Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

AKTIVITAS PENGHAMBATAN XANTIN OKSIDASE EKSTRAK ETANOL DAUN ALPUKAT (Persea americana MILL) SECARA IN VITRO Deden Winda Suwandi; Farid Perdana
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 8, No 2 (2017): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v8i2.784

Abstract

Hiperurisemia merupakan keadaan berlebihnya kadar asam urat dalam darah disebabkan oleh ketidak seimbangan antara produksi dan ekskresi asam urat dalam tubuh. Kondisi ini dapat menimbulkan penyakit gout yang ditandai pengendapan kristal monosodium urat. Salah satu obat yang digunakan untuk menurunkan kadar asam urat adalah allopurinol dengan cara menghambat aktivitas xantine oxidase sebagai enzim pembentuk asam urat. Penggunaan obat tradisional seperti tumbuhan alpukat yang mengandung flavonoid diduga memiliki aktivitas antihiperurisemia karena dilaporkan bahwa senyawa flavonoid dapat menurunkan kadar asam urat darah dengan cara menghambat aktivitas xantin oksidase. Telah dilakukan penelitian terhadap ekstrak etanol daun alpukat dalam menghambat aktivitas xantin oksidase sehingga bisa digunakan sebagai obat penyakit gout. Aktivitas penghambatan enzim xantin oksidase oleh ekstrak etanol daun alpukat secara invitro ditentukan melalui penurunan produksi asam urat yang diukur dengan alat spektrofotometer pada (λ) 293 nm dengan xantin sebagai substrat. Ekstrak etanol daun alpukat dapat menghambat enzim xantin oksidase pada pada konsentrasi 40; 60; 80; 100 dan 120 ppm dengan persen penghambatan sebesar 27,97; 51,98; 64,07; 71,15 dan 77,54 %. Aktivitas penghambatan xantin oksidase ekstrak daun alpukat ditentukan dengan nilai IC50, dimana hasilnya menunjukkan ekstrak etanol daun alpukat mampu menghambat aktivitas xantin oksidase dengan IC50 65,55 ppm yang lebih lemah bila dibandingkan dengan IC50 allopurinol yaitu sebesar 0,59 ppm. Kata kunci: Hiperurisemia, daun alpukat, penghambatan xantin oksidase.
ANTIHYPERURICEMIA ACTIVITY OF ETHANOL EXTRACT AND FRACTIONS OF AZADIRACHTA INDICA LEAF IN VIVO AND MECHANISM OF ACTION OF ACTIVE FRACTIONS IN VITRO Deden Winda Suwandi; Anas Subarnas; Sri Adi Sumiwi
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 12, No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v12i2.1207

Abstract

Azadirachta indica, A.,Juss is a medicinal plant that is used traditionally for some disease, especially its leaves to treat a rheumatic diseases and lower blood uric acid levels. This study was carried out to examine antihyperuricemia activity of ethanol extract, water fraction, ethyl acetat fraction and n-hexane fraction of the A. Indica leaves in male mice of Swiss-Webster strain. Extract and fraction doses used were 250 and 500 mg/kg of body weight and the doses of allopurinol as a standard drug was 13 mg/kg of body weight. The tests were conducted on mice suffering from hyperuricemia induced by potassium oxonat at adose of 300 mg/kg of body weight intraperitoneally and chicken liver juice orally. Measurement of blood uric acid levels were performed using an Easy Touch® every hour for 4 hours after being given test preparations. The results showed that the ethanol extract and the fractions lowered blood uric acid levels in the same way as allopurinol did. The n-hexane fractions at the all doses showed the highest activity, followed by ethanol fraction, and water fraction at the dose of 250 mg/kg at the 4th hour. These results illustrated that the A. Indica leaves might be potential to be used as antihyperuricemia. The active compounds which possibly reduce blood uric acid levels in mice are believed to be flavonoid or polyphenolic compounds because they are reported to be able to inhibit the action of the xanthine oxidase enzyme that converts purines into uric acid. Then, the most active fraction, n-hexane fraction, was tested for its inhibitory activity on xanthine oxidase enzyme to determine its mechanism of action. The results showed that the n-hexane fraction, like allopurinol, inhibited uric acid biosynthesis through inhibiting the activity of xanthine oxidase enzyme with the IC50 value of 132 μg/mL lower than that of allopurinol IC50 58.35 μg/mL. Key words: A. indica leaves, antihyperuricemia, chicken liver juice, potassium oxonat, xanthine oxidase.
AKTIVITAS ANTIHIPERURISEMIA EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI-FRAKSI DAUN JAMBU MAWAR (Syzygium jambos L.,) PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Deden Winda Suwandi; Farid Perdana
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 9, No 1 (2018): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v9i1.641

