Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

THE REDUCTION OF ANXIETY AND PAIN DURING VENOUS BLOOD SAMPLING USING HYPNO-EFT (EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUES) METHOD Navianti, Diah; Garini, Ardiya; Karneli, Karneli
Public Health of Indonesia Vol. 4 No. 2 (2018): April - June
Publisher : YCAB Publisher & IAKMI SULTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.279 KB) | DOI: 10.36685/phi.v4i2.154

Abstract

Background: Venous blood sampling has several risks of complication, the basic cause was emotional factor, such as anxiety and pain, which remain important to be solved. Objective: The aim of this study was to determine the effect of hypno–EFT to reduce the anxiety and pain during venous blood sampling. Methods: The design of the study was quasi experimental, with pretest posttest with control group design. The sampling technique was simple random sampling to select 52 respondents. Anxiety was measured using a Hamilton anxiety rating scale (HARS) modification and pain was measured using the Visual analogue scale (VAS) method. Wilcoxon and Manova multivariate test were used for data analysis.Results: Before hypno-EFT there was 1 person (2.9%) did not experience anxiety, 9 people (25.7%) with mild anxiety, 20 people (57.1%) with moderate anxiety and 5 people (14.3%) with severe anxiety. After hypno-EFT therapy, there were 23 people (65.7%) did not get anxiety, mild anxiety were 11 people (31.4%) and severe anxiety was found in 1 person (2.9%). For the average pain of  respondent in venipuncture before hypno-EFT was 3.20 with a median 3.00 and a standard deviation was 1.91. The minimum value of pain was 0 and 9 in maximum. After therapy Hypno-EFT, the average pain was 1.54  and the minimum value of pain was 0 and 6 at maximum. Statistical  result  showed that the p-value of anxiety and pain was 0.000 (<0.05)Conclusion: There was a significant effect of hypno-EFT therapy to decrease the anxiety and pain during venous blood sampling. This method is recommended as an alternative procedure in venous blood sampling with complicating factors.
ANALISIS PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS PADA ANAK UMUR 4-5 TAHUN Rahmadayanti, Ade Marlisa; Mulya, Bramta Sukma; Karneli, Karneli
Jurnal Kesehatan Abdurrahman Vol 12 No 2 (2023): Jurnal Kesehatan Abdurahman
Publisher : STIKES Abdurahman. Pusat Informasi dan Manajemen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55045/jkab.v12i2.177

Abstract

Brain Gym merupakan beberapa gerakan sederhana yang didesain dapat meoptimalisasi otak. Hal tersebut menyangkut keseimbangan otak bagian kanan-kiri, relaksasi otak belakang dan otak depan. Gerakan tersebut dapat menyerap jumlah kemampuan dalam berkomunikasi lebih cepat. Gerakan yang dapat berpengaruh untuk merengangkan otot dan konsentrasi, pengertian serta pemahaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh brain gym terhadap perkembangan motorik halus pada anak umur 4-5 tahun. Dengan menggunakan metode studi literatur maka dilakukan analisis terhadap hasil penelusuran jurnal (e-journal) dan artikel dengan tinjauan teori (e-book). Penelitian ini mengungkapkan bahwa Frekuensi pemberian brain gymterhadap perkembangan motorik halus dapat dilihat dalam waktu 3x seminggu, Lama pemberian senam otak terhadap perkembangan motorik halus pada anak 4-5 tahun 10-15 menit, Lama waktu untuk mendapatkan hasil kemajuan perkembangan motorik halus pada anak adalah 4 minggu. Alat ukur yang digunakan untuk menilai hasil kemajuan perkembangan motorik halus pada anak usia 4-5 tahun menggunakan KPSP. Efektivitas pemberian senam otak lebih baik daripada metode lainnya (alat permainan edukatif, seperti kartu pasangan, loto warna kotak alpabet dan aktivitas fungsional, seperti berjalan santai, membaca dan menulis) terhadap peningkatan motorik halus pada anak
Gambaran Keberadaan Tinea Unguium Pada Kuku Kaki Petani Padi Di Kelurahan Sungai Selincah Kecamatan Kalidoni Kota Palembang Tahun 2021 Nurfadilah, Alia; Hermansyah, Herry; Karneli, Karneli; Refai, Refai
Jurnal Fatmawati Laboratory & Medical Science Vol 1 No 1 (2021): Bacteriology dll
Publisher : POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33088/flms.v1i1.184

