Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

SISTEM PELARASAN GITAR KLASIK LAMPUNG PEPADUN Barnawi, Erizal; Hasyimkan, Hasyimkan; Hernanda, Agung Hero
Jurnal Warna Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Warna
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gitar Klasik Lampung or Peting Tunggal is an acculturation music between Portuguese music and Lampung music. The form of acculturation is the guitar instrument from Portuguese and lyrics, the tuning system, and grenek from Lampung Pepadun people's culture and intelligence. Gitar Klasik Lampung Pepadun is also known as a type of vocal instrument performance art which has long been an instrument of expression and a part of people's lives that are currently following the times.Until now, Gitar Klasik Lampung Pepadun has developed very rapidly due to the presence of indirect social media to promote this art. Finally, many young people have emerged to learn and show their expertise on Instagram and their personal Facebook. Already began to emerge sanggar's from the original village of Lampung who studied and became a pioneer of the Gitar Klasik Lampung Pepadun.Gitar Klasik Lampung Pepadun has a different tuning system than the standard guitar. The tuning system is called Stem Pal, Stem Kembang kacang, Stem Be, Stem sanak mewang, and Stem hawayang. Excerpts (tetti ') consist of tetti' pal, Tetti' kembang kacang, tetti' Stambul, tetti' Keroncong Pandan, tetti' Tiga serangkai, tetti' Las Bas, tetti' Sanak Mewang di Ejan, tetti' Sai Kris, Tetti 'Hawayang' and Sandung.
KAJIAN SYAIR PADA WARAHAN KLASIK TENTANG GAMOLAN INSTRUMEN MUSIK TRADISIONAL LAMPUNG Hasyimkan, Hasyimkan; Barnawi, Erizal; Hakim, Uswatul
Jurnal Warna Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Warna
Publisher : IAIIG Cilacap

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gamolan is a traditional Lampung musical instrument, Gamolan came from West Lampung which was influenced by African, Arabic, Indian, Chinese and European cultures, as well as Sumatra.  Gamolan comes from the word begamol which means gathering which has three poems about gamolan including the story of warahan Radin Jambat, the oral literature of the Pubian and Tanggamus people.This research answers the problem of how classical gamolan poetry in Lampung.  The goal is to be missed background gamolan poetry.  The method used is descriptive qualitative analysis with the expected results that books can be made, submitted to journals and obtained copyright.
Pemberdayaan Kelompok Hadrah Kec. Penengahan dengan Pendekatan Multikultural: Penambahan Shalawat Berbahasa Prancis Barnawi, Erizal; Safitri, Aulia Laila
TACET Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni Vol 3, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/tacet.v3i1.78350

Abstract

Hadrah groups in Penengahan District, South Lampung Regency have the potential to be empowered to improve their skills. This study aims to empower Hadrah groups through a multicultural approach by adding French-language shalawat. The research method used is qualitative through a participatory approach. Data was collected through observation, interviews, and documentation. The results of the study showed that: (1) Hadrah groups in Penengahan District, South Lampung Regency have the potential to be developed. They have the enthusiasm to learn and practice; (2) The multicultural approach by adding French-language shalawat can significantly improve the artistic quality of Hadrah and increase Hadrah participation in Penengahan District, South Lampung Regency; and (3) The community and Hadrah groups responded positively to the addition of French-language shalawat. Therefore, it can be stated that the empowerment of Hadrah groups in Penengahan District, South Lampung Regency through a multicultural approach by adding French-language shalawat has proven to be effective in improving the artistic quality of Hadrah and increasing the attractiveness and participation of Hadrah in Penengahan District, South Lampung Regency.
Analisis Musikal dan Non Musikal pada Ansambel Krumungan di Desa Kuripan Barnawi, Erizal; Hernanda , Agung Hero; Afandi , Sony
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol. 13 No. 2 (2024): Grenek: Jurnal Seni Musik
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v13i2.63469