Abstract

Jambu mawar (Syzygium jambos L.,) adalah tanaman obat yang digunakan secara tradisional untuk beberapa penyakit, terutama daunnya digunakan untuk mengobati penyakit rematik. Penelitian ini telah dilakukan untuk menguji aktivitas antihiperurisemia dari ekstrak etanol, fraksi air, fraksi etil asetat dan fraksi n-heksan dari daun jambu mawar pada mencit jantan galur Swiss Webster. Dosis ekstrak yang digunakan adalah 100, 200, dan 400 mg/kgbb, sedangkan dosis fraksi adalah 50, 100, dan 200 mg/kgbb serta allopurinol sebagai obat standar adalah 13 mg/kgbb. Pengujian ini dilakukan pada mencit hiperurisemia yang diinduksi potassium oxonat dengan dosis 300 mg/kgbb secara intraperitoneal dan jus hati ayam secara oral. Pengukuran kadar asam urat darah dilakukan dengan menggunakan Easy Touch® setiap jam selama 4 jam setelah diberikan sediaan uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan fraksi-fraksi dapat menurunkan kadar asam urat darah pada mencit yang berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol. Fraksi air dosis rendah sampai tinggi dibandingkan dengan tiga sediaan lainnya menunjukkan aktivitas tertinggi dengan rata-rata persen penurunan sebesar 41,78; 48,53 dan 48,07 %, diikuti oleh fraksi n-heksana (47,12 dan 44,97%), ekstrak etanol (29,83; 37,89 dan 43,28%) dan fraksi etil asetat (30,25; 37,38 dan 29,17%). Hasil ini dapat dinyatakan bahwa daun jambu mawar terutama dalam sediaan fraksi air memiliki potensi untuk digunakan sebagai antihiperurisemia. Kata kunci: Daun jambu mawar, Antihiperurisemia, Potasium oksonat, Jus hati ayam
UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK ETANOL AKAR PAKIS TANGKUR (Polypodium Feei MEET) DARI GUNUNG TALAGA BODAS PADA MENCIT SWISS WEBSTER Dani Sujana; Deden Winda Suwandi; Taofik Rusdiana; Anas Subarnas
Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Vol 11, No 2 (2020): Jurnal Ilmiah Farmako Bahari
Publisher : Fakultas MIPA Universitas Garut

