Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Pemanfaatan Larva Black Soldier Fly Dalam Mendukung Pengelolaan Sampah Terpadu Dan Meningkatkan Kegiatan Semi Urban Safe and Healthy Farm Winih Sekaringtyas Ramadhani; Ali Rahmat; Dedy Prasetyo; Nurwahidin; Ahmad Maulana Irfanudin; Ega Restapika Natalia; Jonah Febriana; Linandu Darmawan; Pandan Arum Irawan; Fazar Sidiq Kusumah Putra; Muhammad Frayoga Janata
Open Community Service Journal Vol. 1 No. 1 (2022): Open Community Service Journal
Publisher : Research and Social Study Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (643.876 KB) | DOI: 10.33292/ocsj.v1i1.1

Abstract

Pinang Jaya adalah sentra produksi sayur-mayur di Kota Bandar Lampung. Namun tidak semua sayur-mayur layak untuk dijual, akibatnya terjadi penumpukan limbah organik yang tidak dikelola dengan tepat. Solusi yang dimungkinkan yaitu pemanfaatan limbah organik menjadi kompos organik. Namun pengomposan dengan mikroba membutuhkan waktu lama. Salah satu organisme yang mampu merombak sampah dalam waktu yang cepat yaitu larva Black Soldier Fly (BSF). Sehingga perlu dilakukannya pendampingan, memberikan wawasan serta keterampilan dalam memanfaatkan larva BSF. Kegiatan pengabdian dilakukan dengan ceramah, demonstrasi, evaluasi dan demoplot. Mitra yang terlibat 15 orang perwakilan dari kelompok tani, tim PKK dan pengurus SHF. Indikator keberhasilan kegiatan pelatihan ini yaitu pemahaman petani terhadap keuntungan dari memanfaatkan larva BSF. Penilaian pemahaman dilakukan dengan pengambilamn sampel 10 warga untuk dilakukan pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil pengamatan, terjadi peningkatan pemahaman dari 17% menjadi 95% terkait manfaat BSF. Sehingga terjadi peningkatan pemahaman terkait pemanfaatan limbah organik dengan larva BSF sebesar 78%. Masyarakat mampu memahami cara budidaya serta pemanfaatan larva BSF dalam mendukung Semi Urban Safe and Healthy Farm.
Effect of land use differences on pH and available Phospor in Peatland, Kelampangan, Central Kalimantan Fitri Wijayanti; Haidar Fari Aditya; Adi Jaya; Winih Sekaringtyas Ramadhani; Raudah Anggraini Tarigan
Nusantara Science and Technology Proceedings Seminar Nasional Agroteknologi 2022
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3106

Abstract

This extraordinary peatland area can have various impacts, especially in Indonesia and even globally. In general, in soil classification, peat soil is known as Histosol. Based on the maturity level, there are safric, fabric, and hemic maturity levels. In general, peat soils have a relatively high level of acidity with a pH range of 3-4. Peatland management in the Central Kalimantan region has developed quite rapidly where many peatlands can be used as agricultural lands, such as in the Kalampangan area. Several types of land use analyzed in this study are dragon fruit monoculture, agroforestry with chili as the main crop, burnt forest, and natural peat forest. The analysis was carried out to determine the pH and available P content in the peat soil on each land use. The pH range in each land use is acidic with the highest actual pH range of 4 in the dragon fruit monoculture land use and the lowest in the natural forest landuse of 3,2. Meanwhile, the potential pH has a fairly similar value in the range of 2.1 to 2.5. The highest available P was obtained in chili agroforestry and the lowest was in the burnt forest. The highest available P was obtained in chili agroforestry and the lowest was in the burnt forest. The available pH and p values are strongly influenced by the management carried out by farmers, whereas in some areas the management is carried out quite intensively. An inventory of peat characteristics data is needed for current and future land development.
Impact of Super Absorbent Polymer and Polyacrylamide on Water Holding Capacity on Ultisol, Lampung Winih sekaringtyas Ramadhani; Priyo Cahyono; Akhmad Syaifudin; Afandi Afandi
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol 29, No 1: January 2024
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2024.v29i1.33-40

