan non visual dengan teori  Van Hiele. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dan dengan jenis penelitian deskriptif, dimana setiap hasil dari analisis ini akan diungkapkan secara lebih cermat dan jelas tentang kemampuan pemecahan masalah siswa dalam menyelesaikan soal. Subjek penelitian ini adalah kelas VIII A SMPN 1 Meulaboh. Pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, tes kemampuan pemecahan masalah, dan pedoman wawancara. Teknik analisis datanya menggunakan validitas konstruk yaitu dengan cara memvalidkan kepada 2 orang dosen yang berkaitan.  Dari penelitian yang telah dilakukan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kemampuan siswa di SMPN 1 Meulaboh dalam pembelajaran menggunakan media visual dan nonvisual dengan teori Van Hiele telah mencapai tingkat yang tinggi yaitu yang memiliki nilai dari 81-100 (tergolong sangat tinggi) adalah 13 orang yaitu sebesar 54,16%,nilai 61-80 (tergolong tinggi) 2 peserta didik sebesar 8,3% , yang memiliki nilai dari 41-60 (tergolong cukup)  adalah 2 peserta didik yaitu sebesar 8,3 %. Peserta didik yang memiliki nilai dari 21-40 (tergolong rendah) adalah 4 peserta didik yaitu sebesar 16,6 %,  dan yang terakhir nilai dari 0-20 (tergolong sangat redah) adalah 3 orang beserta didik yaitu sebesar 12,5% siswa tidak memiliki nilai. Sesuai hasil yang telah diperoleh maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa siswa di SMPN 1 Meulaboh memiliki kemampuan pemecahan masalah yang tinggi dengan 15 atau 62,46% siswa telah bisa menyelesaikan soal yang telah diteskan, siswa-siswa tersebut sudah mampu memahami dengan baik apa yang ditampilkan dari soal tes yang di diberikan. Walaupun dalam proses penyelesaian soal siswa juga mendapat kesulitan, namun sudah cukup baik. Siswa di SMPN 1 Meulaboh telah mampu mencapai  tahap deduksi yaitu tingkat ke 3 (deduksi) dari 4 tingkatan yaitu ada tingkat 0 (visualisasi), tingkat 1 (analisis), tingkat 2 (abstraksi), tingkat 3 (deduksi)  dan tingkat 4 (rigor) ,walaupun ada juga beberapa orang siswa yang masih kurang dalam tahap deduksi ini.Kata Kunci: Pemecahan Masalah, Visual,  Non Visual.
Learning Strategies Of Sunday School Teachers In Installing The Character Of Discipline Romika, Romika; Sianturi , Ruth
International Journal Of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS) Vol 3 No 6 (2024): IJHESS JUNE 2024
Publisher : CV. AFDIFAL MAJU BERKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55227/ijhess.v3i6.1046

Abstract

Sunday School means traditional church To train children in Biblical truth. However, Sunday Schools, and more broadly, children's ministry programs, are undergoing a change in identity. The aim of this research is to describe Sunday school teachers' strategies in instilling disciplined character in GBI Bassura Sunday School children. The method used in this research is a qualitative descriptive method with a literature review approach, which means through a study of various references. The research results show that Sunday School teachers should develop learning strategies that contain a disciplinary character. Possible strategies include: 1) Developing a learning curriculum based on discipline education, 2) Conducting regular meetings between parents and Sunday School children, 3) Determining punishments and rewards, 4) Carrying out group coaching, 5) Implementing habituation methods. In conclusion, by consistently implementing effective strategies, the Sunday Teachers' School will give birth to a generation of Christians who have disciplined character in accordance with Christian values.
The Role Of Christian Religious Education In Developing 21st Century Skills In Church Youth Sianturi, Ruth; Romika, Romika
International Journal Of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS) Vol 4 No 1 (2024): IJHESS AUGUST 2024
Publisher : CV. AFDIFAL MAJU BERKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55227/ijhess.v4i1.1059

