Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KEBERADAAN TUNGAU DEBU RUMAH(Dermatophagoides pteronyssinus) PADA MUSHOLLA SMA/SMK NEGERI DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2013 Edyansyah, Erwin
Jurnal Teknologi Laboratorium Vol 3 No 1 (2014): 2014 (1)
Publisher : POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.384 KB)

Abstract

Keberadaan TDR ditunjang oleh adalnya faktor-faktor terutama suhu 20-30oC dan kelembaban 70-80% serta adanya persediaan makanan yang cukup. Tungau debu merupakan sejenis tungau yang hidup dan berkembang biak di dalam debu yang terdapat di sekitar kita serta sangat dipengaruhi oleh suhu,kelembaban dan sanitasi lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran keberadaan tungau debu rumah Dermatophagoides pteronyssinus pada musholla SMA/SMK Negeri di Kota Palembang Tahun 2013 berdasarkan lokasi pengambilan debu, suhu ruangan, dan frekuensi pembersihan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Objek penelitiannya adalah debu yang diambil di musholla SMA/SMK Negeri di Kota Palembang Tahun 2013. Dengan uji laboratorium metode centrifugal flotasi didapatkan hasil gambaran keberadaan tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssinus) dari 50 sampel debu yang diperiksa didapatkan hasil 12 sampel (24%) positif (+) tungau debu rumah (Dermatophagoides pteronyssinus). Sebagai masukan kepada pihak sekolah SMA/SMK Negeri Palembang untuk lebih memperhatikan kebersihan musholla dan melakukan pembersihan secara rutin setiap hari minimal dengan cara di sapu dan dipel serta tingkatkan intensitas penjemuran karpet pada musholla minimal 1 minggu sekali.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Infeksi Soil Transmitted Helminth Pada Siswa Sekolah Dasar Asrori, Asrori; Edyansyah, Erwin; Nurhayati, Nurhayati; Mutolib, Abdul; Karwiti, Witi; Dani, Hamril
Jurnal Kesehatan Komunitas Vol 10 No 1 (2024): Jurnal Kesehatan Komunitas
Publisher : LPPM Hang Tuah Pekanbaru

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25311/keskom.Vol10.Iss1.1411

Abstract

Soil-transmitted helminth (STH) is a group of intestinal nematodes that are transmitted through the soil. STH infection can affect all ages, but the highest rate is found in elementary school children, which is 60-80%. The purpose of this study was to determine the relationship between risk factors and STH infection. This type of research is an analytical survey with a Cross-Sectional approach. Examination of worm eggs using the Kato-Katz method. The population is 197 students. The sample is public elementary school students with a total sample of 100. The inclusion criteria are grade 4 and 5 elementary school students in Lalan sub-district. The exclusion criteria are not grade 4 and 5 elementary school students in Lalan sub-district. The test was performed with a Chi-square test with an alpha of 0.05. The results of the study were 28 (28%) infected with STH. Chi-Square statistical test showed a relationship between gender (p-value 0.016, OR 3.545), the habit of defecation (p-value 0.017, OR 3.317), and the habit of using footwear (p-value 0.005, OR 13.50) with STH infection. Then there is no relationship between nail habits (p-value 0.118) with STH infection.
Pemberdayaan Siswa, Tenaga Kebersihan dan Orang Tua dalam Mencegah Penyakit DBD dengan Pemberian Tanaman Pengusir Nyamuk Lavender Edyansyah, Erwin; Hermansyah, Herry; NauE, Dian Adhe Bianggo; Sumastri, Heni
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS) Vol 6 No 2 (2024): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat (ABDIKEMAS)
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Politeknik Kesehatatan Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/j.abdikemas.v6i2.2669