Abstract

Methods of soil and water conservation in tropical wetlands have been carried out is using chemicals to increase the stability of soil aggregates and water-holding capacity. The experiment aims to improve soil stability using Polyacrylamide (PAM) and Super Absorbent Polymer (SAP) materials. Experiment was carried out in R&D Dept. PT. Great Giant Pineapple (PT. GGP), Lampung. The treatment was to mix ingredients into the water with variations the ratio of ingredients (g): water (ml), among others, 1:100, 1:200, 1:300, and 1:400. Next, the SAP/PAM material is mixed into 100 g of soil with a dose of 0 g, 4 g, 8.5 g and 10 g of SAP. After the soil was mixed with the SAP, take as much as 15 g and place it in a pot containing 1 kg of soil. Results experiment show the SAP is a polymer capable of increasing water availability in ultisols and sand used in the experiment and can increase the water content by 18% if compared control. Meanwhile, PAM is a more dominant polymer in its function as an aggregate adhesive instead of a water binder. Super Absorbent Polymer (SAP) and Polyacrylamide (PAM) can chemically function as chemicals for soil conservation.
APLIKASI LIMBAH CAIR NANAS DAN KOMPOS KOTORAN SAPI MENINGKATKAN POPULASI MIKROORGANISME PELARUT FOSFAT DI ULTISOL, LAMPUNG TENGAH Winih Sekaringtyas Ramadhani; Eko Handayanto; Yulia Nuraini; Ali Rahmat
Jurnal Teknik Pertanian Lampung (Journal of Agricultural Engineering) Vol 9, No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : The University of Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (224.77 KB) | DOI: 10.23960/jtep-l.v9i2.78-84

Abstract

Penurunan produksi Nanas di Provinsi Lampung diduga karena adanya penurunan kesuburan tanah. Hal ini dikarenakan penggunaan lahan secara intensive serta jenis tanah budidaya adalah Ultisol. Tanah ultisol memiliki karakteristik berupa pH tanah yang masam, rendahnya ketersediaan hara, tingginya kejenuhan almunium serta rendahnya aktivitas mikroba dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah populasi mikroba pelarut fosfat setelah diaplikasikan kompos kotoran sapi dan limbah cair nanas di Ultisol, Lampung Tengah. Penelitian ini dilakukan dengan cara inkubasi di rumah kaca dengan interval pengamatan 0, 30 dan 60 hari. Pengamatan total mikroba pelarut fosfat menggunakan media pikovskaya. Percobaan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang selanjutnya dilakukan analisis ragam dengan tingkat signifikan 95%, kemudian dilakukan uji Duncan 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 20000 L ha-1 limbah cair nanas dan 20 t ha-1 kompos (K3L3) dalam tanah ukuran 10 kg secara nyata meningkatkan jumlah mikroorganisme pelarut fosfat (36,67 x 102 cfu g-1) dibandingkan penambahan kompos kotoran sapi 20 t ha-1 (K3L0) (22,33 x 102 cfu g-1) pada 30 hari pengamatan. Namun penambahan kompos kotoran sapi memiliki total populasi mikroorganisme pelarut fosfat lebih tinggi dibandingkan dengan hanya perlakuan limbah cair nanas.
DIVERSIFIKASI KOPI MENJADI MASKER SEBAGAI PRODUK UNGGULAN KELOMPOK WANITA TANI DESA MANGGARAI, KECAMATAN AIR HITAM, KABUPATEN LAMPUNG BARAT Rahmat, Ali; Farida, Nurul; Sadikin, Yuni; Ramadhani, Winih Sekaringtyas; Yanfika, Helvi; Mutolib, Abdul; Widyastuti, Raden Ajeng Diana
Jurnal Pengabdian Nasional Vol 1 No 1 (2020)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jpn.v1i1.1580

Abstract

Pelatihan pembuatan dan pengemasan masker kopi dilatarbelakangi oleh banyaknya produksi kopi di Desa Manggarai, salah satu desa peghasil kopi robusta di Kabupaten Lampung Barat. Namun, karena minimnya infomasi, pengalaman dan edukasi, kopi hanya dijual dalam bentuk mentah atau bubuk kopi saja, oleh sebab itu diperlukan adanya diversivikasi olahan kopi yang dapat meningkatkan nilai jual kopi, salah satunya adalah masker berbahan dasar kopi. Kegiatan ini dilaksanAkan pada 25 Januari 2020 di Desa Manggarai dengan diikuti oleh 24 peserta dari ibu ibu kelompok wanita tani dan BUMDES dengan di pandu dengan mahasiswa KKN Unila. Kegiatan yang dilakukan yaitu dimulai dengan penjelasan mengenai produk turunan dari kopi yang dapat dimanfaatkan sebagai masker yang berfungsi sebagai produk perawatan wajah, kemudian dilanjutkan praktik pembuatan masker. Masker berbahan dasar campuran antara kopi, kunyit dan beras dimana ketiga bahan tersebut masing masing diblender kemudian dicampur menjadi satu, setelah itu dilakukan pengemasan dan ditempel stiker yang telah didesain sebelumnya. Dari kegiatan tersebut diharapkan peserta dapat mengadopsi dan menduplikasi sebagai produk unggulan desa yang dapat di jual melalui BUMDES. Testimoni peserta yang mencoba adalah jerawat menjadi cepat kempes dan adanya rasa lebih baik/segar pada wajah setelah memakai masker.
Effect of land use differences on pH and available Phospor in Peatland, Kelampangan, Central Kalimantan Fitri Wijayanti; Haidar Fari Aditya; Adi Jaya; Winih Sekaringtyas Ramadhani; Raudah Anggraini Tarigan
Nusantara Science and Technology Proceedings Seminar Nasional Agroteknologi 2022
Publisher : Future Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11594/nstp.2023.3106

