Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search
Journal : Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa

PEMBENTUKAN IDENTITAS RUANG OLEH SUATU KOMUNITAS KREATIF DI RUANG PUBLIK (AREA CAR FREE DAY) DAGO, BANDUNG Made Anggita Wahyudi Linggasani; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 5 No. 2 (2017): Desember, 2017
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.5.2.408.27-32

Abstract

ABSTRAK Komunitas sebagai aktor di ruang publik memainkan peran penting untuk membentuk identitas tempat dan ruang. Adanya komunitas kreatif meningkatkan makna dan identitas ruang dan bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk menciptakan interaksi sosial. Salah satu komunitas kreatif di Bandung adalah kelompok fotografi. Secara umum, kelompok pecinta fotografi cenderung menggunakan ruang galeri sebagai tempat untuk menampilkan karya foto terbaik. Berbeda dengan komunitas Hobi Foto Bandung (HFB) yang menggunakan ruang sebagai galeri sementara untuk menampilkan karya foto oleh anggota Komunitas dan menjadi ruang pertemuan di ruang publik Kota, tepatnya di area Dago's Car Free Day (CFD). Keunikan tersendiri ketika melihat komunitas fotografi mengorganisir tampilan karya mereka sedangkan masyarakat lain melakukan aktivitas masing-masing yang kebanyakan melakukan kegiatan olahraga. Dengan fenomena seperti itu, tulisan ini akan membahas motif / motivasi komunitas fotografi / HFB dalam menggunakan ruang publik CFD sebagai cerminan ruang masyarakat. Setalah melakukan kajian data dan wawancara, ditemukan tiga motif bahwa komunitas kreatif seperti HFB ini memiliki visi dan misi yang kebersamaan yang mampu menjadi tumpuan terbentuknya ruang positif pada kota dan keterjangkauan untuk menuju tempat serta, faktor ekonomi yang mendorong komunitas ini menggelar galeri sementara. Kata kunci: Komunitas, Ruang publik, Motivasi, Identitas Tempat ABSTRACT The community as an actor in public space plays an important role to shape the identity of place and space. The existence of a creative community enhances the meaning and identity of space and can be an attraction for society to create social interaction. One of the creative community in Bandung is the photography group. In general, groups of photography lovers tend to use the gallery space as a place to display the best photo work. Unlike the Bandung Photo Hobby community (HFB), which uses space as a temporary gallery to showcase photographs by members of the Community and become a meeting room in the City's public space, precisely in Dago's Car Free Day (CFD) area. It's uniqueness when looking at the photography community to organize the display of their work while other people doing their respective activities mostly engaged in sports activities. With such a phenomenon, this paper will discuss the motives/motivations of the photography community / HFB in using CFD public space as a reflection of community space. After studying the data and interviews, three motives were found that the creative community like HFB has similar vision and mission that can be a motor to create positive space in the city and reachable to get to the place as well as the economic factors that encourage this community to create a temporary gallery. Kata kunci: Community, Public space, Motivation, Space Identity
Compact City : Menuju Sustainabilitas Terhadap Fenomena Urban Sprawl Gde Bagus Andhika Wicaksana; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 7 No. 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1399.272 KB) | DOI: 10.22225/undagi.7.1.1262.20–28

Abstract

The rise of urban sprawl - menggurita is a phenomenon resulting from the growth and development of the city as a center of activity and the economy. The sprawl is characterized by the growth of low-density settlements that scattered randomly in suburban areas or peripherals. The growth spread like the octopus tentacles that propagate this causes various effects of negative externalities in the form of pollution, energy efficiency, economic equity, and transportation problems. Based on these problems, this study aims to provide a solution interpretation in dealing with the phenomenon of a city that is overflowing, by studying deeper into the compact city as compacting system or combining the functions of land use and urban activities that are expected to reduce the effects of urban sprawl. By using the critical review method, which focuses on providing explanations, interpretations of the analysis from several literature selected to be used as a reference in finding solutions according to urban compaction loci in dealing with urban sprawl problems. From critical review searches, it is concluded that a compact city is an innovative solution to the phenomenon of random city development (urban sprawl development). One of them by implementing Urban Growth Boundaries (UGB) provides an alternative solution to the problem of sprawl. The compact city promises efficiency in city management. By maximizing the livability of the city and city services, the compactness form symbolizes a form that integrates all the optimal conditions of the city for the sustainability of a city in the future.
Revitalisasi Taman Festival Bali dengan Pendekatan Adaptive Reuse di Kota Denpasar Ni Luh Ayu Sumawati; Ni Wayan Nurwarsih; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 1 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.1.3408.143-152

