Claim Missing Document
Check
Articles

Found 34 Documents
Search

Penggunaan Atribut Lightstick dalam Komunikasi dan Pembentuk Identitas Sosial Jessica, Jessica; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 8 No. 2 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i2.27545

Abstract

K-Pop, or Korean Pop, is a subgenre of pop music originating from South Korea. K-Pop is synonymous with boy groups and girl groups. Apart from their music, K-Pop idols are loved by the public because of their charming visuals and special trinkets that are not owned by other genres. Fans compete to buy attributes such as lightsticks because they are unique and different. Fans cheer, sing, and dance in concerts using lightstick attributes to convey support to their idols. K-Pop fans with similar interests and preferences for the same artist usually join a group called a fandom. In this fandom, fans do activities to support, express, and share information about their idols. This research aims to identify and describe the communication attributes that form the social identity of K-Pop fans in Indonesia. The concepts that support this research are non-verbal communication, artifactual communication, attributes in communication, and social identity. The study was conducted using a qualitative approach and phenomenological method. The results showed that fans use lightstick attributes to convey non-verbal messages to their idols, fellow fans in the same fandom, and the general public; lightsticks are also used to express social identity in a group. K-Pop atau Korean Pop adalah subgenre musik pop yang berasal dari Korea Selatan. K-Pop identik dengan boy group dan girl group. Selain karena karya musiknya, idola K-Pop digandrungi oleh masyarakat karena visual yang menawan dan pernak-pernik khusus yang tidak dimiliki oleh genre lain. Para penggemar berlomba-lomba untuk membeli atribut seperti lightstick karena dinilai unik dan berbeda. Penggemar bersorak, bernyanyi dan menari dalam konser menggunakan atribut lightstick untuk menyampaikan dukungan kepada idolanya. Penggemar K-Pop dengan minat dan kesukaan terhadap artis yang sama biasanya bergabung ke dalam satu kelompok yang disebut sebagai fandom. Dalam fandom ini, penggemar melakukan aktivitas mendukung, mengekspresikan dan berbagi informasi terkait idola mereka. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan atribut dalam komunikasi membentuk identitas sosial penggemar K-Pop di Indonesia. Konsep yang mendukung penelitian ini adalah konsep komunikasi non-verbal, komunikasi artifaktual, atribut dalam komunikasi dan identitas sosial. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa atribut lightstick digunakan oleh penggemar untuk menyampaikan pesan non-verbal kepada idolanya, sesama penggemar dalam satu fandom yang sama serta kepada masyarakat umum, selain itu lightstick juga digunakan untuk menyatakan identitas sosial dalam sebuah kelompok.
Konstruksi Nilai Kesedihan dalam Lagu Pop Alexander, Marilyn; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 8 No. 2 (2024): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v8i2.27564

Abstract

Music, as a universal means of communication, can be enjoyed by various groups. The uniqueness of communication through music lies in the message conveyed in the song lyrics. However, in the midst of the diversity of music types, there is one phenomenon that attracts the attention of the Indonesian people, namely their interest in sad songs. “Car's Outside” by James Arthur is an example of a song with sad lyrics. This study aims to describe the construction of sadness values contained in the lyrics of the song. Song lyrics are a tool to convey messages to a wide audience. The researcher uses a qualitative approach by applying Ferdinand De Saussure's semiotic analysis method which focuses on the signifier and signified. The research uses the concepts of mass communication, song lyrics, popular culture, and the construction of sadness value. The results showed that the construction of sadness value contained in the song lyrics raised the emotional aspects related to long-distance relationships. Obstacles in communication become the main highlight in strengthening feelings of sadness and loss. The sadness paradox phenomenon indicates that one can feel happiness listening to a sad song, creating a complex experience. When this theme is applied to long-distance relationships, pop songs become a relevant channel to express and feel the longing enveloping couples separated by distance. Musik sebagai sarana komunikasi universal dapat dinikmati oleh berbagai kalangan. Keunikan komunikasi melalui musik terletak pada pesan yang disampaikan pada lirik lagu. Namun di tengah keberagaman jenis musik, terdapat satu fenomena yang menarik perhatian masyarakat Indonesia yaitu ketertarikan mereka terhadap lagu bernuansa sedih. “Car’s Outside” oleh James Arthur merupakan contoh lagu dengan lirik yang mengandung kesedihan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konstruksi nilai kesedihan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut. Lirik lagu merupakan alat menyampaikan pesan kepada khalayak secara luas. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan metode analisis semiotika Ferdinand De Saussure yang berfokus pada penanda (signifier) dan petanda (signified). Penelitian menggunakan konsep komunikasi massa, lirik lagu, budaya populer, dan konstruksi nilai kesedihan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa konstruksi nilai kesedihan yang terdapat dalam lirik lagu tersebut mengangkat aspek emosional terkait dengan hubungan jarak jauh. Kendala dalam komunikasi menjadi sorotan utama dalam memperkuat perasaan sedih dan kehilangan. Fenomena sadness paradox mengindikasikan bahwa seseorang dapat merasakan kebahagiaan mendengarkan lagu sedih, menciptakan pengalaman kompleks. Ketika tema ini diterapkan pada hubungan jarak jauh, maka lagu pop menjadi saluran relevan untuk mengekspresikan dan merasakan kerinduan menyelimuti pasangan yang terpisah oleh jarak.
Persepsi Penonton Drama Korea Doctor Slump dalam Membentuk Kepercayaan Diri Dwinanda, Devina Adilah; Utami, Lusia Savitri Setyo
Kiwari Vol. 4 No. 1 (2025): Kiwari
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ki.v4i1.33743

