Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Uji Aktivitas Antibakteri Gel Minyak Atsiri Daun Kemangi (Oscimum basillicum L) Terhadap Staphylococcus aureus Shoviantari, fenita; Turrohmah, Nur Annisa
Journal of Herbal, Clinical and Pharmaceutical Science (HERCLIPS) Vol 2 No 02 (2021): HERCLIPS VOL 02 NO 02
Publisher : Universitas Muhammadiyah Gresik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30587/herclips.v2i02.2408

Abstract

The essential oil of basil leaves (Oscimum basillicum L) has a mixture of chemical compositions, the most common of which are terpenes, aldehydes, alcohols, esters, phenols and ketones. Of these compounds that have antibacterial activity is linalool (51.2-74.73%) which is included in the terpenoid compound group. Objective: This study aims to determine whether there is an effect of the concentration of basil essential oil on the physical quality test of gel preparations and to determine whether there is a difference in the effect of the concentration of basil essential oil on antibacterial activity. The essential oil of basil leaves essential oil hand antiseptic gel was formulated with 4%, 6%, and 8% concentration of basil essential oil. Method: Antibacterial activity test was performed using the Disk Diffusion method. Results: The results of the research for the hand antiseptic gel of the essential oil of basil leaves (Oscimum basillicum L) met the parameters of the organoleptic test, homogeneity test, pH test, spreadability test and adhesion test. Basil leaf essential oil hand antiseptic gel with a concentration of 4% can inhibit bacterial growth with an average of 9mm, a concentration of 6% with an average of 10mm, and a concentration of 8% with an average of 12mm. By analyzing the data using One Way ANOVA, the Sig. 0,000 which means that there are differences in the three formulations. Conclusion: The three formulations are susceptible to strong inhibition.
Penyuluhan Kosmetik yang Aman dan Notifikasi Kosmetik Agustina, Lia; Shoviantari, Fenita; Yuliati, Ninis
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Kosmetik merupakan sediaan topikal yang ditujukan untuk memelihara atau memperbaiki penampilan, salah satunya adalah lipstik. Tujuan: Memberikan pengetahuan tentang notifikasi kosmetik, cara penyimpanan yang baik dan usia guna kosmetik. Metode : Pendekatan personal melalui kegiatan penyuluhan dan pengukuran kefahaman peserta melalui pemberian kuisioner. Hasil : 71% peserta tidak mengetahui bahwa dalam kosmetik (khususnya lipstik) dapat mengandung bahan yang berbahaya, sebanyak 86% peserta tidak mengetahui tentang notifikasi kosmetik dan 86% tidak mengetahui usia guna dari lipstik. Setelah diberikan penyuluhan, terjadi peningkatan pemahaman dari peserta penyuluhan yaitu pemahaman akan bahan-bahan berbahaya dalam kosmetik meningkat sebesar 81%, pemahaman akan notifikasi kosmetik yaitu 86% dan pemahaman terhadap usia guna kosmetik sebesar 86%. Kesimpulan : Pemberian penyuluhan meningkatkan pengetahuan peserta akan bahan berbahaya, notifikasi dan usia guna kosmetik (lipstick).
PENYULUHAN PENCEGAHAN KANKER KULIT DENGAN PENGGUNAAN TABIR SURYA Shoviantari, Fenita; Agustina, Lia
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya paparan sinar matahari terhadap kulit, maka diperlukan suatu penyuluhan kepada masyarakat. Paparan sinar matahari dapat menyebabkan dampak yang buruk bagi kulit, salah satunya adalah kanker kulit. Salah satu cara dalam meningkatkan perlindungan kulit terhadap dampak buruk matahari adalah dengan menggunakan tabir surya. Tabir surya dapat menghalangi penetrasi sinar UV ke dalam kulit. Tujuan: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya sinar UV. Metode: Metode yang digunakan pada penyuluhan ini adalah metode ceramah, praktek, dan ditambah dengan pre dan post test kepada seluruh peserta penyuluhan untuk mengetahui tingkat pengetahuan awal dan keberhasilan penyampaian materi penyuluhan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus 2019 dengan sasaran peserta adalah wali murid di TK Dharma Wanita Tosaren 2 di RW 10 Dusun Tirtoudan Kelurahan Tosaren, Kota Kediri. Hasil:  Dari hasil pre dan post test dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan pengetahuan peserta penyuluhan setelah pre dan post test dari rata – rata 25 menjadi 70. Kesimpulan: Kegiatan penyuluhan pencegahan kanker kulit dengan penggunaan tabir surya mampu meningkatkan pengetahuan peserta kegiatan. 
UJI AKTIVITAS GEL LENDIR BEKICOT (ACHATINA FULICA) SEBAGAI PENYEMBUHAN LUKA SAYAT Shoviantari, Fenita; Fajriyah, Shofiatul; Agustin, Ela; Khairani, Shafia
Jurnal Ilmiah As-Syifaa Vol 13, No 1 (2021): AS-SYIFAA JURNAL FARMASI
Publisher : Fakultas Farmasi UMI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/jifa.v13i1.648