Abstract

Tujuan dari penelitian Ansambel Krumungan yang ada di Desa Kuripan Lampung Selatan adalah untuk mengetahui Musikal dan Non Musikal yang terdapat di dalamnya. Penelitian kualitatif deskriptif digunakan sebagai upaya memberikan keterangan secara rinci dengan penggunaan pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, penggunaan konsep dari E. Barnawi dan Hasyimkan dalam bukunya Musik Perunggu Lampung (2019) menjadi pisau bedah dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kajian musikal Ansambel Krumungan yakni terdapat alat musik-alat musik seperti Krumungan, Ketapak, Petuk Khuwa, Petuk Sai, Canang, Khujih, Kulintang, Gung Khenik dan Gung Balak. Tabuhan dalam Ansambel Krumungan yang menjadi ciri khas Desa Kuripan yakni Tabuh Ganjor dan Tabuh Arus. Tangga Nada dalam Ansambel Krumungan yang di ambil dari keseluruhan alat musik krumung yakni E-B-D-E-F#-G-A#-C-D#. Serta, untuk Tabuh Ganjor dan Tabuh Arus yakni G#-B–D–F#-G–B. Kajian non musikal dalam Ansambel Krumungan yakni tempat latihan selalu dilakukan di rumah keluarga yang masih keturuan Keratuan Darah Putih. Pendukungnya yakni warga Desa Kuripan yang selalu menonton pertunjukkan serta membantu dalam bentuk materil maupun moril. Kostum yang digunakan selalu mencirikhaskan dari adat Saibatin Pesisir Lampung Selatan. Waktu latihannya selalu sore menjelang magrib, maupun setelah bada Isha karena waktunya panjang serta malam Jumat tidak latihan. Untuk pemain/penabuh dibebaskan boleh pria maupun wanita, akan tetapi sampai saat ini masih dominan pria. Sementara pengeras suara maupun lighting yang digunakan masih menggunakan vendor umum dalam prosesi acara.
Analisis Musikal dan Non Musikal pada Ansambel Krumungan di Desa Kuripan Barnawi, Erizal; Hernanda , Agung Hero; Afandi , Sony
Grenek: Jurnal Seni Musik Vol. 13 No. 2 (2024): Grenek: Jurnal Seni Musik (December)
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/grenek.v13i2.63469

Abstract

Tujuan dari penelitian Ansambel Krumungan yang ada di Desa Kuripan Lampung Selatan adalah untuk mengetahui Musikal dan Non Musikal yang terdapat di dalamnya. Penelitian kualitatif deskriptif digunakan sebagai upaya memberikan keterangan secara rinci dengan penggunaan pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, penggunaan konsep dari E. Barnawi dan Hasyimkan dalam bukunya Musik Perunggu Lampung (2019) menjadi pisau bedah dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa kajian musikal Ansambel Krumungan yakni terdapat alat musik-alat musik seperti Krumungan, Ketapak, Petuk Khuwa, Petuk Sai, Canang, Khujih, Kulintang, Gung Khenik dan Gung Balak. Tabuhan dalam Ansambel Krumungan yang menjadi ciri khas Desa Kuripan yakni Tabuh Ganjor dan Tabuh Arus. Tangga Nada dalam Ansambel Krumungan yang di ambil dari keseluruhan alat musik krumung yakni E-B-D-E-F#-G-A#-C-D#. Serta, untuk Tabuh Ganjor dan Tabuh Arus yakni G#-B–D–F#-G–B. Kajian non musikal dalam Ansambel Krumungan yakni tempat latihan selalu dilakukan di rumah keluarga yang masih keturuan Keratuan Darah Putih. Pendukungnya yakni warga Desa Kuripan yang selalu menonton pertunjukkan serta membantu dalam bentuk materil maupun moril. Kostum yang digunakan selalu mencirikhaskan dari adat Saibatin Pesisir Lampung Selatan. Waktu latihannya selalu sore menjelang magrib, maupun setelah bada Isha karena waktunya panjang serta malam Jumat tidak latihan. Untuk pemain/penabuh dibebaskan boleh pria maupun wanita, akan tetapi sampai saat ini masih dominan pria. Sementara pengeras suara maupun lighting yang digunakan masih menggunakan vendor umum dalam prosesi acara.
Komoditas Musik dalam Skena Musik Underground di Bandar Lampung Pamungkas, Bian; Tejapermana, Prisma; Barnawi, Erizal
Sulawesi Tenggara Educational Journal Vol 5 No 1: April (2025)
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54297/seduj.v5i1.1097