Abstract

The development of globalization progress today has brought about major changes in interaction between countries, especially through the spread of global media. The culture of various countries are becoming increasingly diverse and widespread. The Korean entertainment industry has also experienced tremendous development as seen from the Korean Wave phenomenon that is now spreading increasingly throughout the world. As a result, Korea is becoming increasingly famous around the world, it’s culture, food, clothing and various related elements are quickly becoming global trend. Korean drama is one of the major impacts of the Korean Wave. The purpose of this study is to analyze and explain the verbal communication messages contained in the Korean Drama Doctor Slump and how these messages can build self- confidence. The concepts used in this study include popular culture, verbal communication, SOR theory and building self-confidence. The results of this study indicate that the messages in the Korean drama that the audience gets is about symbolic reinforcement. Moral messages such as family, friendship, hard work, and mental health have a strong impact on the audience. Perkembangan kemajuan globalisasi saat ini membawa perubahan besar dalam interaksi antar negara terutama melalui penyebaran media global. Budaya berbagai negara menjadi semakin beragam dan tersebar luas. Industri hiburan Korea juga mengalami perkembangan yang luar biasa terlihat dari fenomena Korean Wave yang kini menyebar semakin seluruh dunia. Hasilnya Korea menjadi semakin terkenal di seluruh dunia, budaya, makanan, pakaian serta berbagai elemen terkaitnya dengan cepat menjadi trend global. Drama Korea yaitu salah satu dampak besar dari Korean Wave. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan pesan komunikasi verbal yang terdapat pada drama Korea Doctor Slump dan pesan tersebut dapat membangun kepercayaan diri. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini meliputi budaya populer, komunikasi verbal, teori SOR dan membangun kepercayaan diri. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pesan dalam drama Korea yang di dapat terhadap penonton tentang penguatan simbolik. Pesan moral seperti keluarga, persahabatan, kerja keras dan kesehatan mental yang memberikan dampak kuat bagi penonton.
Perilaku FOMO dan Budaya Konsumtif pada Penggemar Stray Kids dalam Pembelian Merchandise Natalie, Cherysa; Utami, Lusia Savitri Setyo
Prologia Vol. 9 No. 1 (2025): Prologia
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/pr.v9i1.33175