Abstract

Snail mucus (Achatina fulica) has a high protein content, which includes beta agglutinin, achasin protein, acharan sulfate, and glycoconjugate. The objectives of this study was to determine differences in physical evaluation of the quality of the gel preparation against snail mucus concentration and to determine the efficacy of snail mucus gel as a wound healing. This study used an experimental research method with a sample of 4 male rats (Rattus novergicus) which were divided into 6 groups in each. The results showed that there was no effect of the physical quality of snail slime gel (Achatina fulica) on the concentration of snail slime formulated. It has been proven in the Kruskall wallis statistical test with the Sig. > 0.05. The results of the wound healing activity test showed an average value of K (+) 49.61%, K (-) 17.48%, P1 48.23%, P2 43.63%, P3 43.43%, and P4 23, 97. Values that indicate differences in K (-) and P4 are evidenced in the Post Hoc LSD test with Sig. <0.05. It can be concluded that the concentration of snail mucus does not affect the physical quality of snail mucus gel preparations and snail mucus gel with snail mucus concentration of 10% is effective in the process of wound healing.
Formulasi dan Evaluasi Sabun Mandi Cair dengan Ekstrak Tomat (Solanum Lycopersicum L.) sebagai Antioksidan Lia Agustina; Mia Yulianti; Fenita Shoviantari; Indra Fauzi Sabban
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 4, No 2 (2017)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.315 KB)

Abstract

Latar belakang: Buah tomat (Solanum lycopersicum L.) mengandung banyak zat yang bermanfaat, salah satunya likopen yang berfungsi sebagai antioksidan. Kulit merupakan organ terluar tubuh yang seringkali terpapar pada radikal bebas. Tujuan: Penelitian ini bertujuan membuat sediaan sabun cair yang mengandung ekstrak buah tomat (Solanum lycopersicum L.) Metode: Ekstraksi buah tomat dengan cara maserasi, pemekatan dengan rotary evaporator dan pengeringan dengan FBD (Fluid Bed Dryer). Optimasi formula dilakukan dengan memvariasikan jumlah carbopol. Aktivitas antioksidan ditentukan dengan uji DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil: Formulasi terbaik sabun menggunakan carbopol dengan konsentrasi 6%. Uji evaluasi yang dilakukan yaitu organoleptis dengan warna bau dan homogenitas yang baik., pH selama masa penyimpanan, stabilitas busa, serta viskositas menggunakan nilai SNI sebagai rujukan. Simpulan: Berdasarkan uji evaluasi yang telah dilakukan terhadap sabun cair maka dapat disimpulkan bahwa formula dengan konsentrasi carbopol 6% adalah yang terbaik.
UJI IRITASI GEL LENDIR BEKICOT (Achatina fulica) SECARA HISTOPATOLOGI Shofiatul Fajriyah; Fenita Shoviantari; Binti Nurkayati; Shafia Khairani; Lia Agustina
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 7, No 2 (2020)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Lendir bekicot (Acahtina fulica) mengandung glikokonjugat kompleks yaitu glikosaminoglikan dan proteoglikan yang memiliki banyak fungsi diantaranya dapat menyembuhkan luka. Salah satu syarat sediaan topikal yang baik adalah tidak mengiritasi kulit. Sediaan topikal yang mengiritasi kulit justru akan memperparah kondisi pada kulit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji mutu fisik dan efek iritasi dalam sediaan gel dari perbedaan konsentrasi lendir bekicot. Metode: Lendir bekicot diformulasikan dalam bentuk sediaan gel menggunakan gelling agent karbopol 940 dengan perbedaan konsentrasi dari lendir bekicot 10%, 15%, dan 20%. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya pengaruh mutu fisik sediaan gel dengan perbendaan konsentrasi lendir bekicot. Hasil uji iritasi secara mikroskopis dari skor indeks pada preparat histologi kulit tikus jantan yang diwarnai dengan Hematoxillyn eosin menghasilkan bahwa sediaan gel pada formula 1 dan 2 sedikit mengiritasi serta pada formulasi 3 menghasilkan sediaan gel dengan iritasi sedang. Simpulan: dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan konsentrasi lendir bekicotengan rentang 10 – 20% tidak mempengaruhi hasil uji mutu fisik dan penggunaan lendir bekicot sampai dengan kadar 15% aman digunakan.
PENGARUH VARIASI KONSENTRASI MUCIN (ACHATINA FULICA) TERHADAP KUALITAS FISIK DAN STABILITAS MUCIN GEL Lia Agustina, M.S., Apt.; Fenita Shoviantari; Dimas Aditya
Jurnal Wiyata Penelitian Sains dan Kesehatan Vol 6, No 1 (2019)
Publisher : LP2M IIK (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan) Bhakti Wiy

