Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Keterlibatan Penggemar K-Pop Melalui Dance Challenge NCT di TikTok Graciella, Gidhea; Utami, Lusia Savitri Setyo
Prologia Vol. 8 No. 1 (2024): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v8i1.27587

Abstract

In the ever-evolving landscape of technology, particularly with the rise of social media platforms like TikTok, there has been a transformative impact on how people interact, communicate, and consume information. This shift has created new avenues for brands and entities to broaden their influence, enhance their brand image, and increase popularity. Within the K-Pop industry, TikTok has emerged as a strategic tool for expanding reach and building brand image and popularity. Specifically, this study focuses on the utilization of dance challenges, such as the #YogurtShakeChallenge, by NCT fans on TikTok to contribute to the group's brand image and popularity. This research uses the concepts of social media, popular culture, fan engagement, brand image, and popularity, the research adopts a qualitative approach and employs a case study method. The findings reveal that TikTok serves as a platform for K-Pop enthusiasts to connect, share information, and support their favorite groups, such as NCT. Through initiatives like the #YogurtShakeChallenge, fans not only expand the content's reach but also foster a positive connection between the group and its supporters, ultimately contributing to the growth of NCT's brand image and popularity. Di era teknologi yang terus berkembang, media sosial khususnya TikTok telah mengubah cara interaksi, komunikasi, konsumsi informasi, serta memberikan peluang baru bagi merek dan identitas lainnya untuk memperluas jangkauan, mengembangkan brand image dan popularitas. Terutama dalam industri K-Pop yang memanfaatkan TikTok sebagai strategi untuk memperluas jangkauan dan membangun brand image serta popularitasnya. Salah satu strategi yang dilakukan adalah menciptakan konten dance challenge yang menarik keterlibatan penggemar. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kontribusi penggemar dalam mengembangkan brand image dan popularitas NCT melalui dance challenge dengan tagar #YogurtShakeChallenge di media sosial TikTok. Penelitian ini menggunakan konsep media sosial, budaya populer, keterlibatan penggemar (fan engagement), brand image, dan popularitas. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif, metode studi kasus. Hasil penelitian mendeskripsikan bahwa media sosial TikTok menjadi platform bagi penggemar K-Pop untuk bersosialisasi dan berbagi informasi. Selain itu, penggemar memanfaatkan TikTok sebagai wadah untuk mendukung dan memperkenalkan NCT ke jangkauan yang lebih luas. Dengan adanya antusias dari para penggemar tidak hanya memperluas jangkauan konten dengan berkontribusi dalam dance challenge dengan tagar #YogurtShakeChallenge, tetapi juga membentuk ikatan positif antara grup dan penggemar, dan menumbuhkan perkembangan brand image dan popularitas NCT.
K-Pop dan Perilaku Konsumtif Menonton Konser Valencialaw, Natasya; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 1 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i1.21301