Abstract

The rapid development of social media in recent years has transformed how individuals interact and access information. This evolution has also contributed to the rise of popular culture phenomena, such as K-Pop. K-Pop fans are known for their high level of loyalty to their idols. They are often willing to set aside personal needs to purchase various products related to their favorite idols. Additionally, fans actively support their idols through social media platforms. However, the prevalence of social media often leads K-Pop fans to spend hours in front of their devices, resulting in a phenomenon known as social media addiction. One of the common issues arising from excessive social media use is the fear of missing out (FOMO), which refers to the anxiety of missing out on trends or specific experiences. The aim of this study is to describe the behavior of fear of missing out (FOMO) within the consumptive culture of Stray Kids fans. Using a qualitative approach and phenomenological method, the study explores the subjective experiences of fans. The results reveal that social media and fan communities play a significant role in creating social pressure to follow trends. Fans experience pressure and encouragement from social media, which triggers FOMO and drives them to engage in consumptive behavior, manifested in impulsive buying, overspending, and seeking pleasure through the purchase of idol merchandise. Perkembangan pesat media sosial pada beberapa tahun terakhir telah mengubah cara individu berinteraksi dan mengakses informasi. Hal ini turut berkontribusi pada munculnya budaya populer, seperti K-Pop. Penggemar K-Pop  dikenal memiliki loyalitas yang tinggi pada idolanya. Mereka bersedia untuk mengesampingkan kebutuhan pribadinya untuk membeli berbagai produk yang berhubungan dengan idolanya. Lalu, penggemar juga aktif mendukung idola yang mereka sukai melalui media sosial. Namun, adanya platform media sosial seringkali membuat penggemar K-Pop menghabiskan waktu berjam-jam di depan perangkat mereka dan menimbulkan fenomena adiksi media sosial. Salah satu fenomena yang kerap muncul karena penggunaan media sosial berlebih adalah fear of missing out atau yang biasa disebut FOMO, yaitu perasaan takut ketinggalan tren atau pengalaman tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku fear of missing out (FOMO) dalam budaya konsumtif pada penggemar Stray Kids. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode fenomenologi, penelitian ini mengeksplorasi pengalaman subjektif penggemar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media sosial dan komunitas penggemar memainkan peran dalam tekanan sosial untuk mengikuti tren. Penggemar merasakan adanya tekanan serta dorongan dari media sosial yang membuat mereka menjadi FOMO dan mendorong penggemar untuk berperilaku konsumtif, yang diwujudkan melalui aspek pembelian impulsif, pemborosan, dan mencari kesenangan dalam membeli merchandise idolanya.
Bergelut di Dunia Fanwar: Komunikasi Kelompok Penggemar K-Pop EXO-L dan ARMY di Twitter Jesica, Kezia; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 1 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i1.27816

Abstract

This research delves into the fanwar phenomenon involving two K-Pop fan groups, namely EXO-L and ARMY, adopting a qualitative approach. The research focuses on the complex dynamics of group communication on social media, particularly on platforms like Twitter. The fanwar phenomenon emerges because of intense interaction between these two fan groups, involving differences of opinion, competition, and provocation. A qualitative approach is chosen to deeply understand group interactions, with interviews as the primary method of data collection. The analysis of group communication and the impact of social media on fan group dynamics are key concepts in this research. The research findings indicate that Twitter serves as a central space for group interactions, creating dynamics that encompass both positive and negative aspects. Fanwar becomes a primary focus in the research results, highlighting differences in opinions and competition. Conflict management strategies, including conflict avoidance policies, emerge as crucial approaches in responding to fanwar. Moreover, the presence of the fanwar phenomenon in this research explains the cohesion of the group and the potential for division. By delving into the fanwar phenomenon, this research provides insights into the complexity of interactions among K-Pop fan groups in the era of social media. This phenomenon not only reflects the internal dynamics of fan groups but also underscores the significant role of social media in shaping group interactions and perceptions in the contemporary era. Penelitian ini membahas secara mendalam fenomena fanwar yang melibatkan dua kelompok penggemar K-Pop, yaitu EXO-L dan ARMY, dengan mengadopsi pendekatan kualitatif. Fokus penelitian tertuju pada dinamika kompleks komunikasi kelompok dalam media sosial, terutama di Twitter. Fenomena fanwar muncul sebagai hasil dari interaksi intensif antara kedua kelompok penggemar yang melibatkan perbedaan pendapat, persaingan, dan provokasi. Pendekatan kualitatif dipilih untuk memahami secara mendalam interaksi kelompok, dengan wawancara sebagai metode utama pengumpulan data. Analisis komunikasi kelompok dan dampak media sosial pada dinamika kelompok penggemar menjadi konsep utama dalam penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa Twitter menjadi wadah sentral bagi interaksi kelompok, menciptakan dinamika yang mencakup aspek positif dan negatif. Fanwar menjadi fokus utama dalam hasil penelitian, menyoroti perbedaan pendapat dan persaingan antarkelompok. Strategi manajemen konflik, menjadi salah satu kebijakan menghindari konflik yang penting sebagai pendekatan dalam merespon fanwar. Selain itu, adanya fenomena fanwar dalam penelitian ini menjelaskan bahwa terdapat kohesivitas kelompok dan potensi perpecahan. Dengan mendalami fenomena fanwar, penelitian ini memberikan pemahaman tentang kompleksitas interaksi kelompok penggemar K-Pop dalam era media sosial. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan dinamika internal kelompok penggemar, tetapi juga mencerminkan peran penting media sosial dalam membentuk interaksi dan persepsi kelompok di era kontemporer. 
STAY dan Fenomena Interaksi Parasosial pada Aplikasi Bubble For JYPnation Tendean, Maria Angelica; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 1 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i1.27823