Abstract

This article examines the role of Christian Religious Education (PAK) in developing 21st century skills among church youth. In an era of constant change, where technology and globalization affect all aspects of life, PAK not only focuses on teaching spiritual and moral values, but also supports the development of skills such as critical thinking, collaboration, effective communication and creativity. This research uses a qualitative descriptive approach, with a focus on literature study. By using this method, research emphasizes the importance of using literature to understand best practices and theories that support the integration of 21st century skills in the context of religious education, thereby enabling church youth to be more adaptive and innovative in dealing with social and technological problems. . dynamics. The results of this research through an integrated approach between theology and practical skills, PAK seeks to equip the younger generation with the tools necessary to succeed and contribute positively in modern society. This article discusses how PAK's curriculum and teaching methods can be adapted to be more relevant to the needs of church youth, preparing them to become leaders and bringers of change in the future. The conclusion from conducting this research is that in facing the challenges of the 21st century, Christian Religious Education (PAK) plays an important role in equipping the young generation of the church with skills that not only support their spiritual growth but also prepare them to become competent and empathetic world citizens.
STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI IBADAH SEKOLAH MINGGU Romika, Romika; Varyanti, Varyanti; Palar, Yolanda Nany
JURNAL DARMA AGUNG Vol 32 No 2 (2024): APRIL
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Darma Agung (LPPM_UDA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46930/ojsuda.v32i2.4562

Abstract

Penelitian bertujuan untuk menyelidiki strategi pembentukan karakter anak usia dini melalui ibadah sekolah Minggu. Melalui ibadah sekolah minggu, anak-anak belajar nilai-nilai moral dan spiritual yang dikemas dalam bentuk ibadah anak. Pendidikan karakter adalah proses pengajaran nilai-nilai, etika, moral, dan kepribadian yang bertujuan untuk membantu anak-anak dalam membuat keputusan yang tepat tentang apa yang baik dan buruk, menjaga hal-hal yang baik, serta menerapkan kebaikan tersebut dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh komitmen. Metode yang digunakan adalah kualitatif. Hasil penelitian ini adalah terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan, yaitu: 1) Pembelajaran Firman Tuhan melalui Alkitab, 2) Kegiatan Ibadah Interaktif, 3) Kegiatan Penjangkauan, 4) Teladan Positif, 5) Kolaborasi dengan Orang Tua, 6) Bimbingan dan Dukungan yang Konsisten. Kesimpulannya yaitu pembentukan karakter anak usia dini merupakan aspek penting dalam perkembangan anak. Salah satu strategi yang efektif untuk mencapai tujuan tersebut melalui kegiatan ibadah sekolah minggu. Ibadah sekolah minggu tidak hanya memberikan pengetahuan agama tetapi juga menanamkan pendidikan karakter yang dapat menjadi pondasi penting dalam kehidupan sehari-hari anak usia dini.
Parodi “Perjamuan Terakhir” Olimpiade Paris Sebagai Produk Kontradiktif Postmodern terhadap Nilai Kristiani Yustinus, Yustinus; Sirait, Hikman; Romika, Romika
Ritornera - Jurnal Teologi Pentakosta Indonesia Vol 4, No 3 (2024): Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen - Desember 2024
Publisher : Pusat Studi Pentakosta Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54403/rjtpi.v4i3.109