Abstract

According to WHO, Indonesia is the 2nd country with the largest number of dengue fever cases in the world and the highest in Southeast Asia. In general, dengue fever attacks children or adolescents under the age of 15 years but can also attack adults. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is still a health problem in the world, including in Indonesia. The importance of this Community Service activity is the high number of DHF sufferers each year. The purpose of this activity is to provide education to children of SDN 149, Gandus District, Palembang and Parents in Lalang Village, Banyuasin Regency. The participatory method of community empowerment, especially school children, will be given education about DHF. The results of community service activities have very good results by seeing the enthusiasm of school students, cleaners and parents in participating in counseling. There is an ability in students and cleaners and parents to know about mosquitoes that cause DHF in answering every question and answer conducted during the counseling. Keywords: school children, Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) Abstrak Menurut WHO Indonesia merupakan negara ke-2 dengan kasus DBD terbesar di dunia dan sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara. Pada umumnya DBD menyerang anak-anak atau remaja yang berusia kurang dari 15 tahun namun juga bisa menyerang dewasa. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan di dunia termasuk di Indonesia. Pentingnya kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah masih tingginya angka penderita DBD dalam tiap tahun. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberikan edukasi pada anak-anak SDN 149 kecamatan Gandus Palembang dan Orang Tua di Desa Lalang Kabupaten Banyuasin. Metode partisipatoris pemberdayaan masyarakat khususnya anak sekolah yang akan diberikan edukasi tentang DBD. Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat mendapatkan hasil yang sangat baik dengan melihat antusias siswa sekolah, petugas kebersihan dan orang tua dalam mengikuti penyuluhan. Adanya kemampuan pada siswa dan tenaga kebersihan serta orang tua mengetahui tentang nyamuk penyebab DBD dalam menjawab setiap tanya jawab yang dilakukan pada waktu penyuluhan. Kata kunci: anak sekolah, Demam Berdarah Dengue (DBD)
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN INFEKSI CACING KREMI (Enterobius vermicularis) PADA ANAK PANTI ASUHAN DI KELURAHAN SUKABANGUN KOTA PALEMBANG TAHUN 2024 Tama, M. Fauzan Aditya; Asrori, Asrori; Syailendra, Anton; Edyansyah, Erwin
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 4 No 2 (2024): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v4i2.2607

Abstract

Latar Belakang: Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum dan menyebabkan gangguan kesehatan. Infeksi cacing dapat disebabkan oleh beberapa jenis cacing parasit, salah satunya adalah Enterobius vermicularis. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya menjaga kebersihan diri. Tujuan Penelitian: Diketahuinya hubungan Personal hygiene dengan kejadian infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis) pada anak panti asuhan di Kelurahan Sukabangun Kota Palembang tahun 2024. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan teknik Proportional Random sampling dengan sampel berjumlah 33 anak. Hasil Penelitian: Dari hasil penelitian didapatkan sebanyak 6 dari 33 anak (18,2%) yang positif infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis). Berdasarkan kebiasaan mencuci tangan didapatkan p value = 0,00 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan dengan kejadian infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis). Berdasarkan kebiasaan mengganti pakaian didapatkan p value = 0,00 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan dengan kejadian infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis). Berdasarkan kebiasaan menggigit kuku didapatkan p value = 0,00 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan dengan kejadian infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis). Kesimpulan: Hubungan personal hygiene dengan kejadian infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis) memiliki hubungan bermakna dengan nilai (p<0,05) terhadap kejadian infeksi cacing kremi (Enterobius vermicularis) antara lain; kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan mengganti pakaian dan kebisaan menggigit kuku.
HbA1C dan Profil Lipid sebagai Prediktor Komplikasi Penyakit Jantung pada Pasien Diabetes Mellitus Rezekiyah, Sholeha; Mustopa, Rd.; Karwiti, Witi; Garini, Ardiya; Edyansyah, Erwin
Journal of Telenursing (JOTING) Vol 6 No 2 (2024): Journal of Telenursing (JOTING)
Publisher : Institut Penelitian Matematika, Komputer, Keperawatan, Pendidikan dan Ekonomi (IPM2KPE)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31539/joting.v6i2.13001