Abstract

Parasocial interactions are interactions that occur between ordinary individuals and artists or media figures they admire. Stray Kids is a boy group from South Korea and is under JYP Entertainment. Stray Kids has fans with the nickname STAY. The Bubble for JYPnation application is an application used by Stray Kids members to communicate and interact with their fans. This research analyses the phenomenon of parasocial interaction that occurs between STAY and Stray Kids members through the Bubble for JYPnation application. The theories and concepts used in this research are uses and gratification theory, new media, parasocial interaction, and fans. The approach used is a qualitative approach with phenomenological methods. The data in this study were collected through observation, interviews, literature study, and documentation. When using the bubble for the JYPnation application, STAY can fulfill their social interaction needs because Stray Kids members are quite active in it. In addition to getting the latest information, STAY can also feel closer to the personnel, like a friend. Interaksi parasosial adalah interaksi yang terjadi antara individu biasa dengan artis atau tokoh media yang mereka kagumi. Stray Kids merupakan boygroup yang berasal dari Korea Selatan dan berada di bawah naungan JYP Entertainment. Stray Kids memiliki penggemar dengan julukan STAY. Aplikasi Bubble for JYPnation merupakan sebuah aplikasi yang digunakan oleh para anggota Stray Kids untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan penggemar mereka. Penelitian ini menganalisis tentang fenomena interaksi parasosial yang terjadi antara STAY dengan para anggota Stray Kids melalui Aplikasi Bubble for JYPnation. Teori dan konsep yang digunakan di dalam penelitian ini adalah teori uses and gratification, new media, interaksi parasosial, dan penggemar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi. Data dalam penelitian ini diambil melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi. Ketika menggunakan Aplikasi Bubble for JYPnation, STAY dapat memenuhi kebutuhan interaksi sosial yang mereka butuhkan karena para anggota Stray Kids cukup aktif di dalamnya. Selain mendapatkan informasi terbaru, STAY juga dapat merasa lebih dekat dengan para personel sepertihalnya seorang teman.
Perilaku Komunikasi Kelompok Penggemar ENHYPEN dalam Komunitas Virtual di Twitter Sagala, Priscilla Evangeline Celine; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 1 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i1.27851

Abstract

K-pop fans in Indonesia are actively involved in various interactions through social media, including Twitter. These communication activities allow fans to seek information about their idols and connect with other fan communities, thus encouraging the formation of virtual communities such as the @enginafess community. The @enginafess community is a place for ENHYPEN fans (ENGENE) from Indonesia to share information and discuss fandom activities. Every communication activity in this community is governed by various norms that determine the communication behavior of the fan group. The purpose of this study is to describe the group communication behavior of ENHYPEN fans in the virtual community through the @enginafess account. The concepts that support this research are group communication and virtual community. This research was conducted using a qualitative approach and a case study method. The results show that fans' involvement in virtual communities is to express support for idols and fellow fans. They feel an expansion of the network with the addition of new relationships. The virtual community's auto base system will divide followers into two different groups based on roles, namely as information givers and information receivers. However, the text-based characteristics of Twitter can lead to misperceptions and fans' concerns about sharp criticism, so norms are needed to regulate fans' behavior. Penggemar K-Pop di Indonesia terlibat aktif dalam berbagai interaksi melalui media sosial, termasuk Twitter. Aktivitas komunikasi ini memungkinkan penggemar untuk mencari informasi mengenai idola mereka dan terhubung dengan komunitas penggemar lainnya sehingga mendorong terbentuknya komunitas virtual seperti komunitas @enginafess. Komunitas @enginafess adalah wadah bagi penggemar ENHYPEN (ENGENE) asal Indonesia untuk berbagi informasi dan berdiskusi terkait aktivitas fandom. Setiap aktivitas komunikasi dalam komunitas ini diatur oleh berbagai norma yang menentukan perilaku komunikasi kelompok penggemar di dalamnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku komunikasi kelompok yang dilakukan penggemar ENHYPEN dalam komunitas virtual melalui akun @enginafess. Konsep yang mendukung penelitian ini adalah konsep komunikasi kelompok dan komunitas virtual. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan penggemar dalam komunitas virtual adalah untuk mengekspresikan dukungan terhadap idola dan sesama penggemar. Penggemar merasakan adanya perluasan jaringan dengan bertambahnya relasi baru. Sistem autobase yang dimiliki komunitas virtual akan membagi pengikut ke dalam dua kelompok berbeda berdasarkan peran, yaitu sebagai pemberi informasi dan penerima informasi. Namun, karakteristik Twitter yang berbasis teks dapat menimbulkan kesalahan persepsi dan kekhawatiran penggemar terhadap kritik tajam sehingga diperlukan norma untuk mengatur penggemar dalam berperilaku.
Komunikasi Internal dan Work-life Balance di Perusahaan Event Management Hendrik, Hendrik; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 1 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i1.33292