Abstract

AbstractThis study aims to discuss the parody of "The Last Supper" presented during the opening of the 2024 Paris Olympics as a contradictory product of postmodern values against Christian values. This research employs a qualitative method through literature review. The method not only focuses on collecting data but also aims to deeply analyze the identified sources so that each piece of data can provide arguments that either support or refute the main analysis. The study explores the value conflicts arising between the original meaning of The Last Supper in Matthew 26:17-29 and its reinterpretation in modern culture. The findings reveal that the narrative of The Last Supper in the Gospel carries several significant messages or meanings, which give rise to spiritual values as part of God's covenant with His people. The first meaning is that Jesus' Last Supper serves as a reminder of God's promise to reunite with His people at the Lamb's Supper in Heaven. The second meaning is the value of liberation. The third meaning highlights the understanding that the disciples are part of the same body of Christ. The fourth meaning is the fellowship value (1 Corinthians 10:16b). The fifth meaning pertains to sanctification, where the wine shared by Jesus symbolizes His blood shed for all humanity. The sixth meaning emphasizes gratitude, as The Last Supper embodies a practice of thanksgiving. The seventh meaning views The Last Supper as a sacred liturgy. The eighth meaning focuses on evangelism. The ninth meaning reflects the extraordinary value of Jesus' total surrender. Finally, the tenth meaning represents The Last Supper as a symbol of the New Covenant. In conclusion, understanding the profound and sacred values of The Last Supper opens the eyes of Christians to the immense love and grace of God for humanity. These values should inspire Christians to remain steadfast and grow stronger in their faith in Christ.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk membahas parodi “Perjamuan Terakhir” yang ditampilkan dalam pembukaan Olimpiade Paris 2024 sebagai produk kontradiktif nilai-nilai postmodern terhadap nilai-nilai Kristiani. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi literatur. Metode ini tidak hanya berfokus pada pengumpulan data, tetapi juga bertujuan untuk menganalisis secara mendalam sumber-sumber yang diidentifikasi, sehingga setiap data yang diperoleh dapat memberikan argumen yang mendukung atau menampik analisis utama.  Penelitian ini mengeksplorasi konflik nilai yang muncul antara makna asli Perjamuan Terakhir dalam Matius 26:17-29 dengan interpretasi budaya modern. Hasil penelitian yaitu narasi Perjamuan Terakhir di Injil mengandung beberapa makna atau pesan penting yang melahirkan nilai-nilai spiritual sebagai bagian dari janji Allah bagi umat-Nya. Makna pertama, Perjamuan Terakhir Yesus sebagai pengingat akan janji Allah untuk berkumpul bersama Tuhan kembali dalam Perjamuan Anak Domba Allah di Surga, Makna kedua adalah makna pembebasan, makna ketiga memberi pemahaman bahwa para murid adalah bagian dari satu tubuh Kristus yang sama. Makna keempat, Perjamuan Tuhan memiliki makna persekutuan (1 Kor 10:16b). Makna kelima, yakni nilai pengudusan. Anggur yang Yesus bagikan adalah simbol darah-Nya yang tercurah bagi semua umat manusia. Makna keenam, Perjamuan Terakhir sebagai praktik pengucapan syukur. Makna ketujuh, Perjamuan Terakhir sebagai liturgi sakral. Makna kedelapan, adalah makna penginjilan. Makna kesembilan adalah nilai penyerahan total Yesus yang luar biasa. Makna kesepuluh, Perjamuan Terakhir sebagai simbol Perjanjian Baru. Kesimpulan Pemahaman akan makna Perjamuan Terakhir yang mengandung nilai-nilai suci dan mulia membuka mata umat Kristen akan besarnya kasih dan anugerah Tuhan bagi manusia. Nilai-nilai yang selayaknya membuat umat Kristen bertahan bahkan semakin kuat dengan imannya kepada Kristus.
Kepemimpinan Kristen Transformatif Berbasis inklusif dan implikasinya bagi Lembaga Disabilitas Kristen di Indonesia Carolina, Gressia; Romika, Romika; Rahayu, Esti
Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan Vol 11 No 1.A (2025): Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 
Publisher : Peneliti.net

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to explore the application of inclusive-based transformative Christian leadership in supporting the empowerment of persons with disabilities in Christian disability institutions in Indonesia. This research employs a qualitative research method in the form of library research, which involves collecting, studying, and drawing conclusions from sources such as articles, journals, and books related to the discussed topic. The analysis indicates that inclusive-based transformative Christian leadership promotes a paradigm shift in the management of disability institutions. Leaders who apply the values of love, justice, and respect for diversity succeed in creating a collaborative environment that prioritizes the active participation of persons with disabilities in decision-making processes. Inclusive-based transformative Christian leadership not only addresses the needs of disability institutions but also reflects the Christian mission of serving with love, justice, and respect for all individuals
Strategi Pendidikan Kristen dalam Mengatasi Fenomena FoMO pada Remaja di Gereja Pandie, Remegises Danial Yohanis; Romika, Romika; Sitanggang, Martauli Dina Rahayu; Bangngu, Ester
Sabda: Jurnal Teologi Kristen Vol 6, No 1 (2025): MEI
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55097/sabda.v6i1.206