Abstract

This study aims to analyze the relationship between HbA1C and lipid profiles consisting of total cholesterol, triglycerides, HDL-C, and LDL-C as predictors of heart disease complications in patients with type 2 diabetes. The method used is observational analytic with a cross-sectional design. The results showed that the average HbA1c level was 9.01%; the average Lipid Profile levels were total cholesterol: 240.98 mg/dL, triglycerides: 170.08 mg/dL, HDL-C: 43.86 mg/dL and LDL-C: 161.56 mg/dL. The results of the Spearman correlation test showed a relationship between HbA1C and lipid profiles (total cholesterol, triglycerides, HDL, and LDL) in patients with type 2 diabetes at H. Abdul Manap Regional Hospital, Jambi City. The conclusion of the study is that type 2 DM patients have poor glycemic control (average HbA1C levels of 9.01%, with dyslipidemia (total cholesterol, triglycerides, and LDL-C increased and low HDL-C), a relationship was found between HbA1C and lipid profiles. Keywords: Diabetes Mellitus, Hba1c, Lipid Profile, Heart Disease
ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN Edyansyah, Erwin; Asrori, Asrori; Mutholib, Abdul; Handayani, Handayani; Nurhayati, Nurhayati; Ramadan, Alika Padia
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 5 No 1 (2025): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v5i1.2882

Abstract

Latar Belakang: Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai Tindakan atau upaya yang dilakukan oleh individu atau organisasi dengan tujuan memberikan kepuasan kepada pasien (pelanggan) atau karyawan. Evaluasi terhadap kualitas pelayanan dilakukan secara berkala untuk memastikan kepuasan masyarakat. Faktor kualitas pelayanan memiliki dampak yang signifikan terhadap kepuasan pasien, sehingga perbaikan fasilitas dan sistem pelayanan menjadi langkah penting dalam meningkatkan kepuasan dan loyalitas pasien. Tujuan Penelitian: Menganalisis kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien. Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik menggunakan pendekatan crossectional. Alat ukur yang digunkan yaitu kuesioner menggunakan skala likert. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Hasil Penelitian: Kepuasan pasien didapatkan hasil puas dengan nilai 41,9% dan sangat puas dengan nilai 58,1%. Aspek bukti fisik p-value (0,175), kehandalan p- value (0,574), kesigapan p-value (0,419), jaminan p-value (0,072), dan empati p-value (0,175), secara statistik tidak berpengaruh signfikan terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan di laborotatorium dengan p-value > 0,05. Kesimpulan: Aspek bukti fisik, kehandalan, kesigapan, jaminan, dan empati secara statistik tidak berpengaruh signfikan terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan di laborotatorium dengan p-value> 0,05. tingkat kepuasan, mayoritas responden merasa sangat puas sebanyak 58,1%.
ANALISIS KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN TINGKAT STRES MAHASISWA TINGKAT 3 PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG Caesaria, Adella; Mutholib, Abdul -; Karneli, Karneli; Edyansyah, Erwin; Nurhayati, Nurhayati
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 2 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i2.1090