Abstract

In recent decades, globalization and technological advancements have increased work pressures, blurring the boundaries between work and personal life. This highlights the importance of work-life balance in maintaining employee productivity. Effective internal communication within organizations directly impacts job satisfaction and the creation of work-life balance, especially in industries such as event management. PK Entertainment, a leading promoter in Indonesia, implements coordinated internal communication to ensure the smooth running of each stage of events. This study aims to explore and describe PK Entertainment's internal communication in fostering work-life balance. The concepts supporting this research include organizational communication, internal communication, organizational communication climate, and work-life balance. The researcher used a qualitative approach with a case study method. The findings show that transparency in internal communication allows employees to freely express opinions, supporting their personal development and skills. Leaders have a responsibility to ensure effective internal communication. Company support for work-life balance is crucial in creating a healthy work environment that enhances productivity and creativity. Internal communication plays a key role in creating productive collaboration, harmonious relationships, and building trust and motivation to achieve shared goals. Openness in the organizational communication climate creates a flexible, collaborative work environment that fosters work-life balance.  Dalam beberapa dekade terakhir, globalisasi dan kemajuan teknologi telah meningkatkan tekanan kerja, sehingga menghilangkan batas antara kehidupan kerja dan pribadi. Hal ini menekankan pentingnya work-life balance untuk menjaga produktivitas karyawan. Komunikasi internal yang efektif dalam organisasi berdampak langsung terhadap kepuasan kerja dan terciptanya work-life balance, terutama di industri hiburan seperti event management. PK Entertainment, sebagai promotor terkemuka di Indonesia, menerapkan komunikasi internal yang terkoordinasi untuk memastikan kelancaran setiap tahap acara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan komunikasi internal PK Entertainment dalam menciptakan work-life balance. Konsep yang mendukung penelitian ini adalah konsep komunikasi organisasi, komunikasi internal, iklim komunikasi organisasi, dan work-life balance. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transparansi dalam alur komunikasi internal memungkinkan karyawan menyampaikan pendapat dengan bebas, mendukung pengembangan diri dan kemampuan mereka. Pemimpin memiliki tanggung jawab memastikan komunikasi internal berjalan baik. Dukungan perusahaan terhadap work-life balance sangat penting untuk membuat lingkungan kerja sehat yang meningkatkan produktivitas dan kreativitas. Komunikasi internal berperan dalam menciptakan kolaborasi produktif, hubungan harmonis, serta membangun kepercayaan dan motivasi dalam mencapai tujuan bersama. Keterbukaan dalam iklim komunikasi organisasi menciptakan lingkungan kerja yang fleksibel, kolaboratif, dan menciptakan work-life balance.
Pesan Kesadaran Sosial dalam Lirik Lagu Taylor Swift “Mean” Tanoto, Olivia; Utami, Lusia Savitri Setyo
Koneksi Vol. 9 No. 1 (2025): Koneksi
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/kn.v9i1.33319