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.168 KB)

Abstract

Latar belakang: Lendir bekicot mengandung glycosaminoglycan yang dapat mepercepat penyembuhkan luka dan protein achasin sebagai antibakteri. Lendir bekicot dapat dibuat dalam bentuk sediaan gel. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formulasi sediaan gel  mucin Achatina fulica dan melakukan evaluasi sediaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formulasi sediaan gel  mucin Achatina fulica dan melakukan evaluasi sediaan. Metode: Optimasi formula dilakukan dengan memvariasikan jumlah mucin A. fulica bekicot yang digunakan yaitu 9.5% (Formula 1), 10.5% (Formula 2), dan 11.5% (Formula 3). Formula dalam sediaan gel mucin bekicot meliputi HPMC (gelling agent), metil dan propil paraben (pengawet), mucin bekicot (zat aktif), gliserin (pelembab), parfum dan aquadest (pelarut). Evaluasi sediaan yang dilakukan meliputi organoleptis, uji pH, uji homogenitas, uji iritasi, uji daya sebar. Hasil: Sediaan yang dihasilkan homogen dan tidak mengalami perubahan warna dan konsistensi sediaan. pH sediaan yaitu 6,84 – 7,68 dengan hasil uji iritasi negatif. Sediaan memiliki kemampuan sebar yaitu 5 – 6,8. Simpulan: Mucin Achatina pada konsentrasi yang digunakan (9,5; 10,5; 11,5% tidak mempengaruhi kualitas fisik gel yang dihasilkan. Gel yang dihasilkan stabil selama masa simpan.
Uji Aktivitas Tonik Rambut Nanoemulsi Minyak Kemiri (Aleurites moluccana L.) Fenita Shoviantari; Zefia Liziarmezilia; Adventa Bahing; Lia Agustina
JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA Vol. 6 No. 2 (2019): JURNAL FARMASI DAN ILMU KEFARMASIAN INDONESIA
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jfiki.v6i22019.69-73

Abstract

Pendahuluan: Minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) mengandung asam oleat yang tinggi dan memiliki aktivitas sebagai perangsang pertumbuhan rambut yang telah banyak digunakan secara turun temurun sebagai tonik rambut.  Pada penelitian ini, minyak kemiri diformulasikan menjadi sediaan kosmetik dengan sistem penghantaran nanoemulsi yang memiliki tujuan untuk meningkatkan penetrasi dan aktivitasnya. Nanoemulsi adalah sediaan emulsi transparan yang memiliki ukuran droplet kurang dari 100 nm. Tujuan: Untuk mengetahui aktivitas nanoemulsi minyak kemiri dalam mempercepat pertumbuhan rambut pada kelinci jantan. Metode: Nanoemulsi yang dibuat menggunakan minyak kemiri 5%, dicampur dengan Span 80 serta Tween 80 sebagai surfaktan, etanol 96% sebagai ko-surfaktan, dan pembawa air suling. Evaluasi mutu fisik nanoemulsi meliputi organoleptis, ukuran droplet, polydispersity index, pH, dan tipe nanoemulsi. Uji aktivitas dilakukan secara in vivo menggunakan kelinci jantan dengan 4 kelompok perlakuan (kelompok minyak konvensional, nanoemulsi, kontrol positif dan negatif) selama 21 hari. Hasil: Hasil uji mutu fisik nanoemulsi didapatkan nanoemulsi dengan tipe minyak dalam air yang jernih dengan ukuran droplet 21,1 nm dan polydispersity index 0,338 dengan pH 5,47 ± 0,029. Hasil uji aktivitas menunjukkan bahwa kelinci yang diberi perlakuan nanoemulsi minyak kemiri memiliki panjang dan tebal rambut yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Kesimpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nanoemulsi minyak kemiri dapat meningkatkan aktivitas pertumbuhan rambut dibandingkan dengan minyak kemiri konvensional.
Patterns of Antihistamin and Corticosteroids Usage In Dermatitis Patients At Primary Public Health Center in Jombang: Pola Penggunaan Antihistamin dan Kortikosteroid Pada Pasien Dermatitis di Puskesmas Kabupaten Jombang Shofiatul Fajriyah; Dea Justisia Ayu Nandya; Erni Anikasari; Fenita Shoviantari
Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science) Vol. 8 No. 2 (2023): Journal Pharmasci (Journal of Pharmacy and Science)
Publisher : Akademi Farmasi Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.53342/pharmasci.v8i2.328