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52434/jfb.v11i2.856

Abstract

Meningkatnya minat masyarakat terhadap penggunaan bahan alam dari tanaman terjadi karena ketersediaan bahan yang mudah didapat. Cara tersebut terus dilakukan oleh masyarakat, serta diwariskan secara turuntemurun mengingat penggunaannya dianggap relatif aman serta efek samping yang minimal. Bagian akar dari pakis tangkur digunakan oleh masyarakat setempat untuk mengobati berbagai jenis penyakit, antara lain rematik, hipertensi dan sebagai afrodisiaka. Menurut United States of Food and Drug Administration (FDA) meskipun bahan alam dianggap relatif aman oleh sebagian kelompok penggunanya, tetap harus dilakukan skrining toksikologi terhadap senyawa yang berpotensi obat untuk melihat serta menggambarkan efek toksik sehingga diperoleh nilai Dosis letal (LD50). Dari hasil penelitian toksisitas akut ini nilai LD50 yang diperoleh yaitu lebih dari 5000 mg/kgBB. Dikarenakan pada dosis paling tinggi pada penelitian yaitu 5000 mg/kgBB tidak terdapat hewan yang mati, sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak akar pakis tangkur termasuk kedalam kategori praktis tidak toksik. Kata kunci: Ekstrak Akar Pakis Tangkur, Toksisitas Akut
Aktivitas Mukolitik Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Kemangi dan Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Kurniati, Neng Fisheri; Suwandi, Deden Winda; Yuniati, Safira
Pharmaceutical Sciences and Research Vol. 5, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A cough is a protective physiological mechanism that is useful for removing and clearing the respiratory tract from sputum and foreign particles that can cause infection. Treatments for cough disorders using medicinal plants were conducted because medicinal plants were widely known to have less side effects than synthetic drugs. Basil leaves (Ocimum sanctum L.) and red betel leaves (Piper crocatum Ruiz and Pav) have been used traditionally to treat a cough. The purpose of this study was to determine the mucolytic activity, and the effective concentration of the combination of basil and red betel leaves ethanol extract. The mucolytic activity was performed by measuring the decrease of viscosity of mucous from the cow intestinal mucosa. Mucolytic activity was evaluated upon treatment by each extract (concentration 0.1%, 0.5%, and 1%) and the combination of both. Results showed that ethanol extract of basil leaves or ethanol extract of red betel leaves could reduce viscosity of artificial sputum at the dose of 0.5% each. Moreover, the combination of these extracts synergistically decreases the viscosity. Combination of ethanol extract of basil leaves and red betel can be an alternative medicine for cough treatment.
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI INFUSA BAWANG PUTIH SEGAR DAN BAWANG HITAM (Allium sativum L.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)YANG DIINDUKSI KARAGENAN Deden Winda Suwandi; Siti Imaroh; Neng Fisheri Kurniati
Acta Pharmaceutica Indonesia Vol. 47 No. 2 (2022)
Publisher : School of Pharmacy Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/api.v47i2.19627

Abstract

Inflamasi merupakan respon perlindungan normal terhadap berbagai kerusakan pada jaringan. Bawang putih (Allium sativum L.) secara tradisional digunakan untuk mengobati diabetes, kolesterol, dan tekanan darah tinggi serta terbukti memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi. Bawang hitam merupakan olahan lain dari bawang putih yang dikembangkan untuk mengurangi rasa dan bau yang tak sedap dari bawang putih segar tanpa menghilangkan aktivitas biologisnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi dari bawang putih segar dan bawang hitam dengan menggunakan metode pembengkakan telapak kaki tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi lambda karagenan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa infusa bawang putih segar dan bawang hitam dosis 100 dan 300 mg/kg BB menunjukkan aktivitas sebagai antiinflamasi. Infusa bawang putih segar dosis 100 dan 300 mg/kg BB dapat menurunkan volume radang telapak kaki tikus dengan persen inhibisi radang masing-masing sebesar 33,97% dan 37,21%. Infusa bawang hitam dosis 100 dan 300 mg/kg BB juga memiliki aktivitas yang relatif sama yang ditandai dengan persen inhibisi radang masing-masing sebesar 35,08% dan 42,38%. Meskipun tidak ada perbedaan aktivitas antiinflamasi secara statistik antara infusa bawang putih dengan infusa bawang hitam, namun infusa bawang hitam menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang lebih cepat dan menunjukkan peningkatan aktivitas dengan peningkatan dosis.
SIMULASI IN SILICO SENYAWA AKTIF DAUN JAMBU MAWAR (Syzygium jambos L. Alston) SEBAGAI OBAT ANTIINFLAMASI Deden Winda Suwandi; Nindi Wahyuni; Selvira Anandia Intan M
Jurnal Farmamedika (Pharmamedika Journal) Vol 8 No 1 (2023): Jurnal Farmamedika (Pharmamedica Journal)
Publisher : Sekolah Tinggi Teknologi Industri dan Farmasi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47219/ath.v8i1.205