Abstract

This extraordinary peatland area can have various impacts, especially in Indonesia and even globally. In general, in soil classification, peat soil is known as Histosol. Based on the maturity level, there are safric, fabric, and hemic maturity levels. In general, peat soils have a relatively high level of acidity with a pH range of 3-4. Peatland management in the Central Kalimantan region has developed quite rapidly where many peatlands can be used as agricultural lands, such as in the Kalampangan area. Several types of land use analyzed in this study are dragon fruit monoculture, agroforestry with chili as the main crop, burnt forest, and natural peat forest. The analysis was carried out to determine the pH and available P content in the peat soil on each land use. The pH range in each land use is acidic with the highest actual pH range of 4 in the dragon fruit monoculture land use and the lowest in the natural forest landuse of 3,2. Meanwhile, the potential pH has a fairly similar value in the range of 2.1 to 2.5. The highest available P was obtained in chili agroforestry and the lowest was in the burnt forest. The highest available P was obtained in chili agroforestry and the lowest was in the burnt forest. The available pH and p values are strongly influenced by the management carried out by farmers, whereas in some areas the management is carried out quite intensively. An inventory of peat characteristics data is needed for current and future land development.
PENGARUH APLIKASI KOMPOS DAN PUPUK NPK TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT TANAH PADA PERTANAMAN JAGUNG (Zea Mays L.) Ramadhani, Winih Sekaringtyas; Vernandes, Deo; Afandi, Afandi; Bucharie, Henrie
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 4 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, November 2023
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i4.8238

Abstract

Kandungan bahan organik serta unsur hara yang rendah dalam tanah menyebabkan produktivitas tanah semakin menurun. Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi jagung dengan penambahan bahan organik dan pupuk NPK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos dan pupuk NPK terhadap kemantapan agregat, produksi jagung, serta penurunan penggunaan pupuk kimia. Penelitian ini disusun dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) secara non faktorial yang terdiri dari 7 perlakuan yaitu Kontrol, 1 NPK, ¾ NPK, ¾ NPK+ ½ PO, ¾ NPK+ 1 PO, ¾ NPK+ 1,5 PO, dan 1 NPK+ 1 PO. Perlakuan tersebut diulang sebanyak 4 kali sehingga menghasilkan 28 petak percobaan. Data kemantapan agregat, struktur, dan indeks dispersi tanah diolah dengan Microsoft excel dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan data C- organik diolah melalui uji BNJ taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  perlakuan kombinasi NPK + kompos mampu meningkatkan kemantapan agregat. Perlakuan pupuk NPK maupun kombinasi pupuk NPK + pupuk kompos berpengaruh terhadap peningkatan produksi jagung. Kemudian untuk kombinasi pupuk NPK + kompos belum mampu menekan penggunaan pupuk NPK.
PENGARUH BERBAGAI JENIS ADSORBEN TERHADAP KONDUKTIVITAS HIDRAULIK JENUH DAN KUALITAS AIR PADA PROSES PURIFIKASI LIMBAH CAIR Farida, Resti; Afandi, Afandi; Ramadhani, Winih Sekaringtyas; Buchari, Henrie
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 3 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, Agustus 2023
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i3.7524

Abstract

Limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas domestik dan industri memerlukan tindakan pengelolaan agar tidak menyebabkan permasalahan lingkungan.  Pengelolaan limbah cair dilakukan untuk meminimalisir indikator pencemar agar limbah aman dibuang ke perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karbon aktif, zeolit dan nano filter sebagai adsorben terhadap nilai konduktivitas hidraulik jenuh dan indikator fisik kualitas air. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada Agustus – September 2018, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktorial (3x3).  Faktor pertama adalah jenis bahan yang berpengaruh sebagai adsorben, yang terdiri dari karbon aktif, zeolit dan nano filter 1µm.  Faktor kedua adalah jenis sampel limbah yang digunakan, yaitu air sumur (kontrol), limbah surfaktan (deterjen), dan limbah pewarna Rhodamin B.  Data hasil pengamatan dianalisis dengan ANARA, dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan zeolit pada limbah surfaktan dan nano filter pada air sumur efektif untuk menurunkan persentase TDS, dan penggunaan zeolit pada limbah Rhodamin B efektif untuk menyeimbangkan kadar pH, sehingga sesuai dengan standar Permenkes dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup, perubahan warna Rhodamin B pada perlakuan zeolit sebesar 25 % menunjukkan hasil yang paling berpengaruh dibandingkan nano filter dan karbon aktif, dan perlakuan zeolit memiliki memiliki nilai konduktivitas hidraulik jenuh paling rendah tetapi memiliki pengaruh paling baik terhadap kualitas air hasil purifikasi limbah cair
Effect of Premium Compost on Soil Carbon Microbial Biomass in Pineapple Plants on Marginal Land Central Lampung Yusnaini, Sri; Aditya, Dinar; Ramadhani, Winih Sekaringtyas; Novpriansyah, Hery; Dermiyati, Dermiyati; Rivaie, Arivin
JOURNAL OF TROPICAL SOILS Vol 29, No 3: September 2024
Publisher : UNIVERSITY OF LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5400/jts.2024.v29i3.135-141