Abstract

This writing aims to examine the Christian education perspective on the FoMO phenomenon and Christian education strategies to solve the FoMO problem that occurs among teenagers in the church, so that it has a new perspective that can contribute to the church paying more attention to teenagers in using social media or directing teenagers to have the right motivation. In church. Where, The FoMO phenomenon not only occurs in the form of dependence on social media to view certain subjects, but in the real world it occurs in idolizing someone excessively, so that teenagers forget the main goal and essence of church. The research method used is a qualitative phenomenological method and literature study. The research results show that Christian education strategies in overcoming the FoMO phenomenon in the church are throughapproach teenagers;church special programs for teenagers; Christian Education collaborates with families to provide instructional equipment to youth; Christian Education creates talk shows; Christian education creates camp activities; Christian education directs teenagers to have the right motivation in church; Christian education directs teenagers to use social media properly and correctly. Good Christian education produces spirituality for teenagers.Abstrak:Penulisan ini bertujuan mengkaji sudut pandang pendidikan Kristen tentang fenomena FoMO dan strategi pendidikan Kristen menyelesaikan persoalan FoMO yang terjadi pada remaja di gereja, sehingga memiliki kebaharuan yang bisa memberikan sumbangsih bagi gereja untuk lebih memperhatikan remaja dalam menggunakan media sosial ataupun mengarahkan remaja untuk memiliki motivasi yang benar dalam bergereja. Di mana, fenomena FoMO tidak saja terjadi dalam bentuk ketergantungan terhadap media sosial untuk melihat subyek tertentu, namun dalam dunia nyata terjadi dalam mengidolakan seseorang secara berlebihan, sehingga remaja melupakan tujuan utama dan esensi dalam bergereja. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif fenomenologis dan studi ahasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pendidikan Kristen dalam mengatasi fenomena FoMO di gereja melalui melakukan pendekatan terhadap remaja; gereja program khusus untuk remaja; Pendidikan Kristen bekerja sama dengan keluarga memberikan pengajaran perlengkapan kepada para remaja; Pendidikan Kristen membuat talks show; Pendidikan Kristen membuat kegiatan camp; Pendidikan Kristen mengarahkan remaja untuk memiliki motivasi yang benar dalam bergereja; Pendidikan Kristen mengarahkan remaja untuk menggunakan media sosial dengan baik dan benar. Pendidikan Kristen yang baik menghasilkan spiritualitas yang bagi bagi remaja. Kata Kunci: Pendidikan Kristen; Remaja; Gereja; Fear of Missing Out; Fenomena. 
Pengajaran Baptisan Roh Kudus Perspektif Pentakostal dan Pertumbuhan Rohani Jemaat Kontemporer: Studi Kasus pada Jemaat GBI Jalan Tapos Cibinong Willison, Hiu; Timadius, Hendrik; Romika, Romika
Fidei: Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika Vol 8 No 1 (2025): Juni 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34081/fidei.v8i1.648

Abstract

Baptisan Roh Kudus merupakan doktrin sentral dalam teologi Pentakostal yang diyakini membawa transformasi rohani bagi jemaat, tetapi tetap menjadi perdebatan di berbagai tradisi gereja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi pengajaran Baptisan Roh Kudus dalam perspektif Pentakostal serta implikasinya terhadap pertumbuhan rohani jemaat kontemporer, dengan studi kasus di GBI Jalan Tapos Cibinong. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dan studi kasus, melalui wawancara semi-terstruktur dengan pemimpin gereja dan jemaat, observasi ibadah, serta analisis dokumentasi program pembinaan rohani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengajaran yang sistematis dan berbasis komunitas, seperti Kehidupan Orientasi Melayani (KOM) dan Community of Love (COOL), efektif dalam memperkuat pemahaman doktrinal dan pengalaman rohani jemaat. Selain itu, ibadah profetik dan altar call berperan dalam menciptakan ruang bagi jemaat untuk mengalami kepenuhan Roh Kudus secara personal. Namun, gereja perlu menjaga keseimbangan antara pengalaman rohani dan kedewasaan doktrinal agar tidak terjadi subjektivisme rohani yang berlebihan. Penelitian ini menegaskan bahwa pendekatan pengajaran yang adaptif dan kontekstual diperlukan untuk memastikan relevansi doktrin Baptisan Roh Kudus dalam menghadapi tantangan gereja masa kini.
PERAN PENDIDIKAN KRISTEN SEBAGAI SOLUSI MENGHADAPI GAYA HIDUP HEDONISME BERKEDOK SELF-REWARD DI KALANGAN ANAK MUDA Romika, Romika; Haninun, Merlin; Paly, Yunita
Inculco Journal of Christian Education Vol 5, No 3 (2025): Vol 5, No 3 (2025): September 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v5i3.272

