Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Pemanfaatan Media Sosial X untuk Interaksi Penggemar dalam Mendukung Idola Hasan, Devy Yana; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 2 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i2.33291

Abstract

The K-pop phenomenon has become increasingly popular worldwide, including in Indonesia, giving rise to a dedicated fan community. Fans play an essential role in the world of K-pop, one of which is to support their favorite idols.  One form of support that fans can provide is streaming parties. This activity not only increases impressions but also strengthens fan relationships. Looking at this phenomenon, the research aims to describe the use of social media X as a means of fan interaction in supporting their idols through MV streaming party activities. This research uses the concepts of mass communication, social media, and fan interaction, with a qualitative approach and phenomenological methods. This research shows the process of streaming party activities that utilize the features of social media X, namely hashtags, replies, mentions, threads, search, and DM. The results of the research show that social media can be used as a means of fan interaction, with the process involving fans exchanging information about streaming party activities, encouraging one another, and communicating about various topics. Through this process, fans can become more connected with one another, grow closer, and expand their network of friends. Fenomena K-Pop kini telah menjadi semakin populer hingga ke seluruh dunia termasuk Indonesia, sehingga melahirkan suatu komunitas penggemar. Penggemar berperan penting  dalam dunia K-Pop salah satunya adalah untuk mendukung idola kesukaannya.  Salah satu bentuk dukungan yang  dapat dilakukan penggemar yaitu streaming party. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan tayangan, tetapi juga mempererat hubungan penggemar. Melihat dari fenomena ini, penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan media sosial X sebagai sarana interaksi penggemar dalam mendukung idolanya melalui kegiatan MV streaming party. Penelitian ini menggunakan konsep komunikasi massa, media sosial, dan juga interaksi penggemar, dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi. Melalui penelitian ini memperlihatkan proses kegiatan streaming party yang memanfaatkan fitur-fitur media sosial X yaitu tagar, reply, mention, thread, search, dan juga DM. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa media sosial X dapat dimanfaatkan sebagai sarana interaksi penggemar, dengan prosesnya yang meliputi cara penggemar saling bertukar informasi mengenai kegiatan streaming party, saling memberikan semangat satu sama lain, dan juga saling berkomunikasi tentang banyak hal. Melalui proses tersebut para penggemar dapat menjadi lebih terhubung dengan satu sama lain, menjadi lebih dekat, dan juga mereka dapat memperluas jaringan pertemanan.
Fenomena Parasosial dan Ketertarikan Emosional Penggemar SEVENTEEN di Weverse Xiang, Lecia Fernanda; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 2 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i2.33295

Abstract

In the digital era, the communication process can be carried out virtually and the tool that is often used is social media. On social media, users can access various information and one of their favorite topics is public figures. Through social media, fans can follow their idols and find out the latest information about their activities. The phenomenon where fans feel a feeling of closeness within fans with their idols is called a parasocial phenomenon. Parasocial interactions and relationships can give rise to feelings of emotional attraction in fans, which has an impact on the way they behave and view their idols. This research uses the basic concepts of mass communication, popular culture and parasocial phenomena. This research aims to analyze parasocial phenomena and emotional attraction of SEVENTEEN fans on the Weverse platform. This research uses a qualitative approach and phenomenological methods. The results of the research show that interactions on digital platforms such as Weverse, through content containing personal messages, have formed a sense of intimacy that supports parasocial relationships and fans' emotional interest. Additionally, parasocial phenomena and emotional attraction may contribute to how fans build relationships in real life. Di era digital, proses komunikasi dapat dilakukan secara virtual dan sarana yang sering kali dipakai adalah media sosial. Di media sosial pengguna dapat mengakses berbagai informasi dan salah satu topik yang disukai adalah mengenai figur publik. Melalui media sosial, penggemar dapat mengikuti idolanya dan mencari tahu informasi terbaru mengenai kegiatannya. Fenomena dimana penggemar merasakan perasasan kedekatan dalam diri penggemar  dengan idolanya disebut sebagai fenomena parasosial. Dari interaksi dan hubungan parasosial dapat menimbulkan perasaan ketertarikan emosional pada penggemar berdampak pada cara mereka berperilaku dan memandang idolanya. Penelitian ini menggunakan landasan konsep komunikasi massa, budaya populer, dan fenomena parasosial. Penelitian ini bertujuan menganalisis fenomena parasosial dan ketertarikan emosional penggemar SEVENTEEN di platform Weverse. Penelitian ini menggunakan  pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa interaksi di platform digital seperti Weverse, melalui konten yang mengandung pesan personal telah membentuk rasa intimasi yang mendukung hubungan parasosial dan ketertarikan emosional penggemar. Selain itu, fenomena parasosial dan ketertarikan emosional dapat berkontribusi pada cara penggemar membangun hubungan di kehidupan nyata.
Culture Shock dalam Adaptasi Sosial Remaja Perantau Sumiati, Juli Veni; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 2 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i2.33323