Abstract

South Korean popular culture or K-Pop has managed to become the center of attention throughout the world, including Indonesia. Indonesia is a target for the South Korean entertainment industry market due to the large number of existing K-Pop fans. It is the intervention of the existence of communication and the mass media as a bridge connecting all information about popular culture. Popular culture also brings K-Pop along with other activities, namely music concerts. The existence of this background can lead to a consumptive behavior. The purpose of this study is to describe the process of developing Korean popular culture and the formation of consumptive behavior towards fans in watching music concerts. The discussion uses mass communication, new media, social media, popular culture, consumptive behavior and fans. To explore existing research phenomena, a qualitative research approach is used with phenomenological methods. The results can describe the development of popular culture through mass communication and mass media, this can be seen from the presence of K-Pop popular culture that enters and expands through the involvement of social media such as Youtube and Twitter. The author also describes the existence of consumptive behavior carried out by fans with aspects of being wasteful and seeking pleasure in watching concerts. Budaya populer Korea Selatan atau K-Pop berhasil menjadi pusat perhatian seluruh dunia tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia merupakan sasaran dari pasar industri hiburan Korea Selatan karena banyaknya penggemar K-Pop yang ada. Hal itu merupakan campur tangan dari adanya komunikasi dan media massa sebagai jembatan penghubung masuknya semua informasi mengenai budaya populer. Budaya populer turut membawa K-Pop masuk bersama dengan kegiatan lainnya yakni konser musik. Adanya latar belakang tersebut dapat menyebabkan suatu perilaku yang konsumtif. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses budaya populer Korea yang berkembang dan adanya pembentukan perilaku konsumtif terhadap penggemar dalam menonton konser musik. Dalam pembahasannya menggunakan komunikasi massa, media baru, media sosial,  budaya populer, perilaku konsumtif dan penggemar. Untuk mendalami fenomena penelitian yang ada, digunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Hasil yang di dapat mendeskripsikan adanya perkembangan budaya popular melalui komunikasi massa dan media massa, hal tersebut dapat dilihat dari adanya budaya popular K-Pop yang masuk dan meluas melalui keterlibatan media social seperti Youtube dan Twitter. Penulis turut mendeskripsikan adanya perilaku konsumtif yang dilakukan oleh penggemar dengan aspek pemborosan dan mencari kesenangan dalam kegiatan menonton konser.
Gambaran Gaya Hidup Remaja Yang Mengonsumsi Konten Budaya Pop Korea di Youtube Yang, Angelina Elni; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 1 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i1.21310

Abstract

Korean pop culture or Hallyu is growing rapidly, including in Indonesia. The majority of Korean pop culture fans in Indonesia come from teenagers aged 12-20 years. It is also during adolescence that an individual forms and seeks their identity, one of which is by imitating what they see. Increasingly sophisticated technology facilitates more and more new media content for teenagers to use as a reference in building a lifestyle, one of which is on YouTube. The purpose of this study is to find and describe how the lifestyles of mid-teens aged 14-17 years are exposed to Korean pop culture content on YouTube. In the Uses and Gratification Theory, youth as audiences are seen as active audiences who can choose for themselves what content they want to consume and how exposure to this content has implications for their lifestyle. This study uses a qualitative research approach with phenomenological methods. The research data were obtained through interviews and observations of six informants, documentation and literature studies. The results of this study state that with their motivation and needs, teenagers use selective attention to choose the content they want to watch. The response given by teenagers to the same content also depends on the perspective of each individual. That response is reflected in the activities, interests and opinions of adolescents and shapes their lifestyle. Budaya pop Korea atau Hallyu berkembang sangat pesat secara global, termasuk di Indonesia. Mayoritas penggemar budaya pop Korea di Indonesia datang dari remaja berusia 12-20 tahun. Pada masa remaja jugalah seorang individu membentuk dan mencari jati diri mereka, salah satunya dengan meniru apa yang mereka lihat. Teknologi yang kian canggih memfasilitasi semakin banyak konten new media untuk remaja jadikan sebagai referensi dalam membangun gaya hidup, salah satunya di YouTube. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana gaya hidup remaja pertengahan usia 14-17 tahun yang diterpa konten-konten budaya pop Korea di YouTube. Dalam Teori Uses and Gratification, remaja sebagai audiens dilihat sebagai khalayak aktif yang dapat memilih sendiri konten apa yang ingin mereka konsumsi dan bagaimana terpaan konten tersebut berimplikasi pada gaya hidup mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Data penelitian diperoleh melalui kegiatan wawancara dan observasi pada enam informan, dokumentasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa dengan dorongan motivasi dan kebutuhannya, para remaja menggunakan selective attention untuk memilih konten yang ingin mereka tonton. Respon yang diberikan remaja pada konten yang sama juga bergantung pada perspektif masing-masing individu. Respon itu tercermin dalam aktivitas, minat dan opini remaja dan membentuk gaya hidup mereka.
Perilaku Solidaritas Penggemar ARMY (Studi Kasus BTS Meal) Agatha, Theofillia; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 1 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i1.21316