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Stres merupakan respon tidak spesifik tubuh karena adanya tuntutan yang melebihi kemampuan individu tersebut untuk memenuhinya. Saat stres, tubuh akan merespon dengan menstimulasi area hipotalamus untuk menghasilkan hormon epinefrin yang berfungsi untuk mengubah glikogen menjadi glukosa dan norepinefrin yang berfungsi untuk mencegah penurunan kadar glukosa darah. Kondisi stres yang terus berlangsung dapat mengakibatkan kadar glukosa meningkat sehingga dapat menimbulkan risiko hipertensi dan diabetes melitus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah dengan tingkat stres mahasiswa tingkat 3 Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis (TLM) Poltekkes Kemenkes Palembang tahun 2021. Metode: penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2021 di Kampus Jurusan TLM Poltekkes Kemenkes Palembang. Sampel penelitian berjumlah 40 orang yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu menggunakan metode GOD-PAP dan pengukuran tingkat stres menggunakan kuesioner DASS-42. Hasil: rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres normal adalah 83 mg/dL, rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres ringan adalah 82 mg/dL, rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres sedang adalah 83 mg/dL, dan rata-rata kadar glukosa darah dengan tingkat stres berat adalah 81 mg/dL. Dari hasil uji Anova didapatkan nilai p-value = 0.98 atau > 0,05. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan antara kadar glukosa dengan tingkat stres mahasiswa. Kesimpulan: tidak ada hubungan yang signifikan antara kadar glukosa darah dengan tingkat stres mahasiswa. Kata kunci : Glukosa darah, tingkat stres, mahasiswa ABSTRACT Background: Stress is a non-specific response of the body due to demands that exceed the individual's ability to fulfill them. When people get stressed, the body will respond by stimulating the hypothalamic area to produce the epinephrine which functions to convert glycogen into glucose and norepinephrine which functions to prevent a decrease in blood glucose levels. Continuous stress can cause glucose levels to increase so that it can increase the risk of hypertension and diabetes mellitus. The purpose of this study was to determine the relationship between blood glucose levels and stress levels on the third year students of the Medical Laboratory Technology (MLT), a three-year diploma program, Poltekkes Kemenkes Palembang in 2021. Methods: This research is an observational-analytic study with a cross-sectional approach. The research was carried out on February 9, 2021 at the MLT Campus, Palembang. The number of research sample was 40 students who were selected based on inclusion and exclusion criteria. The determination of blood glucose levels used the GOD-PAP method and the measurement of stress levels used the DASS-42 questionnaire. Results: the average blood glucose level with stress level of normal, mild, moderate, and severe were 83 mg/dL, 82 mg/dL, 83 mg/dL, and 81 mg/dL, respectively. From the results of the ANOVA test, the p-value = 0.98 or > 0.05. This means that there is no relationship between glucose levels and student stress levels. Conclusion: there is no significant relationship between blood glucose levels and stress levels of students. Keywords: Blood glucose, stress level, students
FREKUENSI PROTEINURIA PADA PENDERITA LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES) Khoerrunisah, Assyifa; Asrori, Asrori; Karneli, Karneli; Edyansyah, Erwin
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 1 No 2 (2021): JMLS : Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v1i2.1092

