Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

THE CORRELATION BETWEEN KNOWLEDGE AND BEHAVIOR WITH THE PRESENCE OF HOUSE DUST MITES IN STUDENT BOARDING ROOMS IN EAST CEMPAKA PUTIH AND THE REVIEW OF ISLAMIC PERSPECTIVE Putra, Hafiz Primadhya; Damayanti, Ndaru Andri; Arsyad, Muhammad
Junior Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i2.3278

Abstract

Introduction: House dust mites (HDM) are the most common allergen found in homes and spread worldwide. The factors that cause TDR life are behaviour and habits that rarely clean the bedroom. Currently, many students still need knowledge and behaviour regarding clean living. This study aims to determine the presence of house dust mites in student boarding rooms and their relationship with students' knowledge and behaviour towards house dust mites. Methods: This research method is quantitative with a cross-sectional approach. This type of research is descriptive correlation research. The population and sample of this study were 50 students in boarding settlements in Cempaka Putih Timur Village, Cempaka Putih District, Central Jakarta. The sample used the Quota Sampling technique. The data collection instrument used a questionnaire. The testing method used is the validity and reliability test using the SPSS application. Data analysis techniques using univariate and bivariate analysis. Results: The results showed that the number of rooms with positive house dust mite presence was less than those with negative house dust mite presence. Than, mattress dust has a higher density of house dust mites. Most students had a good level of knowledge and positive behaviour. Conclusion: There is no significant corelation between knowledge and behaviour with the presence of house dust mites in boarding rooms students. In Islam, a Muslim must have extensive knowledge and good behaviour. Good Muslims will keep themselves and their environment clean so that they are away from sources of disease, including house dust mites.
Antioxidant and Antiaging Properties of Ethanolic Ripe Sesoot Fruit Extract Utami, Sri; Sosiawan, Insan; Nurul, Dewi; Purnamasari, Endah; Batubara, Lilian; Sachrowardi, Qomariyah Romadhiyani; Damayanti, Ndaru Andri; Aryenti, Aryenti; Dewi, Intan Keumala; Nafik, Said; Arrahmani, Betharie Cendera; Kusuma, Hanna Sari Widya; Widowati, Wahyu; Utomo, Herry S
Majalah Kedokteran Bandung Vol 56, No 3 (2024)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v56.3472

Abstract

Skin aging can be characterized by changes in skin, such as the appearance of wrinkles and loss of skin moisture. Some elements that might lead to cell damages and aging are free radicals through the increase of the activities of hyaluronidase and tyrosinase. Bioactive compounds found in sesoot (Garcinia picrorhiza Miq.) are known for their antioxidant properties, which may reduce excessive amounts of free radicals in the body and act as an antiaging agent by inhibiting hyaluronidase and tyrosinase activities. This study aimed to examine the antioxidant, anti-hyaluronidase, and anti-tyrosinase properties found in Ethanolic Extract Ripe Sesoot (EERS). The ethanol extract of ripe sesoot fruit obtained from LIPI, Bogor Botanical Garden was used for the antioxidant and antiaging assays conducted at PT Aretha Medika Utama in December 2016. The activity of antioxidants was measured as the Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP) of the EERS, while the antiaging assays were performed through the inhibition activity of hyaluronidase and tyrosinase. Results indicated that the EERS has a higher FRAP activity (17.58 μM Fe (II)/μg) than xanthone (2.54 μM Fe (II)/μg) at the highest concentration of sample of 5,000 µg/mL. The anti-hyaluronidase of the EERS exhibited lower activity (IC50 of 619.21±12.15 µg/mL) than xanthone (IC50 of 365.55±25.10 µg/mL) and the tyrosinase inhibitory assay demonstrated a lower activity of EERS (IC50 of 1060.68±12.81 µg/mL) compared to xanthone (IC50 of 218.33±9.73 µg/mL). To conclude, EERS shows antioxidant and antiaging properties.
Gambaran Infeksi Parasit Usus pada Anak di Pemukiman Pemulung Perkotaan Jakarta Timur dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Fauzia, Rita; Damayanti, Ndaru Andri; Arsyad, Muhammad
Junior Medical Journal Vol. 2 No. 10 (2024): Juni 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i10.4258