Abstract

Latar Belakang : Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada petani yaitu dermatofitosis disebabkan jamur dermatofita. Tinea unguium merupakan dermatofitosis yang menyerang bagian kuku. Infeksi ini sering terjadi pada seseorang yang bekerja ditempat lembab dan kotor seperti sawah. Apabila sudah terinfeksi, jamur ini sulit diatasi. Tujuan Penelitian : Mengetahui keberadaan Tinea unguium pada kuku kaki petani padi berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Penggunaan APD, Personal Hygen, Penggunaan Sumber Air, Pendidikan dan Lama Bekerja. Metode penelitian bersifat deskriptif, pendekatan cross sectional dengan teknik simple random sampling, menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian: Dari 40 reponden, didapatkan 47,5% positif Tinea unguium, Berdasarkan usia, usia produktif 50% positif jenis kelamin, laki-laki 47,6% tidak memakai APD 65,5% Personal Hygiene, baik 13% lama bekerja, ≥5 tahun 51,4% pendidikan, rendah <SMA 48,6% air tidak mengalir 59,4%. Kesimpulan : Didapatkan gambaran keberadaan Tinea unguium pada kuku kaki petani padi di kelurahan sungai selincah kecamatan kalidoni kota Palembang tahun 2021 sebesar 47,5%. Oleh sebab itu, diharapkan bagi petani padi untuk selalu menjaga pola hidup bersih dan sehat dan mempertahankan Personal Hygiene yang baik. Kata Kunci : Petani Padi, Dermatofitosis, Dermatofita, Tinea unguium
VARIASI WAKTU SIMPAN DARAH DONOR KEDALUWARSA PADA MEDIA AGAR DARAH TERHADAP DIAMETER ZONA HEMOLISIS STAPHYLOCOCCUS AUREUS Cheni Dwi Antika Putri, Cheni Dwi Antika Putri; Handayani, Handayani; Karneli, Karneli; Fandianta, Fandianta; Naue, Dian Adhe Bianggo
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 4 No 2 (2024): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v4i2.2673

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Darah domba merupakan gold standar pada pembuatan media agar darah, namun darah domba yang telah diproses defibrinasi dijual secara komersial dengan harga yang sangat mahal. Darah manusia mengandung zat yang mirip dengan darah domba dan dapat digunakan sebagai alternatif bahan dari pembuatan media agar darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi waktu simpan darah donor yang kedaluwarsa pada pembuatan media agar darah terhadap diameter zona hemolisis bakteri Staphylococcus aureus. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis kuasi eksperimental dengan objek penelitian berupa diameter zona hemolisis bakteri Staphylococcus aureus. Hasil penelitian didapatkan rata-rata diameter zona hemolisis Staphylococcus aureus pada media agar darah donor kedaluwarsa 1 minggu, 2 minggu, 3 minggu dan 4 minggu adalah 10,67 mm; 10,50 mm; 10,00 mm; dan 10,00 mm. Berdasarkan hasil uji ANOVA didapatkan p-value 0,941 (P > 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak ada pengaruh pada media agar darah donor kedaluwarsa 1-4 minggu terhadap besar diameter zona hemolisis Staphylococcus aureus.
Analisis Kadar Interferon Gamma pada Penderita TB Fitriana, Eka; Simanjuntak, James P.; Hermansyah, Herry; Karneli, Karneli
Journal of Telenursing (JOTING) Vol 6 No 2 (2024): Journal of Telenursing (JOTING)
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/joting.v6i2.12990