Abstract

Inflamasi merupakan salah satu respon imun bawaan yang berperan dalam sistem pertahanan terhadap senyawa asing. Dalam penelitian terdahulu telah diketahui bahwa ekstrak daun jambu mawar memiliki aktivitas antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa kandidat dari daun jambu mawar yang memiliki aktivitas antiinflamasi melalui interaksi terhadap reseptor TNF-α dan enzim iNOS. Penelitian ini menggunakan metode in silico yaitu penambatan molekul untuk memprediksi afinitas senyawa-senyawa daun jambu mawar terhadap iNOS dengan kode: 1NSI dan TNF-α dengan kode: 3EWJ. Hasil penambatan molekul menunjukkan senyawa methyl (4R,9R,10R,15R)-4-(cyanomethyl)-4,9,10–trimethyl-3-[2-methyl-1-oxo-1-(1,3-thiazol-2-ylamino)propan-2-yl]-15-prop-1-en-2-yl-2,3,5,6,7,8,11,12,14,15,16,17-dodecahydro-1H-cyclopenta[a]phenanthrene-13-carboxylate memiliki afinitas lebih baik dari ligan alaminya dengan nilai ΔG -13,65 kkal/mol pada residu asam amino GLY346 dan LEU348 reseptor TNF-α, dan menunjukkan senyawa alpha-Tocopherol-beta-D-mannoside memiliki afinitas terbaik dengan nilai ΔG -10,53 kkal/mol pada residu asam amino TRP372 reseptor enzim iNOS. Dapat disimpulkan bahwa kedua senyawa ini merupakan kandidat yang paling potensial sebagai antiinflamasi.
Aktivitas Analgetik Ekstrak dan Fraksi-fraksi Akar Pakis Tangkur (Polypodium feei., METT) Dari Gunung Talaga Bodas Secara In Vivo Deden Winda Suwandi; Tina Rostinawati; Muchtaridi Muchtaridi; Anas Subarnas
Kartika : Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Jenderal Achmad Yani, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26874/kjif.v8i1.280

Abstract

Pakis tangkur merupakan tanaman obat tradisional yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit reumatik. Tanaman ini tumbuh di area pegunungan talaga bodas, Garut. Penelitian sebelumnya, melaporkan bahwa senyawa Shellegueain A yang terkandung dalam akar pakis tangkur yang berasal dari pegunungan Tangkuban Perahu efektif sebagai analgetik. Namun, dalam bentuk sediaan ekstrak yang secara umum merupakan sediaan yang paling banyak digunakan secara tradisional oleh masyarakat belum dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas analgetik ekstrak etanol dosis 100, 200 dan 400 mg/kg serta fraksi n-heksan, etil asetat dan air dosis 50, 100 dan 200 mg/kg dengan metode geliat (siegmund) dan metode panas (hot plate). Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak etanol menghasilkan jumlah geliat hewan sebesar 85,5; 68,45 dan 77,35 kali dengan nilai persen proteksi 71,78; 77,4 dan 74,5 %. Sediaan fraksi n-heksan sebesar 90,45; 78,7 dan 85,95 kali (nilai persen proteksi 70,14; 74,03 dan 71,63 %); fraksi etil asetat sebesar 58,5; 102,5 dan 55,5 kali (nilai persen proteksi 80,05; 66,17 dan 79,68 %) serta fraksi air sebesar 205,2; 65,2 dan 60,5 kali (nilai persen proteksi sebesar 32,28; 78,48 dan 80,03 %). Aktivitas analgetik kuat hanya ditunjukkan oleh fraksi etil asetat dengan lama waktu respon 136,5; 147,5 dan 128,75 detik (nilai persen peningkatan 59,01; 55,4 dan 74,3 %) serta fraksi air sebesar 153; 144,75 dan 146 detik (persen peningkatan 57,39; 66,77 dan 71,47 %). Fraksi yang terbaik sebagai obat pereda nyeri adalah fraksi etil asetat terutama dosis 200 mg/kgbb.   
In Vivo Study: Acute Toxicity and Hypnotic-Sedative Activity of the Ethyl Acetate Fraction of Polypodium feei Suwandi, Deden Winda; Mariyam, Imas Siti; Akbar, Muhammad; Auliasari, Nurul; Hamdani, Siva
Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol 11, No 2 (2024)
Publisher : Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/ijpst.v11i2.44066