Abstract

Acidic soil reactions, low nutrient content, low organic carbon levels, and low soil biodiversity characterize marginal land. Adding organic matter, such as compost, is expected to rehabilitate these lands. One key biological indicator of successful land rehabilitation by adding organic matter or compost is soil carbon microbial biomass (SCMB). This study aimed to assess the effect of compost on SCMB in pineapple plants. It was designed using a Randomized Completely Block Design with four treatments: Control (P0) = Without compost (Pineapple Cultivation Standard at GGPC), P1 = Cow dung compost (50 Mg ha-1), P2 = Premium compost A (50 Mg ha-1) and P3 = Premium compost B (50 Mg ha-1). Each treatment was replicated four times. The data were analyzed using ANOVA at the 5% significance level, following testing for homogeneity of variance using the Bartlett test and additivity with the Tukey test. Different treatment means were examined using contrast orthogonal tests, and correlation tests were performed to explore relationships among key variables. Results indicated that cow dung and premium compost (A and B) increased SCMB by 89.31% and 84.06%, respectively, at 15 and 16 MAP observations. At 16 MAP observations, soil organic carbon and soil pH were correlated with SCMB; in contrast, at observations 13, 14, and 15 MAP, soil organic carbon, soil pH, soil moisture, and soil temperature did not correlate with SCMB.
PEMANFAATAN KOMPOS DALAM PENINGKATAN BAHAN ORGANIK TANAH PADA PERKEBUNAN NANAS PT. GREAT GIANT FOOD Shofihatul Maula; Siswanto Siswanto; Haidar Fari Aditya; Sri Yusnaini; Winih Sekaringtyas Ramadhani
Jurnal Agrotek Tropika Vol 12, No 1 (2024): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 12, Februari 2024
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v12i1.7948

Abstract

Penurunan produksi komoditas nanas karena pemakaian pupuk kimia secara intensif. Pupuk kimia awalnya dapat meningkatkan produktivitas, namun diberikan secara intensif akan mengakibatkan kerusakan. Upaya memperbaiki kesuburan tanah dilakukan aplikasi kompos sebagai tambahan bahan organik. Tujuan penelitian yaitu mempelajari dan mengetahui hasil aplikasi kandungan bahan organik tanah dari kompos yang diaplikasikan 50 ton/ha pada umur 3 Bulan Setelah Tanam (BST), 5 Bulan Setelah Tanam (BST), dan 9 Bulan Setelah Tanam (BST). Penelitian dilakukan pada bulan November 2022 - Februari 2023, berlokasi pada lahan nanas monokultur PT. Great Giant Food, Lampung Tengah. Penelitian dilakukan dengan metode survey dengan menentukan titik sebanyak 5 titik secara diagonal pada 13 lokasi dan diulang 2 kali sehingga diperoleh 26 sampel. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil tanah pada kedalaman 0 – 20 cm serta mengkompositkan 5 titik bertujuan untuk mengamati bahan organik tanah dan KTK tanah.  Metode pengukuran karbon organik tanah dengan metode walkey and black dan KTK tanah spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos 50 ton/ha mengalami peningkatan kandungan bahan organik tanah. Kandungan bahan organik tanah pada 3 BST 3,56%, pada 5 BST 3,61%, dan 9 BST 4,42%. Bahan organik tanah pada 3 BST ke 5 BST mengalami peningkatan 1.40%, dan pada 5 BST ke 9 BST mengalami peningkatan 22.43%. KTK tanah pada 3 BST 10,41 cmol/kg, pada 5 BST 13,16 cmol/kg, dan 9 BST 13,30 cmol/kg. KTK tanah pada 3 BST ke 5 BST terjadi peningkatan 26,41%, dan pada 5 BST ke 9 BST terjadi  peningkatan 1,06%.