Abstract

The emergence of Korean Pop culture is getting easier for us to access, especially because of technological advances around us. The emergence of boy/girl band groups is the result of K- Pop culture itself. Not a few teenagers who idolize several boy/girl band groups from Korea. This study discusses the solidarity behavior of fans of the South Korean boyband, Bangtan Boys or "BTS". The purpose of this research is to be able to describe the process of fandom activity related to fan solidarity behavior in the Brand Collaboration McDonald's X BTS: BTS Meal. This study uses several theories and concepts such as Marketing Communication, Collaboration Branding (Co-Branding), and Fandom Activity. This study uses a qualitative research approach with a case study method. Research data were obtained through interviews and observations, with three informants, documentation and literature studies. The results of this study state that ARMY in Indonesia has very high enthusiasm in welcoming the BTS Meal collaboration product. The solidarity activity that emerged in the BTS Meal phenomenon was motivated by ARMY's gratitude and respect for online drivers who helped enliven the BTS Meal event by willingly standing in line for hours. The existence of a solidarity movement through raising donations by ARMY in Indonesia has become a fandom culture for them. Budaya Korean Pop semakin mudah diakses terlebih karena kemajuan teknologi. Kemunculan boy/girl grup band merupakan hasil dari kebudayaan K-Pop sendiri. Tidak sedikit remaja yang mengidolakan beberapa boy/girl grup band asal Korea tersebut. Penelitian ini membahas mengenai perilaku solidaritas penggemar boyband asal Korea Selatan, Bangtan Boys atau “BTS”. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan proses fandom activity terkait perilaku solidaritas penggemar dalam Brand Collaboration McDonald’s X BTS: BTS Meal. Penelitian ini menggunakan beberapa teori dan konsep seperti komunikasi pemasaran, collaboration branding (Co- Branding), serta fandom activity. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Data penelitian diperoleh melalui kegiatan wawancara dan observasi dengan tiga informan, dokumentasi dan studi literatur. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ARMY di Indonesia memiliki antusias yang sangat tinggi dalam menyambut produk kolaborasi BTS Meal. Kegiatan solidaritas yang muncul dalam fenomena BTS Meal dilatarbelakangi oleh rasa terima kasih dan respect ARMY terhadap sopir aplikasi online (driver ojek online) yang turut meramaikan event BTS Meal dengan rela mengantre selama berjam-jam. Adanya gerakan solidaritas melalui penggalangan donasi oleh ARMY di Indonesia sudah menjadi suatu budaya fandom.
Komunikasi Interpersonal dan Kepercayaan Diri Pengguna Dating Apps Hasna, Afifah Haura; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21351

Abstract

Some people have difficulties communicating when they are with other people. Difficulties in communicating can be caused by anxiety and fear of receiving responses from communicants or people who receive messages. A medium that can be used in exchanging messages and information is the online dating app Bumble. The Bumble app specializes in women opening the chat first. This research aims to find out and describe the use of interpersonal communication by female users of the Bumble application to increase self-confidence. Interpersonal communication is communication between two or more people that allows participants to capture other people's reactions directly, both verbally and non-verbally. The author uses a qualitative approach with a case study method. Data collection was obtained through observation, documentation, and in-depth interviews with five informants and expert sources. The results showed that Bumble app users feel confident when communicating if they have something in common. Self-confidence also arises if Bumble app users are used to doing interpersonal communication with a positive self-concept. Beberapa orang kesulitan berkomunikasi saat sedang bersama dengan orang lain. Kesulitan dalam berkomunikasi dapat disebabkan rasa cemas dan takut dalam menerima tanggapan dari komunikan atau orang yang menerima pesan. Media yang dapat digunakan dalam bertukar pesan dan informasi adalah aplikasi kencan online Bumble. Aplikasi Bumble mengkhususkan perempuan untuk membuka obrolan terlebih dahulu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pemanfaatan komunikasi interpersonal oleh perempuan pengguna aplikasi Bumble dalam meningkatkan kepercayaan diri. Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi antar dua orang atau lebih yang memungkinkan pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non-verbal. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data diperoleh melalui observasi, dokumentasi, wawancara mendalam dengan lima informan dan narasumber ahli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguna aplikasi Bumble merasa percaya diri saat berkomunikasi jika memiliki kesamaan dalam beberapa hal. Kepercayaan diri juga muncul, jika pengguna aplikasi Bumble sudah terbiasa melakukan komunikasi interpersonal dengan konsep diri yang positif.
Representasi Karakter Autism Spectrum Disorder dalam Drama Korea ‘Extraordinary Attorney Woo’ Wijaya, Sherlina; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21371