Abstract

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa bagiamana komodifikasi terjadi pada skena musik underground di Bandar Lampung sebab di era digital saat ini pemasaran karya musik bukan menjadi suatu hambatan seperti pada era 1990-2000-an yang harus dinaungi oleh label besar untuk memasarkan karya-karya kelompok musik. Metode penelitian ini ialah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, komodifikasi budaya yang terjadi pada skena musik underground ini dapat ditelusuri dengan analisis interpretasi data dalam paradigma penelitian kualitatif. Orang yang mengalami menginterpretasi dunianya atau pengalamannya. Proses komodifikasi merupakan jalan bagi para kelompok musik tersebut untuk dapat terus menjaga keberlangsungan mereka di ruang skena musik underground, dan dengan didukung oleh perkembangan zaman yang semakin maju semakin membuka celah-celah bagi mereka untuk dapat bersaing dalam ekosistem musik dengan ruang lingkup Nasional maupun lokal meski terkesan terpinggirkan akan tetapi jika dilihat dari gejolak perkembangan skena musik underground yang ada di Bandar Lampung banyak kelompok musik yang terus mendapatkan minat dan perhatian dari masyarakat penikmat skena tersebut.
Exploring the Creativity Habitus of Elementary Teacher Education Students within Visual Arts Learning Practices Probosiwi; Tamás, Kopasz; Muryasari, Desiana; Barnawi, Erizal; Effendi, Dian
International Journal of Learning Reformation in Elementary Education Vol. 4 No. 03 (2025): Forthcoming Issue - International Journal of Learning Reformation in Elementar
Publisher : The Indonesian Institute of Science and Technology Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56741/ijlree.v4i03.1313

Abstract

The purpose of this article is to describe the creativity of elementary teacher education students in learning practices analyzed through the concept of habitus. The research method used is a qualitative type with content analysis techniques. Data collection techniques were carried out through semi-structured interviews, non-participatory observation, and documentation review. The research subjects were students, and the object of the research was the practice of visual arts learning in elementary schools. The sources interviewed consisted of classroom teachers. The results indicate that visual arts teaching practices in elementary schools are based not only on teachers' academic abilities but also on adequate facilities and infrastructure. The position of habitus in teaching practices in elementary schools makes students an audience that contributes to social practices that strengthen the creativity process based on four stages: person, process, product, and press. The combination of the students' understanding of aesthetics and habitus can support the creative process in the practice of teaching visual arts to elementary school students.
Pelatihan Alat Musik Talo Balak Lampung pada Forum Karang Taruna Palapa Tiyuh Panaragan untuk Mengiringi Tarian Sigeh Penguten Sebagai Prosesi Penyambutan Tamu-Tamu Agung di Tiyuh Panaragan Kabupaten Tulang Bawang Barat Barnawi, Erizal
Jurnal Sumbangsih Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Sumbangsih
Publisher : LPPM Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsh.v2i1.41

Abstract

Pengamatan dari tim pengabdian bahwa sebagai bagian dari media kerterampilan seni dan budaya yang ada di Forum Karang Taruna Palapa Tiyuh Panaragan, Kabupaten Tulang Bawang Barat yang selama ini kurang memenuhi tingkat kreatifitas dan pengembangan seni budaya Lampung. Pelajaran biasanya sekedar diisi dengan bernyanyi klasikal dilanjutkan individual, kurang menyiratkan unsur-unsur musik yang sedemikian kaya terutama unsur irama dan unsur melodi. Alat musik Talo Balak Lampung merupakan salah satu alat musik tradisi yang sangat komplek, sangat memungkinkan para muda mudi Karang Taruna Palapa Tiyuh Panaragan menggunakan alat musik tersebut sebagai media pembelajaran dan menguntungkan dalam upaya meningkatkan penguasaan pemuda dalam hal unsur-unsur irama dan unsur-unsur melodi tersebut. Jika para muda mudi Tiyuh Panaragan mampu memainkan Talo Balak Lampung lambat laun akan mempunyai nilai tambah karena bisa dan mampu mengirinngi tarian persembahan untuk tamu-tamu yang berkunjung baik ke Kampung sendiri maupun di tingkat kecamatan. Kegiatan ini dibatasi pada pelatihan memainkan ansambel Talo Balak yang terdiri dari (Kulintang, Pepetuk, Gelitak, Gujih, Canang, Gindir, Tawa-Tawa, Kempyang, Talo, dan Gindang) dengan beberapa lagu yaitu: tabuh Gupek dan tabuh Tari dalam iringin tari Sigeh Penguten. Serta, beberapa motif tabuhan gindang dalam pemegang ritme ketukan di ansambel Talo Balak. Metode ceramah oleh pelaksana untuk menjelaskan manfaat kemampuan bermain ansambel Talo Balak, bagian-bagian Talo Balak, dan cara bermain menabuh ansambel Talo Balak yang baik dan benar. Serta, memperagakan secara langsung oleh pelaksana pengabdian untuk memberikan contoh memainkan tiap-tiap instrumen di dalam ansambel Talo Balak.
Pelatihan Musik dan Tari Sigeh Penguten Untuk Forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya Tingkat SMP Se-Kabupaten Lampung Utara Adzan, Nabilla Kurnia; Barnawi, Erizal; Juwita, Dwi Tiya
Jurnal Sumbangsih Vol. 2 No. 1 (2021): Jurnal Sumbangsih
Publisher : LPPM Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsh.v2i1.43