Abstract

Low social awareness can lead to bullying, which has a negative impact on individuals. Therefore, social awareness is essential to prevent bullying. Social awareness can be raised through various media, like song lyrics. Lyrics containing messages of social awareness can be used to grow social awareness on society. Song lyrics are a form of mass communication that can convey messages to a wide audience. Through lyrics, songs can deliver various messages, including those related to social awareness. This research aims to identify and describe the representation of social awareness messages in the lyrics of the song "Mean" using a qualitative approach and Ferdinand de Saussure's semiotic analysis method. The study is grounded in concepts of mass communication, song lyrics, popular culture, popular music, and social awareness messages. The results reveal that the lyrics of "Mean" in stanzas 1, 2, 5, and 6 represent social awareness messages to prevent bullying by potraying its harmful effects. Meanwhile, stanzas 3, 4, 7, 8, 9, and 10 provide motivation and support to the bullying victims, encouraging them to build self-confidence and courage to stand on their own feet. Rendahnya kesadaran sosial dapat mengakibatkan terjadinya perundungan yang berdampak buruk pada individu. Oleh karena itu, kesadaran sosial diperlukan untuk mencegah perundungan. Kesadaran sosial dapat dibangun melalui berbagai media salah satunya melalui lirik lagu. Lirik lagu yang mengandung pesan kesadaran sosial dapat menjadi sarana untuk membangun kesadaran sosial dalam masyarakat. Lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas. Melalui lirik lagu, lagu dapat mengandung berbagai pesan, termasuk pesan kesadaran sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pesan kesadaran sosial yang direpresentasikan dalam lirik lagu “Mean” menggunakan pendekatan kualitatif dan metode analisis semiotika Ferdinand De Saussure. Penelitian dilakukan menggunakan landasan konsep komunikasi massa, lirik lagu, budaya populer, musik populer dan pesan kesadaran sosial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa lirik lagu “Mean” pada bait 1, 2, 5 dan 6 merepresentasikan pesan kesadaran sosial guna mencegah perundungan dengan menggambarkan dampak buruk perundungan serta pada bait 3, 4, 7, 8, 9 dan 10 memberi motivasi dan dukungan kepada korban perundungan untuk membangun kepercayaan dan keberanian diri agar dapat bangkit dari perundungan.
Peran Komunikasi Artifaktual dalam Membangun Identitas Visual dan Budaya Mahasiswa Fashion di Burgo Indonesia Yessica, Yessica; Utami, Lusia Savitri Setyo
Kiwari Vol. 4 No. 2 (2025): Kiwari
Publisher : Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ki.v4i2.34990

Abstract

With cultural diversity, fashion goes beyond aesthetics and becomes a non-verbal communication tool that reflects an individual's identity, social status and values. It is able to shape perceptions and self-image that reflect the visuals and culture that characterise a person. This research wants to know and describe artifactual communication as a visual and cultural identity of fashion students in Burgo Indonesia. This research uses symbolic interaction theory by George Herbert Mead, which explains social symbols and meanings influence human interaction. This research uses a descriptive qualitative method with a case study approach. Data was collected through in-depth interviews and direct observation of fashion students at Burgo Indonesia. The results showed that the work of fashion students in Burgo Indonesia is aesthetic but also has meaning, reflecting a distinctive visual and cultural identity. The findings contribute to the development of artifactual communication theory as well as providing practical guidance for fashion students in creating design works that combine aesthetics and culture as individual characteristics.   Dengan keberagaman budaya, fashion tidak hanya berbicara estetika, melainkan menjadi alat komunikasi non-verbal yang mencerminkan identitas, status sosial, dan nilai individu. Hal ini mampu membentuk persepsi dan citra diri yang mencerminkan visual dan budaya yang menjadi ciri khas seseorang. Penelitian ini ingin mengetahui dan mendeskripsikan komunikasi artifaktual sebagai identitas visual dan budaya mahasiswa fashion di Burgo Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori interaksi simbolik oleh George Herbert Mead, yang menjelaskan simbol dan makna sosial mempengaruhi interaksi manusia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi langsung terhadap mahasiswa fashion di Burgo Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karya mahasiswa fashion di Burgo Indonesia estetis tetapi juga memiliki makna, mencerminkan identitas visual dan budaya yang khas. Temuan ini memberikan kontribusi pada pengembangan teori komunikasi artifaktual serta memberikan panduan praktis bagi mahasiswa fashion dalam menciptakan karya desain yang memadukan estetika dan budaya sebagai ciri khas individu.