Abstract

This study aims to determine the levels of IFN-γ in patients with SO TB and RO TB and to analyze the differences in IFN-γ levels in patients with RO TB and SO TB. The research method used is descriptive-analytical with a cross-sectional approach. The results showed that of the 50 respondents with Pulmonary TB, the largest percentage of respondents were male (52%) and in the adult age category (44%). The examination results showed that the average IFN-γ level in patients with RO TB was lower, namely 65.38 pg/ml compared to the average IFN-γ level in patients with SO TB, namely 82.37 pg/ml. In conclusion, there is a significant difference between IFN-γ levels in patients with SO TB and RO TB. Keywords: Interferon Gamma, Drug-Resistant TB (RO TB)
PENINGKATAN PENGETAHUAN PENYAKIT KECACINGAN PADA SISWA SD NEGERI 186 PALEMBANG Karneli, Karneli; Karwiti, Witi; Hermansyah, Herry
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS) Vol 2 No Tahun (2020): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Politeknik Kesehatatan Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/j.abdikemas.v2iTahun.1197

Abstract

Health is a basic need for humans in general, one of the problems of Indonesian society both in rural and urban areas with inadequate hygiene and sanitation conditions is helminth infection. Worms are still a major health and economic problem in society, especially in people who do not keep themselves clean. It is estimated that around the world there are still as many as 300 million cases of helminthiasis, either single infestation or mixed infestation of worms. According to Gordon and Le Richt (1950) the emergence of a disease as stated by is largely determined by three main factors, namely the host (host), the cause of the disease (agent), and the environment (environment). that factor. If the main cause has been found, continue with efforts to overcome the cause in question, which in this case is to provide and organize health education efforts.
ALQAWI ADJI SAPUTRA BAYU MELLANDA AKBAR DAN KARNELI - GAMBARAN JAMUR UDARA PADA LABORATORIUM ANALIS KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG TAHUN 2017 SAPUTRA, ALQAWI AJI; AKBAR, BAYU MELLANDA; KARNELI, KARNELI
JPP JURNAL KESEHATAN POLTEKKES PALEMBANG Vol 12 No 2 (2017): JPP Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang
Publisher : Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Jamur udara belum mendapatkan perhatian yang serius oleh masyarakat. Mikotoksin pada jamur dapat menyebabkan penyakit serius pada saat imunitas menurun. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur pada Laboratorium adalah suhu dan kelembaban udara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran jamur udara pada laboratorium Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan palembang tahun 2017. Jenis penelitian yang dipakai adalah deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh laboratorium di jurusan Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Palembang yang berjumlah 8 ruangan. Metode pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa jamur udara adalah metode taburan (pour plate). Hasil penelitian menunjukan bahwa 8 sampel (100%)udara laboratorium, memenuhi syarat batasan jamur udara didalam ruangJamur Udaraan berdasarkan indoor air quality: biological contaminants World Health Organization (<150 CFU/m). Hasil dari penelitian ini menunjukan rata-rata jamur udara sebesar 8.03 CFU/m , median sebesar 5.69CFU/m3, standar deviasi sebesar 4.5247 CFU/m3, nilai maksimum sebesar 16.26 CFU/m,dan nilai minimum sebesar 4.07 CFU/m3.Sebagian besar didapatkan koloni jamur yangtumbuh di media adalah Aspergillus sp., Penicillium sp., Fusarium sp., dll. Dengan demikian bagi pengelola laboratorium untuk tetap menjaga dan meningkatkan kebersihanlaboratorium secara berkala baik lingkungan maupun sirkulasi udara yang ada di laboratorium tersebut.
HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN KELUARGA DAN PRILAKU KELUARGA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI RSUD KAYUAGUNGTAHUN 2018 Ali, Saidina; Karneli, Karneli; Hermansyah, Herry
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 1 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i1.613