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang Lupus Eritematosus Sistemik (LES) merupakan penyakit autoimun multisistem yang mengakibatkan kerusakan organ,jaringan dan sel mediasi karena kompleks imun dan autoantibodi yang berikatan dengan antigen jaringan. LES dapat menyerang satu atau lebih organ, salah satu organ yang banyak diserang adalah ginjal yang dapat menyebabkan komplikasi LES yakni Lupus Nefritis yang memiliki gejala proteinuria. Proteinuria adalah keadaan abnormal dimana jumlah protein dalam urin lebih dari 300 mg dalam urin 24 jam dan 30 mg/dL dalam urin sewaktu. Tujuan penelitian: ini adalah untuk mengetahui frekuensi proteinuria pada penderita Lupus Eritematosus Sistemik (LES) di Palembang tahun 2020, berdasarkan umur, jenis kelamin dan lama sakit. Metode Penelitian: metode penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Sampel pemeriksaan yang digunakan adalah urin sewaktu. Jumlah sampel penelitian adalah 29 orang pasien LES di Komunitas PLSS Palembang yang ditentukan dengan teknik purposive sampling. Metode pemeriksaan urin menggunakan metode carik celup (dipstick). Hasil penelitian: menunjukkan sebanyak 6 orang (20.7%) positif proteinuria dan 23 orang (79.3%) negatif proteinuria, Dari 6 orang dengan proteinuria positif, berdasarkan umur ada 6 orang (25.0%) dengan umur berisiko (<50 tahun) dan 0 orang (0.0%) dengan umur tidak berisiko (>50 tahun); berdasarkan jenis kelamin ada 1 orang (50.0%) berjenis kelamin laki-laki dan 5 orang (18.5%) berjenis kelamin perempuan; berdasarkan lama sakit, terdapat 4 orang (57.1%) menderita LES <5 tahun,2 orang (9.1%) menderita LES >5 tahun. Dengan demikian disarankan bagi pasien LES untuk menambahkan pemeriksan fungsi ginjal atau urinalisa pada saat melakukan kontrol rutin. Kata Kunci : Proteinuria, Lupus Eritematosus Sistemik, Autoimun ABSTRACT Background: Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is a multisystem autoimmune disease that causes organ, tissue and cell damage due to immune complexes and autoantibodies that bind to tissue antigens. SLE can attack one or more organs, one of the organs that is mostly attacked is the kidney which can cause SLE complications, namely Lupus Nephritis which has symptoms of proteinuria. Proteinuria is an abnormal condition in which the amount of protein in the urine is more than 300 mg in the 24-hour urine and 30 mg/dL in the urine at any time. The purpose of this study: was to determine the frequency of proteinuria in patients with Systemic Lupus Erythematosus (SLE) in Palembang in 2020, based on age, sex and length of illness. Research Methods: This research method is descriptive with a cross-sectional design. The examination sample used was urine at the time. The number of research samples was 29 SLE patients in the Palembang PLSS Community determined by purposive sampling technique. Urine examination method using the dipstick method. The results: showed that 6 people (20.7%) were positive for proteinuria and 23 people (79.3%) were negative for proteinuria. Of the 6 people with positive proteinuria, there were 6 people (25.0%) with age at risk (<50 years) and 0 people. (0.0%) with no risk age (>50 years); based on gender there were 1 person (50.0%) male and 5 (18.5%) female; based on the length of illness, there were 4 people (57.1%) suffering from SLE <5 years, 2 people (9.1%) suffering from SLE >5 years. Thus, it is recommended for SLE patients to add kidney function tests or urinalysis during routine check-ups. Keywords: Proteinuria, Systemic Lupus Erythematosus, Autoimmune
EFEK KONSUMSI SUPLEMEN VITAMIN C TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PUASA MAHASISWA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS POLTEKKES PALEMBANG Handayani, Handayani; Nurhayati, Nurhayati; Edyansyah, Erwin; Angraini, Dewi
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 2 No 2 (2022): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v2i2.1211