Abstract

Dermatitis or eczema is a form of the condition in which the layers of the skin (epidermis and dermis) have general inflammation which is usually influenced by endogenous and exogenous factors causing clinical abnormalities in the form of polymorphic efflorescence (erythema, edema, papules, vesicles, scales, lichenification) and itching complaint. This study simed to determine the treatment pattern given to patients with atopic dermatitis and contact dermatitis at the Jelakombo Health Center Jombang. This was an observational study with retrospective data collection. The data sourced used was existing medical records from January to December 2020. Data analysis was carried out descriptively with purposive sampling. The results showed that the most common dermatitis patients were atopic dermatitis (34%) which mostly treated with CTM+Dexamethasone. Patients with allergic contact dermatitis were 38 patients (38%), the most common drug regimen to manage it was Cetirizine+Hydrocortisone ointment. There were 28 patients (28%) with irritant contact dermatitis, which mostly treated with Cetirizine+Hydrocortisone Ointment followed by CTM + Dexamethasone. This study concluded that the drug regimen for the three types of dermatitis was almost the same, namely a combination of oral and topical antihistamines and corticosteroids. The antihistamines used were first-generation antihistamines (CTM) and second-generation (Cetirizine and Loratadine). Further assessment related to whether the sedation effect was wanted or it was disturbing side effect is needed. The widely used oral corticosteroid was dexamethasone, which is a high-potency corticosteroid, so its use must be judicious. Topical corticosteroids were hydrocortisone ointments that include low potency topical corticosteroids which are the first line of atopic dermatitis and allergic contact dermatitis.
UJI KELEMBAPAN PELEMBAB BIBIR EKSTRAK DAUN LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) Cahaya Firdausi Imani; Fenita Shoviantari
JURNAL PHARMA BHAKTA Vol 2 No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : FAKULTAS FARMASI, INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Pelembab bibir atau biasa dikenal dengan lip balm merupakan suatu sediaan yang berfungsi untuk melembabkan bibir dengan mempertahankan kelembapan, mencegah kekeringan, kerusakan kulit dan kerusakan kulit akibat sinar matahari, serta menciptakan lapisan pelindung yang membantu menghidrasi kulit, serta mencegah penguapan air dari kulit. Lidah buaya (Aloe Vera L) merupakan salah satu bahan dari alam yang dapat berfungsi sebagai pelembab kulit. Lidah buaya mengandung banyak manfaat untuk kosmetik seperti vitamin C dan E yang melembabkan kulit. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil uji mutu fisik dan hasil uji kelembapan dalam sediaan Lip balm ekstrak Lidah buaya (Aloe Vera L) dengan variasi konsentrasi 3%, 6%, dan 9%. Metode: Penelitian yang dilaksanakan merupakan penelitian eksperimental dengan 3 tahapan proses, yang pertama formulasi sediaan lip balm, kedua uji mutu fisik, dan ketiga uji kelembapan dan uji iritasi pada subyek. Hasil: Dihasilkan formula lip balm yang stabil. Hasil uji mutu fisik pada uji organoleptis, uji homogenitas, uji pH, uji daya sebar, dan uji stabilitas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbedaan konsentrasi ekstrak. Pada uji kelembapan didapatkan nilai peresentase kelembapan pada formula 1 sebesar 24,2%, formula 2 sebesar 27,9%, dan pada formula 3 sebesar 41%; dan semua formula tidak mengiritasi kulit. Simpulan: Perbedaan konsentrasi lidah buaya pada setiap formula tidak mempengaruhi hasil uji mutu fisik. Formula dengan daya kelembapan paling tinggi adalah formula 3 dengan konsentrasi ekstrak sebesar 9%.