Abstract

The existence of public stigma against people with disabilities encourages writers to show disability issues in a literary work, namely drama. The Korean drama 'Extraordinary Attorney Woo' is one of the South Korean dramas that raises the issue of people with disabilities, autism spectrum disorder, through drama. By using Roland Barthes' semiotic analysis, researchers want to know and describe how the representation of autism spectrum disorder characters is displayed in the Korean drama 'Extraordinary Attorney Woo'. The theoretical foundations in this research are mass communication, drama, representation, autism spectrum disorder characters, and semiotics. This research is descriptive with a qualitative research approach. The results showed that the Korean drama 'Extraordinary Attorney Woo' is a form of mass communication that provides information by representing the life of a person with an autism spectrum disorder in South Korea. This is shown by the common stereotypes imposed on people with autism spectrum disorder and the lack of tolerance of society. In addition, there are difficulties in communicating, adapting, and interacting with people with autism spectrum disorder. The drama also shows the stigma and discrimination experienced by people with autism spectrum disorder in South Korea. Adanya stigma masyarakat terhadap penyandang disabilitas mendorong sastrawan untuk memperlihatkan isu disabilitas ke dalam sebuah karya sastra yaitu drama. Drama Korea ‘Extraordinary Attorney Woo’ merupakan salah satu drama Korea Selatan yang mengangkat isu penyandang  disabilitas, autism spectrum disorder, melalui drama. Dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, peneliti ingin mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana representasi karakter autism spectrum disorder yang ditampilkan di dalam drama Korea ‘Extraordinary Attorney Woo’. Landasan teoritis dalam penelitian ini merupakan komunikasi massa, drama, representasi, karakter autism spectrum disorder, dan semiotika. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, drama Korea ‘Extraordinary Attorney Woo’ merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang memberikan informasi dengan merepresentasikan kehidupan seorang penyandang autism spectrum disorder di Korea Selatan. Hal ini ditunjukkan dengan stereotip umum yang dikenakan pada penyandang dan kurangnya toleransi masyarakat. Selain itu, terdapat kesulitan berkomunikasi, beradaptasi, dan berinteraksi penyandang autism spectrum disorder. Drama juga menunjukkan stigma buruk hingga diskriminasi yang dialami oleh penyandang autism spectrum disorder di Korea Selatan.
Gambaran Gaya Hidup Remaja Laki-Laki yang Terpapar Beauty Trend Korea Selatan di Media Sosial Saputra, Zulian Melentino; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21375