Abstract

Tanaman pakis tangkur (Polypodium feei., METT) merupakan tanaman yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat tradisional. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa fraksi etil asetat akar pakis tangkur memiliki aktivitas analgetik kuat pada dosis 200 mg/kgbb. Obat yang aktif sebagai analgetika kuat biasanya memiliki efek lain seperti efek menenangkan dan menimbulkan rasa kantuk. Pada pengujian toksisitas akut dilaporkan bahwa ekstrak akar pakis tangkur bersifat depresan dengan menurunkan aktivitas motorik dan jumlah jengukan hewan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis yang aman serta menentukan dosis efektif dari fraksi akar pakis tangkur sebagai hipnotik-sedatif pada hewan percobaan. Penelitian ini diawali dengan pengujian toksisitas akut dari fraksi etil asetat akar pakis tangkur melalui pengamatan perilaku hewan, penentuan bobot badan, indeks organ dan pengamatan makroskopik organ, serta penetuan nilai LD50. Sehingga diperoleh dosis yang aman untuk penggunaan pada hewan percobaan. Selanjutnya dilakukan pengujian aktivitas hipnotik sedatif berdasarkan parameter jumlah jatuh, onset dan durasi tidur hewan. Induksi tidur dilakukan dengan pemberian fenobarbital secara interaperitoneal. Hasil pengujian toksisitas akut fraksi etil asetat akar pakis tangkur dosis 300, 1.000, 2.000, dan 5.000 mg/kgbb bersifat depresan dengan menurunkan aktivitas motorik dan jumlah jengukan hewan, dosis tertinggi menimbulkan perlemakan pada organ hati. Penggunaan dosis yang lebih kecil dari 1.000 mg/kgbb relatif tidak menimbulkan penyimpangan/gangguan pada hewan percobaan. Pada pengujian aktivitas hipnotik-sedatif diperoleh dosis 100 mg/kgbb sebagai dosis efektif. Peningkatan dosis yaitu 50, 100, dam 200 mg/kgbb dapat meningkatkan aktivitas hipnotik-sedatif yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah jatuh pada alat rotaroad, penurunan onset tidur, serta peningkatan durasi tidur hewan yang berbeda bermakna apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol (P<0,05). Berdasarkan pengujian tersebut penggunaan yang aman dalam sekali pemberian dari fraksi etil asetat akar pakis tangkur adalah maksimal 1.000 mg/kgbb. Fraksi etil asetat memiliki aktivitas hipnotik-sedatif dengan dosis efektif 100 mg/kgbb.
Studi Pendahuluan Fitokimia Tanaman Koleksi Arboretum Legok Pulus Garut Retty Handayani; Ardi Rustamsyah; Farid Perdana; Setiady Ihsan; Deden Winda Suwandi
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry Vol. 4 No. 2 (2017): J. Trop. Pharm. Chem.
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia, 75117, Gedung Administrasi Fakultas Farmasi Jl. Penajam, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jtpc.v4i2.136

Abstract

Arboretrum is a botanical garden which is an open place where there are plants that have been labeled. The purpose of this research is the preliminary study on phytochemical content of secondary metabolite compounds on the leaves of the Legok Pulus Garut arboretum collection plant. the results of the study known twenty-two types of plants contained in Arboretum Garut contain various phytochemical compounds and can be used as collection and research base of medicinal plants. Keywords : arboretum, phytochemicals, secondary metabolites.