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Antioksidan adalah zat yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkannya serta menghambat terjadinya reaksi berantai dari pembentukan radikal bebas yang menyebabkan stress oksidatif. Vitamin C merupakan antioksidan yang baik dan bermanfaat dalam menghambat aktivitas radikal bebas. Vitamin C memiliki struktur yang sama seperti glukosa sehingga vitamin C dapat menggantikannya dalam proses glikolisis nonenzimatik sehingga dapat menurunkan kadar glukosa. Tujuan penelitian untuk mengetahui efek konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah puasa mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Palembang. Metode:Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia Klinik Jurusan Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Palembang. Sampel penelitian sebanyak 31 sampel yang mana responden diberikan suplemen vitamin C dengan dosis 1000 mg/hari selama 14 hari. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Analisis data menggunakan T-dependen. Hasil:Rata – rata kadar glukosa darah puasa sebelum konsumsi suplemen vitamin C sebesar 75 mg/dL sedangkan rata – rata kadar glukosa darah puasa setelah konsumsi suplemen vitamin C sebesar 78 mg/dL. Dari hasil uji T-dependen didapat hasil p > α (0,05), yaitu p value = 0.225. Kesimpulan:Tidak ada pengaruh konsumsi suplemen vitamin C terhadap kadar glukosa darah puasa Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis Poltekkes Palembang. Kata kunci : Glukosa darah puasa, suplemen vitamin c ABSTRACT Background: Antioxidant is required by the body to neutralize free radicals and prevent the damage caused by them. Besides, it also inhibits chain reactions from forming free radicals that cause oxidative stress. Vitamin C (ascorbic acid) is a good antioxidant for inhibiting free radical activities. Vitamin C has the same structure as glucose so that vitamin C can replace it in the non-enzymatic glycolysis process to reduce glucose levels. Objective: To determine the effect of vitamin C supplement consumption on fasting blood glucose levels in medical laboratory technology students of Palembang Health Polytechnic in 2021. Methods: This study was observational analytic research with a cross-sectional approach. The research was conducted at the Clinical Chemistry of Laboratory Medical Laboratory Technology, Health Polytechnic of Palembang. Thirty serum samples of the students were taken as research samples. Respondents were given vitamin C supplements at a dose of 1000 mg/day for 14 days. The sampling technique used was simple random sampling. The data were analyzed by a T-dependent test. Results: The average fasting blood glucose level before taking vitamin C supplements was 75 mg / dL, and the average fasting blood glucose level after taking vitamin C supplements was 78 mg / dL. From the results of the T-dependent test, it was found that p> (0.05), namely p-value = 0.225, which means there is no effect of vitamin C supplement consumption on fasting blood glucose levels of the students of Medical Laboratory Technology, Health Polytechnic of Palembang. Conclusion: There is no effect of vitamin C supplement consumption on fasting blood glucose levels of the students of Medical Laboratory Technology, Health Polytechnic of Palembang. Keywords : Fasting Blood Glucose, Vitamin C Supplements
CREATININE LEVELS IN THE ELDERLY WHO SUFFERING HYPERTENSION AT BHAYANGKARA PALEMBANG HOSPITAL Nurhayati, Nurhayati; Dani, Hamril; Yusneli, Yusneli; Edyansyah, Erwin; Maulina, Aura
Journal of Medical Laboratory and Science Vol 2 No 1 (2022): JMLS: Journal of Medical Laboratory and Science
Publisher : Jurusan Teknologi Laboratorium Medis, Poltekkes Kemenkes Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36086/medlabscience.v2i1.1290

Abstract

Lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih atau sama dengan 55 tahun Komplikasi lansia dengan hipertensi akan berpengaruh ginjal, jumlah nefron ginjal akan berkurang karena mengalami kerusakan. Oleh karena itu, fungsi ginjal akan menurun. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hasil pemeriksaan Kadar Kreatinin pada Lansia yang Menderita Hipertensi di RS Bhayangkara Palembang. Metode Penelitian Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan secara cross sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Febuari-Mei 2021. Popolasi penelitian ini adalah Semua data yang terdokumentasi lengkap dalam rekam medik dari pasien lansia yang menderita hipertensi yang menjalani pengobatan dan melakukan pemeriksaan kreatinin di Laboratorium RS Bhayangkara Palembang (151 data). Hasil Penelitian : Didapatkan hasil 69 pasien (45,7%) yang memiliki kadar kreatinin normal dan yang memiliki kadar kreatinin tinggi sebanyak 82 pasien (54,3%). Pasien Lanjut usia sangat tua (>90 tahun) didapatkan hasil kadar kreatinin tinggi sebanyak 3 pasien (100%) .laki-laki didapatkan hasil kadar kreatinin lebih tinggi sebanyak 35 pasien (53,8%). sedangkan pada perempuan didapatkan hasil kadar kreatinin tinggi sebanyak 42 pasien (48,8%). Berdasarkan Lama Menderita Hipertensi, kadar kreatinin tinggi pada kategori berisiko (>2tahun) yaitu 64,6% dan pada kategori tidak berisiko(<2tahun) kadar kreatinin tinggi yaitu 42,0%. Kesimpulan : 69 pasien (45,7%) yang memiliki kadar kreatinin normal sebanyak dan yang memiliki kadar kreatinin tinggi sebanyak 82 pasien (54,3%). Saran : Bagi Lansia yang Menderita Hipertensi disarankan untuk mengontrol tekanan darah dan melakukan pemeriksaan rutin sehingga dapat memperkecil risiko komplikasi ke organ lainnya