Abstract

Adolescence is the transition period from childhood and adulthood, beginning at ages 12 and 13 and ending in the teens or early 20s. Today's teenagers have entered a period of having distinctive and modern opinions, preferences, attitudes and behaviors. Recently, teenagers, especially Generation Z, who actively access social media, have been shocked by the popular phenomenon from South Korea or the Korean wave. The researcher aims to know and describe the lifestyle of Generation Z teenagers who are exposed to South Korean beauty trends on social networks. One of the impacts of South Korean beauty trends is the attitude of imitation of everything that is displayed on social media. With this, researchers use modeling theory in accordance with the attitudes of teenagers who are exposed to the impact of this beauty trend. The research approach used by researchers uses a qualitative approach with phenomenological research methods. The result is that all male informants, generation Z, in this study are interested in Korean beauty trends. After being exposed to information on beauty trends by idols on social media, the informants' lifestyles changed drastically from not caring about appearance to caring about beauty. Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak dan masa dewasa, dimulai pada usia 12 dan 13 tahun dan berakhir pada remaja atau awal 20-an. Remaja saat ini sudah memasuki masa mempunyai pendapat, preferensi, sikap, dan perilaku yang khas dan modern. Akhir-akhir ini para remaja, khususnya Generasi Z, yang aktif mengakses media sosial, digemparkan dengan fenomena populer dari Negara Korea Selatan atau Korean wave. Peneliti bertujuan mengetahui dan mendeskripsikan gambaran gaya hidup remaja Generasi Z yang terpapar tren kecantikan Korea Selatan di jejaring sosial. Salah satu dampak dari tren kecantikan Korea Selatan adalah sikap peniruan terhadap segala sesuatu yang ditampilkan di media sosial. Dengan ini peneliti memakai teori modeling sesuai dengan sikap para remaja yang terpapar dampak dari tren kecantikan ini. Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, dengan metode penelitian fenomenologi. Hasilnya seluruh informan laki-laki, generasi Z, dalam penelitian ini tertarik dengan tren kecantikan Korea. Setelah terpapar informasi tren kecantikan oleh idola di media sosial, gambaran gaya hidup informan berubah drastis dari yang awalnya tidak peduli dengan penampilan menjadi peduli dengan kecantikan.
Analisis Semiotika Makna Optimisme pada Lirik Lagu K-Pop NCT Dream “Hello Future” Farahdila, Zahwa; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21379

Abstract

Communication is the most important activity for us in life. This is because we as social beings need interaction to convey the contents of our thoughts with others. The process of delivering messages with communication can be done with certain media. One of the media that is often used to convey messages is music. Based on this, a concept called musical communication emerged. Today the world of music is growing all over the world, including K-Pop. One of the music groups currently popular with young Indonesians is NCT Dream. Several NCT Dream songs contain lots of uplifting messages that are channeled to listeners and fans. NCT Dream is a group of singers from South Korea that are currently popular with young people. NCT Dream also delivers encouraging messages through their songs. This study aims to find out the meaning of optimism in the lyrics of the NCT Dream song "Hello Future" and examine its markers and signs. This study uses the theory of optimism. The method used in this study is semiotic analysis from Saussure with a qualitative approach. The results of this study found that the lyrics of the song "Hello Future" have the meaning of optimism about the future, achieving dreams, and worrying about difficult times. Komunikasi merupakan kegiatan terpenting bagi kita dalam berkehidupan. Hal ini karena kita sebagai makhluk sosial perlu adanya interaksi untuk menyampaikan isi pikiran dengan orang lain. Proses penyampaian pesan dengan komunikasi dapat dilakukan dengan media tertentu. Salah satu media yang sering dilakukan untuk menyampaikan pesan adalah dengan musik. Berdasarkan hal ini, muncullah suatu konsep yang disebut dengan komunikasi musik. Dewasa ini dunia musik sangat berkembang di seluruh dunia, termasuk K-Pop. Salah satu grup musik yang saat ini ramai digemari oleh anak-anak muda Indonesia adalah NCT Dream. Beberapa lagu NCT Dream banyak mengandung pesan-pesan semangat yang disalurkan untuk para pendengar maupun penggemarnya NCT Dream merupakan sekelompok penyanyi asal Korea Selatan yang saat ini banyak digemari oleh anak muda. NCT Dream juga memberikan pesan-pesan semangat melalui lagu-lagu mereka. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna optimism yang ada di dalam lirik lagu NCT Dream “Hello Future” dan mengkaji penanda juga petandanya. Penelitian ini menggunakan teori optimisme. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis semiotika dari Saussure dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah ditemukan bahwa lirik lagu “Hello Future” memiliki makna optimisme terhadap masa depan, dalam meraih mimpi, serta terhadap kekhawatiran pada masa-masa sulit.
Pembentukan Konsep Diri Penggemar Melalui Lirik Lagu Wijayanti, Irvia; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 7 No. 2 (2023): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v7i2.21407