Abstract

Revitalisasi menjadi upaya dalam menghidupkan kembali bangunan/ kawasan bersejarah yang mengalami penurunan, memiliki potensi dan nilai strategis yang dapat dimanfaatkan sehingga meningkatkan produktivitas ekonomi, sosial dan budaya. Pemilihan lokasi penelitian ini yaitu berada pada Taman Festival Bali di Kota Denpasar, Taman ini menjadi salah satu bangunan/ kawasan heritage di Kota Denpasar. Lokasi penelitian ini didasari dengan dasar pertimbangan, bangunan yag tak terpakai harus memiliki nilai histori, sosial, dan budaya yang dapat diangkat dan dipertahankan, serta lokasi yang strategis dan infrastruktur kota yang memadai. Taman Festival Bali mengalami degradasi, dan perlu adanya upaya untuk memvitalkan kembali dengan fungsi dan lingkungan yang lebih fleksibel dan menarik bagi masyarakat, seniman, maupun komunitas untuk berinteraksi, bekerja, dan mengenang memori masa lalu dari Taman Festival Bali, dengan begitu lambat laun Taman Festival Bali akan menemukan dirinya sendiri, dan menghilangkan rumor mistis yang menyebar. Penelitian ini mengkaji Aset Taman Festival Bali dan dapat digunakan sebagai awal dari kehidupan baru di Taman Festival Bali, dengan menerapkan intervensi yang cocok digunakan pada Taman Festival Bali ini. Hasil penelitian ini memperoleh desain yang dapat memvitalkan kembali Taman Festival Bali dengan menghubungkan dan menciptakan keharmonisan antara lama dengan baru, antara sejarah dengan masa depan.
Kriteria Perancangan Pusat Pengembangan Dan Pelatihan Kaum Difabel Berbasis Empowerment Di Denpasar I Gede Wahyu Laksmana Krishna Deyan Putra; I Nyoman Gede Maha Putra; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. 1 (2021): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.1.3540.85-94

Abstract

Di kota Denpasar, Bali Banyak Kaum difabel yang tidak dapat Bekerja akibat dari banyaknya Tenaga kerja yang memiliki kekurangan Fisik (Difabel) ditolak dari perusahaan swasta maupun Negri. Dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997, dengan tegas dinyatakan bahwa penyandang cacat berhak mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan kewajiban dalam berperan dan berintegrasi secara total sesuai dengan kemampuannya. Menurut Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga kerja pada tahun 2014 Jumlah Penyandang Disabilitas yang tidak bekerja sebesar 1.5000.000 dan hasil data dari Departemen Sosial RI Tahun 2008 Penyandang disabilitas yang tidak bekerja tercatat sebesar 74,4% dan penyandang disabilitas yang memiliki pekerjaan sebesar 25,6%. Perencanaan dan Perancangan Pusat Pengembangan dan Pelatihan bagi kaum disabilitas merupakan gagasan utama untuk sarana yang mewadahi kaum disabilitas dengan seluruh kegiatan yang berguna dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan serta dapat didedikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup kaum disabilitas. Adapun Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian mengenai riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Potensi Bambu Sebagai Bahan Alternatif Untuk Furniture I Gede Andika Permana Putra; Nyoman Trisnanda Suma Putra; Anak Agung Gede Raka Gunawarman; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. S1 (2021): UNDAGI: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Special Issue
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bamboo in Indonesia has close ties with the local community, especially in rural areas where bamboo is used in daily activities ranging from social to cultural, but bamboo is a material that is less popular in the eyes of people in urban areas to be used as furniture and other tools because of the stigma factor that bamboo is a cheap material, This study aims to find the advantages of bamboo as a natural material compared to wood. The advantages of bamboo are also found during the growth and harvest period compared to bamboo wood, which is much faster and bamboo has different types so that it has a variety of shapes and colors that make bamboo can be processed into more attractive products than wood.
Analisis Perbandingan Tektonika Kayu Museum Wiswakarma dengan Museum Seni Modern Odunpazari Ni Putu Sita Ananda Putri; Kadek Dwi Yoga Mahendra; Ida Bagus Gede Parama Putra; Gde Bagus Andhika Wicaksana
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 9 No. S1 (2021): UNDAGI: Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Special Issue
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.9.S1.4300.79-88

Abstract

Local cultural values ​​in architecture currently compete with modern culture in the midst of the current development of globalization. Tectonics in architecture is an effort to elevate the local cultural values ​​of an area. The understanding of tectonics includes solving the logical structure of a space, handling construction joints, processing skills and meeting materials so that they are able to bring out the expression of a building as an aesthetic value. Tectonics in architecture often uses wood materials. This wood material was chosen because wood is a renewable material and is not consumed by the times. Wood material is also still used as a building material from time to time. This study focuses on two buildings with the same function, namely the traditional Wiswakarma Museum building located in Gianyar and the Odunpazari Museum of Modern Art located in Turkey. The results of this study will show a comparison between the tectonics of traditional and modern wooden buildings.
Perencanaan Dan Perancangan Outfall Club di Desa Munggu Dengan Pendekatan Arsitektur Organik I Made Bisma Dwipa Yadnya; I Wayan Wirya Sastrawan; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 10 No. 1 (2022)
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.10.1.5213.142-151

