ABSTRAK Tingginya angka kejadian diare pada balita di Desa Pager Ngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan adanya persoalan sanitasi lingkungan yang belum terselesaikan, khususnya terkait praktik Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Data dari Puskesmas Wonoayu mencatat peningkatan kasus diare dari 1.147 (2021) menjadi 1.207 kasus pada 2023. Survei rumah tangga menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga tidak memiliki jamban sehat dan jarak antara sumber air bersih dengan pencemar kurang dari 10 meter. Masalah ini diperburuk oleh rendahnya tingkat pengetahuan ibu rumah tangga mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Meskipun Jawa Timur telah mencatatkan 92,78% desa berstatus ODF (Open Defecation Free), Kabupaten Sidoarjo, termasuk Desa Wonoayu, masih tertinggal dalam pencapaian tersebut. Kegiatan pengambian kepada mayrakat ini adalah untuk membangun Jamban Masyarakat Desa Pagerngumbuk Kec. Wonoayu Kab. Sidarjo Dalam Program Percepatan ODF (Open Devecation Free) melalui pemberdayaan Masyarakiat Untuk Pencegahan Penyakit Menular Tahun 2025.Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan selama Maret hingga Oktober 2025 dengan pendekatan partisipatif dan pemberdayaan. Metode yang akan digunakan mencakup penyuluhan, Focus Group Discussion (FGD), pembangunan jamban sehat sesuai SNI2398:2017, serta monitoring dan coaching pasca pembangunan. Sasaran utama adalah lima rumah tangga prioritas yang belum memiliki jamban dan tergolong keluarga berpenghasilan rendah, dengan anggota rentan seperti balita dan lansia. Strategi cost-sharing diterapkan untuk meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap fasilitas yang dibangun. Hasil kegiatan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemanfaatan jamban dan penerapan PHBS. Seluruh keluarga sasaran telah meninggalkan praktik BABS dan mulai merawat fasilitas jamban secara mandiri. Monitoring selama dua bulan menunjukkan bahwa 80% keluarga menerapkan perilaku hidup bersih secara konsisten. Strategi edukasi berkelanjutan, pelibatan tokoh masyarakat, dan pendekatan berbasis komunitas terbukti efektif dalam mendorong perubahan perilaku dan keberlanjutan program sanitasi. Keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Pagerngumbuk sangat didukung oleh partisipasi dan motivasi masyarakat dan tokoh setempat. Kata Kunci: Pembangunan Jamban, Percepatan ODF, Masyarakat Desa Pager Ngumbuk ABSTRACT The high incidence of diarrhea in toddlers in Pager Ngumbuk Village, Wonoayu District, Sidoarjo Regency, indicates an unresolved environmental sanitation problem, particularly related to the practice of Open Defecation (BABS). Data from the Wonoayu Community Health Center recorded an increase in diarrhea cases from 1,147 (2021) to 1,207 cases in 2023. Household surveys showed that most families do not have healthy latrines and the distance between clean water sources and pollutants was less than 10 meters. This problem was exacerbated by the low level of knowledge of housewives regarding clean and healthy living behaviors (PHBS). Although East Java has recorded 92.78% of villages with ODF (Open Defecation Free) status, Sidoarjo Regency, including Wonoayu Village, was still lagging behind in achieving this goal. This community outreach activity is to build a Community Latrines in Pagerngumbuk Village, Wonoayu District, Sidoarjo Regency. Sidarjo is participating in the Open Devection Free (ODF) Acceleration Program through Community Empowerment for Infectious Disease Prevention in 2025. This community service activity will be conducted from March to October 2025 using a participatory and empowerment approach. Methods will included outreach, Focus Group Discussions (FGDs), and latrine construction. The primary target was five priority households without latrines and classified as low-income families with vulnerable members such as toddlers and the elderly. A cost-sharing strategy would be implemented to increase community ownership of the constructed facilities. The results of the activity showed a significant increasing in latrine utilization and the implementation of Clean and Healthy Living (PHBS). All target families have stopped practicing open defecation and have begun maintaining their latrine facilities independently. Two-month monitoring shows that 80% of families consistently practice clean living behaviors. The strategy of ongoing education, the involvement of community leaders, and a community-based approach have proven effective in encouraging behavior change and the sustainability of the sanitation program. The success of the community service activity in Pagerngumbuk Village is strongly supported by the participation and motivation of the community and local leaders. Keywords: Latrine Construction, ODF Acceleration, Pagerngumbuk Village Community