Abstract

Latar Belakang: Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat mudah sekali yaitu: melalui batuk,bersin dan berbicara,Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lingkungan keluarga dan prilaku keluarga dengan kejadian Di RSUD Kayu Agung Pada Tahun 2018. Metode penelitian bersifat Deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kayu Agung. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat di instalasi rawat jalan penyakit Di RSUD Kayu Agung. Hasil penelitian dari semua populasi didaptkan 10 responden dengan persentase (33.3%) jumlah ini lebih kecil dibanding responden yang tidak terdiagnosa TB Paru dengan persentase (66.7%). Berdasarkan Lingkungan Keluarga yang tidak sehat sebanyak 10 responden dengan persentase (33.3%) jumlah ini lebih kecil dibanding responden Lingkungan Keluarga yang sehat dengan persentase (66.7%). berdasarkan Prilaku Keluarga buruk didapatkan persentase (36.7%), jumlah ini lebih kecil dibanding responden Prilaku Keluarga baik dengan persentase (63.3%). Berdasarkan uji chi square pada α=0.05 diperolehp value=0.005< α=0.05 maka menunjukan ada hubungan yang bermakna antara lingkungan keluarga dengan kejadian TB Paru. Kesimpulan secara hipotesis menyatakan ada hubungan antara prilaku keluarga dengan kejadian TB Paru dan menyatakan ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan kejadian TB Paru.. Kata kunci : TB Paru,Lingkungan keluarga, Prilaku keluarga
ANALISIS KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA TINGKAT 3 PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Caesaria, Adella; Mutholib, Abdul -; Karneli, Karneli; Edyansyah, Erwin; Nurhayati, Nurhayati
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 2 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i2.1090

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Stres merupakan respon tidak spesifik tubuh karena adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu tersebut untuk memenuhinya. Saat stres, tubuh akan merespon dengan menstimulasi area hipotalamus untuk menghasilkan hormon epinefrin yang berfungsi untuk mengubah glikogen menjadi glukosa dan norepinefrin yang berfungsi untuk mencegah penurunan kadar glukosa darah. Kondisi stres yang terus berlangsung dapat mengakibatkan kadar glukosa meningkat sehingga dapat menimbulkan risiko hipertensi dan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah dengan tingkat stres mahasiswa tingkat 3 Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Poltekkes Kemenkes Palembang tahun 2021. Metode: penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2021 di Kampus Jurusan TLM Poltekkes Kemenkes Palembang. Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu menggunakan metode GOD-PAP dan pengukuran tingkat stres menggunakan kuesioner DASS-42. Hasil: rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres normal adalah 83 mg/dL, rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres ringan adalah 82 mg/dL, rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres sedang adalah 83 mg/dL, dan rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres berat adalah 81 mg/dL. Dari hasil uji Anova didapatkan nilai p-value = 0.98 atau > 0,05. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kadar glukosa dengan tingkat stres mahasiswa. Kesimpulan: tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dengan tingkat stres mahasiswa. Kata kunci : Glukosa darah, tingkat stres, mahasiswa ABSTRACT Background: Stress is a non-specific response of the body due to demands that exceed the individual's ability to fulfill them. When people get stressed, the body will respond by stimulating the hypothalamic area to produce the epinephrine which functions to convert glycogen into glucose and norepinephrine which functions to prevent a decrease in blood glucose levels. Continuous stress can cause glucose levels to increase so that it can increase the risk of hypertension and diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine the relationship between blood glucose levels and stress levels on the third year students of the Medical Laboratory Technology (MLT), a three-year diploma program, Poltekkes Kemenkes Palembang in 2021. Methods: This research is an observational-analytic study with a cross-sectional approach. The research was carried out on February 9, 2021 at the MLT Campus, Palembang. The number of research sample was 40 students who were selected based on inclusion and exclusion criteria. The determination of blood glucose levels used the GOD-PAP method and the measurement of stress levels used the DASS-42 questionnaire. Results: the average blood glucose level with stress level of normal, mild, moderate, and severe were 83 mg/dL, 82 mg/dL, 83 mg/dL, and 81 mg/dL, respectively. From the results of the ANOVA test, the p-value = 0.98 or > 0.05. This means that there is no relationship between glucose levels and student stress levels. Conclusion: there is no significant relationship between blood glucose levels and stress levels of students. Keywords: Blood glucose, stress level, students
FREKUENSI PROTEINURIA PADA PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) Khoerrunisah, Assyifa; Asrori, Asrori; Karneli, Karneli; Edyansyah, Erwin
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 2 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i2.1092