Abstract

The lack of utilization of natural potential and tourist facilities in Munggu Village is one of the inhibiting factors for tourism activities in Munggu Village. Through Pok Darwis, Munggu Village began to explore its natural potential to be developed, one of the natural potentials it has is a river that directly empties into Munggu Beach. Prior to the development of a research method, a research method was carried out in the site location area with the aim of seeing the physical condition of the site where the planning will be carried out, through literature studies and field observations that it is very feasible to make a new tourist facility Outfall Club. Through field observations by looking at the physical condition of the site on the riverbank, the author determines the theme of this Outfall Club using an Organic Architecture approach with several considerations that later this Outfall Club building will be designed by analogizing the shapes of the surrounding natural conditions. In this planning, a precedent study is conducted to conduct a comparative study with an existing facility with one that has not been built, the benefit of this precedent study is a reference to what functions and activities facilities will be presented in this Outfall Club plan.
Taman Bacaan Dengan Pendekatan Arsitektur Ekologis Di Kota Singaraja, Kabupaten Buleleng I Made Agus Brastama Andhiriksa; I Gede Surya Darmawan; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 10 No. 2 (2022)
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.10.2.5205.365-376

Abstract

Taman Bacaan dengan pendekatan arsitektur ekologis ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan atau ruang baca di Kota Singaraja yang dinilai masih kurang. Pendekatan perancangan menggunakan prinsip-prinsip arsitektur ekologis karena perlunya keselarasan antara alam dengan manusia itu sendiri. Prinsip ekologis akan di implementasikan di daerah perkotaan yang dimana daerah tersebut rawan mengalami kerusakan-kerusakan lingkungan. Adapun nantinya beberapa civitas yang akan menggunakan fasilitas public ini yaitu pelajar, kaum difabel, dan masyarakat Kota Singaraja. Taman baacan juga akan dirancang akan ramah dengan kaum difabel. Beberapa fasilitas untuk menunjang kenyamanan difabel juga akan tersedia pada taman bacaan ini. Diharapkan aktivitas dan fasilitas yang ada pada taman bacaan ini bisa berjalan selaras serta menjadi ruang baca dan ruang belajar yang mampu menjawab persoalan di Kota singaraja.
Arsitektur Ekologi Dengan Pendekatan Lingkungan dan Origami Pada Perancangan Gamat Bay Glamping: Bahasa Indonesia I Nyoman Andy Armawan; Ida Bagus Gede Parama Putra; I Ketut Sugihantara
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 11 No. 1 (2023): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.11.1.6970.64-71

Abstract

Di era saat ini, pariwisata menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam pengembangan perekonomian Bali. Berkaca dari pandemi yang berlangsung selama beberapa tahun belakangan ini, pariwisata Bali mengalami dampak yang sangat signifikan. Saat ini, pariwisata Bali perlahan mulai bangkit dan sebagai masyarakat Bali kita sepatutnya untuk ikut berperan dan mendukung dalam pembangunan kembali khususnya dalam sektor pariwisata. Sejatinya, pariwisata merupakan identitas dari Pulau Bali dengan daya tariknya tersendiri. Salah satu akomodasi yang dapat mendongkrak pariwisata Bali, yaitu Beach Glamping. Perencanaan dan Perancangan Gamat Bay Glamping di Nusa Penida, Klungkung menggunakan konsep Envi-Human Connection. Faktor alam dapat memberikan poin lebih kepada Nusa Penida karena sesungguhnya Nusa Penida telah memiliki daya tarik tersendiri yang bahkan tidak dimiliki daerah lainnya, yaitu keindahan alamnya. Berkaitan dengan wisata tentunya tidak pernah bisa lepas dengan wisatawan. Dalam mewujudkan konsep yang diangkat, yaitu Envi-Human Connection, maka apa pun tema perancangan dari Perencanaan dan Perancangan Gamat Bay Glamping di Nusa Penida, Klungkung, yaitu Ecological Architecture dengan pendekatan lingkungan dan origami.
Implementasi Arsitektur Biophilic Pada Fasilitas Club SPA Di Canggu, Kabupaten Badung, Bali: Bahasa Indonesia Dewi Ratih Purnamasari; I Gede Surya Darmawan; Ida Bagus Gede Parama Putra
Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa Vol. 11 No. 1 (2023): UNDAGI : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur Universitas Warmadewa (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22225/undagi.11.1.7068.97-107

Abstract

One of the tourist facilities that can be developed in Canggu is SPA. The SPA industry is currently developing towards the achievement of physical, mind and soul health. The type of SPA chosen is Club SPA, because it offers SPA service facilities equipped with fitness facilities in order to get maximum results in physical and mental care, because nowadays people and tourists need a facility that can accommodate activities related to beauty, health, fitness, and relaxation to reduce the level of stress and depression, maintain, and improve physical and psychological appearance. The purpose of this research is to produce a Club SPA design concept with a biophilic architecture approach to produce a room that is able to improve physical and psychological health and create a positive relationship between humans and nature. The method used is by conducting literature studies, precedent studies, field observations, and surveys. The result of the research is the implementation of biophilic architecture that is applied to zoning, entrance, mass building, indoor space, outdoor space, and building facade. The implementation of biophilic architecture in the Club SPA design is expected to help the relaxation process by applying natural elements into the design.