Abstract

Latar Belakang: Data WHO melaporkan lebih dari 24% penduduk dunia terinfeksi parasit usus dan 800 juta anak usia sekolah memberikan risiko terinfeksi parasit usus. Kelompok usia anak belum memiliki kemampuan untuk menjaga kebersihan pribadi. Lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi yang kurang memberikan risiko tercemar dengan mikroorganisme termasuk parasit usus. Metode: Jenis penelitian yang digunakan ialah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan adalah feses yang dikumpulkan dari 35 orang anak yang tinggal di pemukiman pemulung Jakarta Timur. Hasil: Sebesar 8,6% anak-anak di pemukiman pemulung positif terinfeksi parasit usus, Blastocystis hominis. Sebanyak 1 orang (2,9%) dengan kebersihan individu yang masih kurang, yaitu memiliki kuku panjang dan hitam dan sebagian besar sudah memiliki kebersihan individu cukup baik. Sebanyak 3 orang (8,6%) berkulit hitam kusam karena sering terpapar sinar matahari siang. Sebanyak 3 orang anak tinggal di rumah yang tidak memiliki ventilasi, sehingga sinar matahari tidak pernah masuk (8,6%) dan sisanya anak-anak tinggal dengan lingkungan rumah yang cukup bersih. Data penelitian menunjukkan anak-anak yang tinggal di pemukiman pemulung dengan kebersihan individu yang kurang baik memiliki kecenderungan terinfeksi parasit usus, walaupun secara uji statistic Chi Square tidak memberikan hasil yang bermakna (p>0,01). Kesimpulan: Anak-anak yang tinggal di pemukiman pemulung dengan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan tinggal yang cukup baik belum dapat mencegah terjadinya infeksi parasit usus oleh Blastocystis hominis.
Gambaran Infeksi Parasit Usus Pada Anak di Pemukiman Pemulung Perkotaan Jakarta Timur dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Fauzia, Rita; Damayanti, Ndaru Andri; Arsyad, Muhammad
Junior Medical Journal Vol. 2 No. 11 (2024): July 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i11.4257

Abstract

Latar Belakang: Data WHO melaporkan lebih dari 24% penduduk dunia terinfeksi parasit usus dan 800 juta anak usia sekolah memberikan risiko terinfeksi parasit usus. Kelompok usia anak belum memiliki kemampuan untuk menjaga kebersihan pribadi. Lingkungan tempat tinggal dengan sanitasi yang kurang memberikan risiko tercemar dengan mikroorganisme termasuk parasit usus. Metode: Jenis penelitian yang digunakan ialah observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel yang digunakan adalah feses yang dikumpulkan dari 35 orang anak yang tinggal di pemukiman pemulung Jakarta Timur. Hasil: Sebesar 8,6% anak-anak di pemukiman pemulung positif terinfeksi parasit usus, Blastocystis hominis. Sebanyak 1 orang (2,9%) dengan kebersihan individu yang masih kurang, yaitu memiliki kuku panjang dan hitam dan sebagian besar sudah memiliki kebersihan individu cukup baik. Sebanyak 3 orang (8,6%) berkulit hitam kusam karena sering terpapar sinar matahari siang. Sebanyak 3 orang anak tinggal di rumah yang tidak memiliki ventilasi, sehingga sinar matahari tidak pernah masuk (8,6%) dan sisanya anak-anak tinggal dengan lingkungan rumah yang cukup bersih. Data penelitian menunjukkan anak-anak yang tinggal di pemukiman pemulung dengan kebersihan individu yang kurang baik memiliki kecenderungan terinfeksi parasit usus, walaupun secara uji statistic Chi Square tidak memberikan hasil yang bermakna (p>0,01). Kesimpulan: Anak-anak yang tinggal di pemukiman pemulung dengan kebersihan individu dan sanitasi lingkungan tinggal yang cukup baik belum dapat mencegah terjadinya infeksi parasit usus oleh Blastocystis hominis.
Karakteristik Anak Penderita Tuberkulosis Paru Usia 0-14 Tahun di Puskesmas Cempaka Putih Tahun 2019 dan Tinjauannya Menurut Pandangan Islam Helena Khairunnisa, Diandra; Damayanti, Ndaru Andri; Arifandi, Firman
Junior Medical Journal Vol. 2 No. 12 (2024): August 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v2i12.4308