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji peran pendidikan Kristen sebagai solusi dalam menghadapi gaya hidup hedonisme berkedok self-reward yang semakin marak di kalangan anak muda. Gaya hidup ini sering kali dikaitkan dengan pencarian kebahagiaan melalui konsumsi material dan kepuasan diri yang berlebihan. Pendidikan Kristen yang berlandaskan Alkitab, dengan fondasi nilai-nilai spiritualitas merupakan dasar yang dapat merubah pola pikir dan perilaku yang lebih seimbang. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada para pendidik Kristen, tokoh agama, serta anak muda kristen. Hasil penelitian ini adalah Pendidikan Kristen memegang peranan penting dalam menghadapi gaya hidup hedonisme berkedok self-reward di kalangan anak muda. Peran pendidikan kristen terdiri dari: 1) Menanamkan Penguasaan Diri/Self-Control, 2) Mengajarkan Tentang Prioritas Hidup, 3) Pengembangan Keterampilan Mengelola Keuangan, 4) Menanamkan Rasa Syukur, 5) Membentuk Komunitas yang Mendukung, 6) Menanamkan Kesadaran Identitas di Dalam Kristus. Kesimpulan, penerapan pendidikan Kristen secara konsisten dapat menjadi benteng yang kuat dalam menghadapi arus hedonisme. Kesimpulannya, pendidikan Kristen berperan efektif sebagai solusi dalam menghadapi gaya hidup hedonisme berkedok self-reward. Pendidikan Kristen menanamkan nilai-nilai Alkitabiah,  moral, penguasaan diri, dan kesadaran sosial yang mampu menahan arus hedonisme.This study aims to examine the role of Christian education as a solution to counter the hedonistic lifestyle disguised as self-reward, which is increasingly prevalent among young people. This lifestyle is often associated with the pursuit of happiness through material consumption and excessive self-gratification. Christian education, grounded in the Bible and spiritual values, serves as a foundation for transforming mindsets and fostering more balanced behaviors. This research employs a qualitative approach, using in-depth interviews with Christian educators, religious leaders, and Christian youth. The findings reveal that Christian education plays a pivotal role in addressing the hedonistic lifestyle disguised as self-reward among young people. Its roles include: 1) Instilling Self-Control, 2) Teaching About Life Priorities, 3) Developing Financial Management Skills, 4) Fostering Gratitude, 5) Building Supportive Communities, and 6) Instilling Identity Awareness in Christ. In conclusion, the consistent application of Christian education can serve as a strong fortress against the tide of hedonism. It effectively acts as a solution by instilling biblical values, morality, self-control, and social awareness that counteract the influence of hedonism. 
Prinsip Mendengarkan dalam Pemulihan Trauma Anak di Panti Asuhan Kristen: Sebuah Pendekatan Psikoteologis Yustinus, Yustinus; Meriyana, Meriyana; Romika, Romika
Immanuel: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 6, No 2 (2025): OKTOBER 2025
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v6i2.446

Abstract

Child trauma recovery in Christian orphanages requires a holistic approach integrating psychology and theology. However, practical models that operationally blend these two perspectives remain limited. This qualitative study aims to develop a mentoring model based on the principle of "listening" through a psychotheological approach. Using a literature study method, this research synthesizes theories of humanistic and trauma psychology (particularly from Carl Rogers and Danel Siegel) with a hermeneutical analysis of Biblical texts. The study yields an integrative model comprising three practical steps: unconditional self-acceptance, strengthening self-esteem, and providing space for self-expression. These three steps operationalize the listening principle within a framework combining attentiveness, valuing, empathizing, and loving. This study provides a theoretical contribution to Christian counseling literature by offering a structured psychotheological model. Practically, this model can serve as an applicable guide for orphanage caregivers in creating a restorative environment for child trauma survivors.AbstrakPemulihan trauma anak di panti asuhan Kristen memerlukan pendekatan holistik yang mengintegrasikan ilmu psikologi dan teologi. Namun, model praktis yang secara operasional memadukan kedua perspektif tersebut masih terbatas. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengembangkan sebuah model pendampingan berbasis prinsip "mendengarkan" melalui pendekatan psikoteologis. Dengan metode studi literatur, penelitian ini mensintesis teori-teori psikologi humanistik dan trauma (terutama dari Carl Rogers dan Danel Siegel) dengan hermeneutika teks Alkitab. Penelitian menghasilkan model integratif tiga langkah praktis, yaitu penerimaan diri tanpa syarat, penguatan harga diri, dan pemberian ruang ekspresi diri. Ketiga langkah ini mengoperasionalisasikan prinsip mendengarkan dalam sebuah kerangka kerja yang memadukan sikap memperhatikan, menghargai, berempati, dan mengasihi. Studi ini memberikan kontribusi teoretis bagi literatur konseling Kristen dengan menawarkan sebuah model psikoteologis yang terstruktur. Secara praktis, model ini dapat dijadikan panduan aplikatif bagi pembina panti asuhan dalam menciptakan lingkungan yang memulihkan bagi anak-anak korban trauma.