Abstract

Berdasarkan hasil pengamatan tim pengabdian kepada guru-guru seni budaya SMP di Lampung Utara, didapatkan hasil bahwa sebagian besar guru seni budaya belum menguasai materi seni budaya itu sendiri. Hal ini dikarenakan oleh latar belakang pendidikan yang sebenarnya bukan dari latar belakang pendidikan seni. Mensiasati hal tersebut, maka tim berinisiatif untuk memberikan pelatihan tari dan musik iringan tari Sigeh Penguten. Sigeh Penguten merupakan sebuah tari tradisi Lampung yang sudah semestinya dikuasai oleh masyarakat Lampung terlebih anak-anak usia sekolah. Sebagai sebuah dasar untuk menjaga dan mengembangkan tradisi Lampung, oleh karena itu tari ini dipilih sebagai bahan pelatihan. Melalui pelatihan ini, guru-guru seni budaya tingkat SMP di Kabupaten Lampung Utara yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran Seni Budaya diharapkan mampu menguasai tari dan musik iringan tari Sigeh Penguten. Hal ini juga diharapkan dapat membantu guru-guru tersebut untuk melaksanakan mata pelajaran seni budaya di sekolah. Hasil pengabdian menunjukan bahwa setelah mengikuti pelatihan, guru seni budaya di Kabupaten Lampung Utara yang tergabung dalam forum MGMP dapat menarikan tari Sigeh Penguten dan mengiringinya dengan memainkan alat musik secara langsung. Namun tempo dari tari dan musik yang masih belum sesuai dengan yang sebenarnya, hal ini disebabkan karena masih pada tahapan pembelajaran.
Pelatihan Alat Musik Serdapan Lampung pada Forum Mulei Menganai Panaragan untuk Prosesi Arak-Arakan di Kabupaten Tulang Bawang Barat Barnawi, Erizal; Agung Hero Hernanda; Adi Saputra; Brahmantyo Adith Prahmudafi
Jurnal Sumbangsih Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Sumbangsih
Publisher : LPPM Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jsh.v3i1.76

Abstract

Forum Mulei Menganai (FMM) Panaragan adalah kelompok pemuda-pemudi yang berdiri pada tanggal 10 November 2017. Aktifitas yang FMM jalan salah satunya adalah melestarikan dan mengembangkan seni budaya khas Lampung Pepadun, terutama ansambel Gitar Klasik Lampung Pepadun. Sampai saat ini FMM telah menjadi perbincangan di masyarakat karena keahlian dan kemarihan dalam mengemas penyajian pertunjukan Gitar Klasik Lampung Pepadun. Dari dampak tersebut kepercayaan masyarakat meningkat terlihat sering tampilnya FMM dalam acara nikahan, sunatan maupun acara seremonial lainnya di Kabupatan Tulang Bawang Barat bahkan sampai keluar kabupaten dalam melakukan pertunjukan. Tim Pengabdian Kepada Masyarakat UNILA telah melakukan pengabdian selama dua tahun berturut-turut di Tiyuh Panaragan ini. Pertama pada tahun 2020 di kelompok FMM memberikan pelatihan Ansambel Gamolan Lampung dan yang kedua pada tahun 2021 di kelompok Karang Tarunanya memberikan pelatihan Ansambel Talo Balak. Serta, pada tahun 2022 yang ketiga ini berencana memberikan lagi pelatihan alat musik Serdapan (rebana) di Tiyuh Panaragan, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kecamatan Tulang Bawang Barat kembali pada kelompok Forum Mulei Menganai (FMM) Panaragan. Kegunaan pelatihan ini agar menambah tingkat kreatifitas muda-mudi di Tiyuh Panaragan dalam mempertahan seni budaya Lampung. Bentuk kegiatan pelatihan ini berupa pembelajaran teknik permainan rebana yang diperuntukan pada prosesi arak-arakkan yang selalu diselenggarakan di Tiyuh Panaragan. Beberapa materi tabuh rebana diantaranya yakni Tabuh Tekol, Tabuh Tahtim, dan Tabuh Arak. Kesemuan tabuhan rebana tersebut dilatih selama tiga hari berturut-turut dengan durasi pelaksanaannya di mulai dari jam delapan pagi sampai jam empat sore. Serta, di akhri dengan melakukan hasil pelatihan dengan memberikan presentasi pertunjukan di hadapan para stakeholder masyarakat Tiyuh Panaragan.