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang parenkim paru dan disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Anak-anak lebih berisiko daripada orang dewasa dalam penyebaran tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik tuberkulosis paru pada anak usia 0-14 tahun. Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Data yang diambil adalah data sekunder dengan analisis uji univariat. Populasi pada penelitian ini adalah pasien tuberkulosis paru anak usia 0-14 tahun di Puskesmas Cempaka Putih periode Januari - Desember 2019 dengan teknik pengambilan total sampling. Hasil: Jumlah anak penderita tuberkulosis paru usia 0-14 tahun di Puskesmas Cempaka Putih tahun 2019 adalah 26 pasien. Sebanyak 12 pasien (46%) berusia 1-5 tahun. Pasien yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 15 orang (58%). Sebanyak 18 pasien (69%) memiliki riwayat imunisasi BCG dan sebanyak 14 pasien (54%) memiliki status gizi yang baik. Sebanyak 19 pasien (73%) mengalami positif uji tuberkulin dan sebanyak 11 orang (42%) mengalami batuk kronik ≥ 2 minggu. Pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal dialami oleh 8 orang (31%). Kesimpulan: Jumlah penderita tuberkulosis paru anak di Puskesmas Cempaka Putih tahun 2019 adalah 26 pasien. Sebagian besar pasien memiliki riwayat imunisasi BCG dan status gizi yang baik. Paramater skoring yang paling banyak dialami pasien adalah uji tuberkulin positif, batuk kronik ≥ 2 minggu, dan pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal. Islam menganjurkan untuk berobat dan bersabar dalam menghadapi penyakit menular. Imunisasi dalam Islam hukumnya mubah.
Presentase Pinjal dan Kutu Sebagai Vektor Penyakit Ektoparasit pada Kucing di Kayu Putih Pulo Gadung Gadung dan Tinjauannya dalam Pandangan Islam Ayuni, Putri; Damayanti, Ndaru Andri; Ferlianti, Rika; Karimulloh
Junior Medical Journal Vol. 3 No. 1 (2024): September 2024
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33476/jmj.v3i1.4327

Abstract

Pendahuluan : Kucing merupakan salah satu hewan domestik yang berperan sebagai hospes dari ektoparasit kutu dan pinjal. Untuk mengetahui persentase mengenai kutu dan pinjal pada kucing di Pulo Gadung Jakarta Timur dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pinjal dan kutu pada hewan domestik yang berpotensi menjadi vektor penyakit ektoparasit pada manusia. Dari perspektif islam semua makhluk hidup termasuk kucing memiliki peranan dan nilai dalam ekosistem yang diciptakan oleh Allah. Metodologi : Penelitian ini Bersifat kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek pada penelitian ini adalah kucing domestik di wilayah Pulo Gadung Jakarta berjumlah sebanyak 30 ekor kucing ras dan kucing lokal. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Uji bivariat untuk menganalisis karakter kucing dengan angka persentase ektoparasit. Hasil : Hasil penelitian menunjukan kucing ras 53%, lokal 30%, campuran 17% dengan rentang usia kucing dalam penelitian berkisar antara 3 bulan -5 tahun. Persentase kucing betina 87%, pada jantan 13%. Simpulan : Persentase ektoparasit pinjal masih tetap dapat ditemukan pada kelompok kucing ras yang dipelihara didalam kendang. Ektoparasit pinjal dapat menular pada kucing yang hidup berkelompok. Dalam Islam, pandangan terhadap pinjal dan kutu berkaitan erat dengan prinsip kebersihan dan kesehatan yang merupakan bagian penting dari iman. Meskipun tidak ada teks spesifik dalam Al-Qur'an atau Hadits yang secara langsung membahas pinjal dan kutu, Islam menekankan pentingnya kebersihan, termasuk menghindari parasit seperti pinjal dan kutu untuk mencegah penyakit.
In Vivo Study of Telang Cream on Interleukin (IL)-6, Epidermal Growth Factor (EGF), and Wound Reepithelialization Pratiwi, Nike; Irwandi, Nurmayani; Hadi, Restu Syamsul; Thamrin, Nabila Pyrenina; Damayanti, Ndaru Andri; Juniarti, Juniarti; Rahmah, Nunung Ainur
Jurnal Kesehatan Vokasional Vol 10, No 2 (2025): May
Publisher : Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkesvo.106084

Abstract

Background: Povidone iodine is widely used in wound healing, but it can cause irritation and cellular toxicity. Clitoria ternatea L. has the potential to contain compounds such as rutin, quercetin 3-O-rhamnoside, ternatin, and anthocyanins as natural alternatives in wound healing. In this study, the extract used contains anthocyanins.Objective: The study aimed to evaluate the effects of Clitoria ternatea L. extract cream on the expression of Interleukin-6, Epidermal Growth Factor, and re-epithelialization in Sprague Dawley rat incision wounds.Methods: An in-vivo study with a post-test only control design was conducted on five treatment groups, including a control group without wounds (healthy), povidone iodine, and Clitoria ternatea L. extract cream (5%, 10%, 15%). IL-6 and EGF were analyzed using immunohistochemistry, while re-epithelialization was assessed using hematoxylin-eosin staining.Results: Clitoria ternatea L. extract increased IL-6 and EGF expression, with the highest expression at a 10% concentration. Re-epithelialization was faster in the treatment groups compared to both the positive and negative controls.Conclusion: The 10% Clitoria ternatea L. extract cream demonstrated efficacy comparable to povidone iodine in incision wound healing.