Abstract

When someone migrates to a new area, they inevitably face challenges and require time to adjust to the local environment and new culture. The process of adaptation experienced by migrants when encountering different cultures often leads to Culture Shock. The purpose of this study is to describe the phenomenon of Culture Shock in the social adaptation of youth from Pulau Halang who migrate to Jakarta. This research employs a qualitative approach, utilizing a phenomenological method, and is supported by concepts of Culture Shock and social adaptation. The findings indicate that youth from Pulau Halang who migrate go through several stages in their adjustment process. It begins with an optimistic phase full of enthusiasm, followed by a phase of disappointment marked by discomfort or surprise. Subsequently, the youth experience a recovery phase where they become more stable, and finally, a phase of adjustment where they feel more comfortable and can adapt by adopting communication styles and managing their time in accordance with Jakarta's societal tempo. Ketika seseorang merantau ke suatu daerah baru, tentunya akan menghadapi tantangan dan memerlukan waktu dalam penyesuaian diri dengan lingkungan setempat dan budaya baru. Proses adaptasi yang dialami perantau ketika berhadapan dengan budaya yang berbeda seringkali mengakibatkan Culture Shock. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fenomena Culture Shock dalam adaptasi sosial remaja Pulau Halang yang merantau ke Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi, serta konsep yang mendukung yaitu Culture Shock dan adaptasi sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja Pulau Halang yang merantau melewati beberapa tahapan dalam penyesuaian diri mereka. Diawali dengan fase optimis yang penuh dengan rasa antusias, kemudian dengan fase kekecewaan yakni muncul rasa ketidaknyamanan atau kejutan. Setelah itu, remaja juga mengalami fase pemulihan yang lebih stabil dan akhirnya tahap fase penyesuaian atau mereka mulai merasa lebih nyaman dan dapat beradaptasi dengan dapat mengikuti gaya komunikasi dan bisa mengatur waktu sesuai dengan tempo masyarakat di Jakarta.
Komunikasi Persuasif Chlorophyllamakeup untuk Membangun Kepercayaan pada Online Class Makeup Azizah, Tarisha Wardah; Utami, Lusia Savitri Setyo
Prologia Vol. 9 No. 2 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i2.33498

Abstract

The growth of the beauty industry in Indonesia has increased the demand for alternative makeup learning methods, such as online makeup classes. Despite their convenience and flexibility, many potential participants remain skeptical about the quality of teaching and lack of direct interaction. This study analyzes the persuasive communication used by makeup artists to build participant trust in online makeup classes. Using a qualitative approach and a case study method focused on Chlorophyllamakeup, data were collected through in-depth interviews, observations, and document studies. The findings reveal that Chlorophyllamakeup applies persuasive techniques, including association, integration, reward, framing, and red-herring. The association technique links participants' needs with solutions, such as makeup durability under extreme conditions. Integration creates personal connections through consistent communication. Rewards include video recordings, e-modules, certificates, and additional gifts. Framing ensures materials are structured and easy to understand, while the red-herring technique shifts focus to tangible results. persuasive communication effectively build trust, foster loyalty, and expand promotional reach through testimonials on social media. This research highlights how persuasive communication plays a pivotal role in overcoming skepticism, enhancing participant trust, and promoting the growth of online makeup education. Pertumbuhan industri kecantikan di Indonesia telah meningkatkan kebutuhan akan alternatif pembelajaran makeup, seperti online class makeup. Meski menawarkan kemudahan dan fleksibilitas, masih banyak calon peserta yang ragu terhadap kualitas pengajaran dan minimnya interaksi langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komunikasi persuasif yang digunakan oleh makeup artist dalam membangun kepercayaan peserta terhadap online class makeup sebagai alternatif pembelajaran. Menggunakan konsep komunikasi persuasif, penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus pada Chlorophyllamakeup. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Chlorophyllamakeup menggunakan beberapa teknik komunikasi persuasif, seperti teknik asosiasi, integrasi, ganjaran, tataan dan red-herring. Teknik asosiasi menghubungkan kebutuhan peserta dengan solusi yang ditawarkan, seperti ketahanan makeup dalam kondisi ekstrem. Teknik integrasi menciptakan hubungan personal dengan peserta melalui komunikasi yang intensif dan berkelanjutan. Ganjaran diberikan dalam bentuk rekaman video, e-modul, sertifikat, dan hadiah tambahan. Teknik tataan memastikan materi tersampaikan secara terstruktur dan mudah dipahami. Teknik red-herring dengan mengarahkan fokus peserta dan calon peserta pada hasil nyata. Komunikasi persuasif ini berhasil membangun kepercayaan peserta, menciptakan loyalitas, dan memperluas jangkauan promosi melalui testimoni di media sosial.