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun multisistem yang mengakibatkan kerusakan organ,jaringan dan sel mediasi karena kompleks imun dan autoantibodi yang berikatan dengan antigen jaringan. LES dapat menyerang satu atau lebih organ, salah satu organ yang banyak diserang adalah ginjal yang dapat menyebabkan komplikasi LES yakni Lupus Nefritis yang memiliki gejala proteinuria. Proteinuria adalah keadaan abnormal dimana jumlah protein dalam urin lebih dari 300 mg dalam urin 24 jam dan 30 mg/dL dalam urin sewaktu. Tujuan penelitian: ini adalah untuk mengetahui frekuensi proteinuria pada penderita Lupus Eritematosus Sistemik (LES) di Palembang tahun 2020, berdasarkan umur, jenis kelamin dan lama sakit. Metode Penelitian: metode penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Sampel pemeriksaan yang digunakan adalah urin sewaktu. Jumlah sampel penelitian adalah 29 orang pasien LES di Komunitas PLSS Palembang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Metode pemeriksaan urin menggunakan metode carik celup (dipstick). Hasil penelitian: menunjukkan sebanyak 6 orang (20.7%) positif proteinuria dan 23 orang (79.3%) negatif proteinuria, Dari 6 orang dengan proteinuria positif, berdasarkan umur ada 6 orang (25.0%) dengan umur berisiko (<50 tahun) dan 0 orang (0.0%) dengan umur tidak berisiko (>50 tahun); berdasarkan jenis kelamin ada 1 orang (50.0%) berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang (18.5%) berjenis kelamin perempuan; berdasarkan lama sakit, terdapat 4 orang (57.1%) menderita LES <5 tahun,2 orang (9.1%) menderita LES >5 tahun. Dengan demikian disarankan bagi pasien LES untuk menambahkan pemeriksan fungsi ginjal atau urinalisa pada saat melakukan kontrol rutin. Kata Kunci : Proteinuria, Lupus Eritematosus Sistemik, Autoimun ABSTRACT Background: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a multisystem autoimmune disease that causes organ, tissue and cell damage due to immune complexes and autoantibodies that bind to tissue antigens. SLE can attack one or more organs, one of the organs that is mostly attacked is the kidney which can cause SLE complications, namely Lupus Nephritis which has symptoms of proteinuria. Proteinuria is an abnormal condition in which the amount of protein in the urine is more than 300 mg in the 24-hour urine and 30 mg/dL in the urine at any time. The purpose of this study: was to determine the frequency of proteinuria in patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) in Palembang in 2020, based on age, sex and length of illness. Research Methods: This research method is descriptive with a cross-sectional design. The examination sample used was urine at the time. The number of research samples was 29 SLE patients in the Palembang PLSS Community determined by purposive sampling technique. Urine examination method using the dipstick method. The results: showed that 6 people (20.7%) were positive for proteinuria and 23 people (79.3%) were negative for proteinuria. Of the 6 people with positive proteinuria, there were 6 people (25.0%) with age at risk (<50 years) and 0 people. (0.0%) with no risk age (>50 years); based on gender there were 1 person (50.0%) male and 5 (18.5%) female; based on the length of illness, there were 4 people (57.1%) suffering from SLE <5 years, 2 people (9.1%) suffering from SLE >5 years. Thus, it is recommended for SLE patients to add kidney function tests or urinalysis during routine check-ups. Keywords: Proteinuria, Systemic Lupus Erythematosus, Autoimmune