Abstract

The development of mass communication through the media plays a role in changing the community environment in various fields of life, including the spread of culture worldwide, one of which is South Korean popular culture (K-Pop). Music is one of the most popular K-Pop products. BTS is the most talked about K-Pop singer. Fans' interest is supported by the positive messages contained in BTS songs. Positive messages that are listened to repeatedly have implications for the listeners' lives, especially BTS fans. This can shape the way fans see themselves. The researcher intends to explain and describe the formation of fan self-concept through the meaning of messages in BTS song lyrics. Some supporting theories used in this research are Symbolic Interactionism, self-concept, media effects, messages, and message meaning. This research was conducted using a qualitative approach with a case study method. Data were obtained from interviews, observations, documentation, and literature studies. The results showed that fans perform a thought process when listening to BTS songs by interpreting, interpreting, and providing an understanding of BTS songs. The self-concept of fans is then formed in each of them and in the communication process with others. Perkembangan komunikasi massa melalui media berperan dalam mengubah lingkungan masyarakat di berbagai bidang kehidupan termasuk penyebaran budaya di dunia salah satunya budaya populer Korea Selatan (K-Pop). Musik merupakan salah satu produk K-Pop yang paling banyak disukai. BTS adalah penyanyi K-Pop yang paling banyak dibicarakan. Ketertarikan penggemar didukung dengan pesan-pesan positif yang terkandung di dalam lagu BTS. Pesan positif yang didengarkan berulang kali membawa implikasi pada kehidupan pendengar, terutama penggemar BTS. Hal ini dapat membentuk cara pandang penggemar terhadap diri mereka sendiri. Peneliti bertujuan menjelaskan dan mendeskripsikan pembentukan konsep diri penggemar melalui makna pesan dalam lirik lagu BTS. Beberapa teori pendukung yang digunakan dalam penelitian ini adalah Interaksionisme Simbolik, konsep diri, efek media, pesan, dan makna pesan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Data penelitian diperoleh dari kegiatan wawancara, observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat mendengarkan lagu BTS, para penggemar melakukan proses berpikir dengan mengartikan, memaknai, dan memberikan pemahaman terhadap lagu BTS. Konsep diri penggemar kemudian terbentuk dari dalam diri masing-masing, serta dalam proses komunikasi dengan orang lain.
Analisis Semiotika Pesan Afirmasi pada Lirik Lagu DAY6 ‘Marathon’ Cindy, Cindy; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 8 No. 2 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i2.27543

Abstract

Song lyrics can be an effective communication medium to convey affirmation messages. Affirmation is needed in everyday life, as many people, especially the younger generation, often feel anxious or worried due to pressure from the surrounding environment. This research aims to find out and describe the affirmation message represented in the lyrics of the song 'Marathon.' This research uses mass communication, song lyrics, popular culture, affirmation messages, and semiotic analysis. The research used a qualitative approach using Ferdinand de Saussure's semiotic analysis method. The results of this study show the representation of affirmation messages in the lyrics of the song 'Marathon' in developing positive thoughts, increasing self-confidence and self-belief, and increasing calmness.   Lirik lagu dapat menjadi media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan afirmasi. Afirmasi dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari melihat banyaknya masyarakat terutama generasi muda yang sering merasa cemas atau khawatir akibat tekanan dari lingkungan sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan pesan afirmasi yang direpresentasikan dalam lirik lagu ‘Marathon’. Penelitian ini menggunakan konsep komunikasi massa, lirik lagu, budaya populer, pesan afirmasi, dan analisis semiotika. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan dilakukan dengan menggunakan metode analisis semiotika Ferdinand de Saussure. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya representasi pesan afirmasi pada lirik lagu ‘Marathon’ dalam mengembangkan pikiran positif, meningkatkan kepercayaan diri dan keyakinan diri, serta meningkatkan ketenangan.