Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Agrikultura

Eksplorasi dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) serta Karakteristik Tanah Lahan Pasca Tambang Batu Bara pada Tingkat Kelerengan Berbeda di Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Wisnubroto, Muhammad Parikesit; Armansyah, Armansyah; Anwar, Aswaldi; Suhendra, Dede
Agrikultura Vol 35, No 1 (2024): April, 2024
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v35i1.53685

Abstract

Kegiatan penambangan memberikan nilai keuntungan ekonomi yang cukup besar bagi suatu negara, salah satunya tambang batu bara. Akan tetapi, dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan juga relatif besar. Upaya revegetasi lahan dapat dicapai antara lain dengan penggunaan fungi mikoriza arbuskular (FMA). Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh FMA indigen dari lahan bekas tambang batu bara di Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto untuk dikembangkan sebagai sumber inokulum, sehingga dapat diaplikasikan dalam upaya revegetasi lahan. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel tanah dari lahan bekas tambang batu bara sebanyak sepuluh titik yang dibedakan menjadi lima macam tipe kelerangan yaitu datar, landai, curam, agak curam, dan sangat curam. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa lahan bekas tambang batu bara tergolong tanah marginal dengan tingkat kesuburan rendah ditandai dengan dominasi fraksi pasir, pH rendah, kadar hara P, N, K, Ca, Mg, dan KTK yang rendah serta memiliki kandungan unsur logam Al dan Pb yang tinggi. Adapun dari lima kategori kelerengan ditemukan empat jenis spora FAM yaitu Glomus sp., Acaulospora sp., Gigaspora sp., dan Sclerocystis sp. Lereng datar memberikan jumlah spora tertinggi dibanding lereng lainnya. Glomus sp. memiliki kemampuan adaptasi yang lebih tinggi di semua tipe lereng dibandingkan jenis lain. Semakin tinggi pH dan kadar P dalam tanah, jumlah dan keanekaragaman spora akan semakin menurun. Sementara itu, semakin tinggi nilai KTK tanah, jumlah dan keanekaragaman spora akan semakin tinggi sampai batas optimal tertentu bergantung dari kemampuan adaptasi masing-masing spora FMA.
Potensi Bacillus spp. sebagai Agens Biokontrol Pengendali Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp. cepae) dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Yanti, Yulmira; Nurbailis, Nurbailis; Dwipa, Indra; Suhendra, Dede
Agrikultura Vol 36, No 1 (2025): April, 2025
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v36i1.55165

Abstract

Penyakit layu fusarium pada tanaman bawang merah disebabkan oleh Fusarium oxysporum    f.sp. cepae (FOC). Penyakit ini tergolong penyakit penting pada tanaman bawang merah yang dapat menimbulkan kerugian hingga 50% atau bahkan menyebabkan gagal panen. Alternatif pengendalian penyakit layu fusarium bisa dilakukan dengan memanfaatkan bakteri Bacillus spp. Penelitian ini bertujuan untuk menguji bakteri Bacillus spp. sebagai agens biokontrol untuk menekan perkembangan penyakit layu fusarium dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil tanaman bawang merah.  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Fitopatologi Departemen Proteksi Tanaman serta di Kebun Percobaan, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang pada bulan April sampai September 2023. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas 8 perlakuan (6 galur bakteri Bacillus spp., kontrol positif, dan kontrol negatif) yang diulang sebanyak 6 kali. Bakteri Bacillus spp. yang digunakan adalah B. waihenstephanensis galur RBTLL 3.2, B. cereus galur MRDKBTE 1.3, B. thuringiensis galur MRSNRZ 3.1, B. mycoides galur MRSNUMBE 2.2, B. mycoides galur MRBPBT 2.1, dan B. cereus galur MRPLUMBE 1.3.  Bakteri Bacillus spp., diintroduksi pada umbi bawang merah dengan merendam umbi sebelum ditanam dan inokulasi FOC di sekitar perakaran pada umur tanaman 4 minggu. Variabel yang diamati yaitu perkembangan penyakit (masa inkubasi, kejadian penyakit dan keparahan penyakit) dan pertumbuhan bawang merah (tinggi, jumlah daun, berat basah, dan berat kering umbi). Perlakuan B. cereus galur MRPLUMBE 1.3 menunjukkan kemampuan terbaik menghambat perkembangan penyakit layu fusarium, sedangkan B. mycoides galur MRBPBT 2.1 memberikan hasil terbaik dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang merah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Bacillus spp. memiliki potensi untuk menekan perkembangan penyakit layu fusarium dan meningkatkan pertumbuhan tanaman bawang merah.