Claim Missing Document
Check
Articles

Found 59 Documents
Search
Journal : Bhumidevi : Journal Of Fashion Design

Istana Baso: Interesting Visual Of The Pagaruyung Palace Architecture Dalam Gaya Busana Feminine Dewi, Made Citra; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Ruspawati, Ida Ayu Wimba
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 1 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i1.3560

Abstract

Istana Pagaruyung merupakan salah satu ikon budaya Indonesia yang memiliki signifikansi sejarah dan arsitektural yang tinggi. Jurnal ini bertujuan untuk menyajikan analisis historis dan arsitektural yang mendalam tentang Istana Pagaruyung sebagai representasi keagungan dan kekuatan Kerajaan Minangkabau di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan melibatkan studi literatur, pengamatan lapangan, dan analisis visual. Melalui analisis arsitektural, jurnal ini mendalami struktur bangunan Istana Pagaruyung, termasuk penggunaan material, teknik konstruksi, dan karakteristik arsitektur vernakular yang terdapat di dalamnya. Selain itu, aspek artistik dan simbolis dari ornamen dan dekorasi Istana Pagaruyung juga dieksplorasi secara mendalam. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan nilai arsitektural Istana Pagaruyung. Selain itu, jurnal ini memberikan wawasan tentang kekayaan budaya Minangkabau dan kontribusinya terhadap warisan arsitektural Indonesia. Studi ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pemeliharaan, restorasi, dan pengembangan budaya Istana Pagaruyung serta mendorong kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya bagi generasi sekarang dan masa depan.
Perjuangan Cinta Di Jembatan Titi Banda Dalam Busana Gaya Glamour Dan Elegant Ni Kadek Pradnyawati; Priatmaka, I Gusti Bagus; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 1 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i1.3565

Abstract

Patung Titi Banda merupakan patung ikon baru bagi kota Denpasar, patung ini menceritakan Rama bersama dengan para kera yang akan menyelamatkan istrinya yaitu Dewi Sita. Karya ini termasuk ke dalam seni rupa, seni patung merupakan salah satu cabang seni rupa yang menghasilkan karya seni berwujud tiga dimensional. Proses perwujudannya memerlukan beberapa tahap yang sangat penting agar karya patung tersebut bisa hadir dengan wujud serta performa yang indah dan menarik. Proses tersebut diawali dengan munculnya gagasan/ide hingga sentuhan akhir untuk kepentingan kualitas karya. Penciptaan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture ini, dibuat untuk mewujudkan busana yang glamour dan elegant, dengan Patung Titi Banda sebagai ide pemantik, diimplementasikan dengan teori analogi dan kata kunci yang terpilih yaitu hitam putih/poleng, lautan, segitiga, panah, emas, bulu, batu. Metode penciptaan yang digunakan yaitu terdiri dari sepuluh tahapan penciptaan “Frangipani” meliputi : menemukan ide pemantik berdasarkan identitas budaya; melakukan riset dan sumber seni fashion; analisa estetika elemen seni fesyen; narasi ide ke dalam desain; memberikan “jiwa” atau taksu; interpretasi keunikan seni fashion; promosi koleksi final; afirmasi merek; mengarahkan produksi seni fashion; dan memperkenalkan bisnis seni fashion.
Rong Ratri: Patung Komposisi Makhluk Mitologi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana Berkolaborasi Dengan Tudisign Febrianti, Ni Luh Nila; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; I Wayan Karja
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 1 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i1.3566

Abstract

Karya patung I Nyoman Tjokot yang berjudul “Komposisi Makhluk Mitologi” merupakan patung konfigurasi imajinatif tentang makhluk – makhluk dari dunia mistis. Bentuk – bentuknya cenderung mengarah pada idiom visual yang bersifat demonis dengan ekspresi yang menakutkan. Sosok – sosok totem dalam tekstur kasar, saling bertumpuk dengan bentuk dan gerak tubuh yang bebas. Rongga-rongga selain memberi batas bentuk juga menjadi aksentuasi suasana primitif. Dalam karya-karyanya, Nyoman Tjokot cenderung tidak mengukir dengan rumit, apalagi menghaluskan figur-figurnya. Patung Komposisi Makhluk Mitologi diwujudkan dalam bentuk analogi dalam sebuah karya dengan kata kunci yang terpilih. Metode penciptaan karya yang digunakan yaitu terdiri dari delapan tahapan penciptaan “Frangipani” Desain Fashion dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016 meliputi design brief, research and sourching, analizing art fashion, narrating art fashion, giving a soul, interpreting art fashion, promoting branding, affirmation branding, navigating art fashion, production business. Penciptaan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture ini diwujudkan dengan ide pemantik Patung Komposisi Makhluk Mitologi dengan style exotic dramatic. Diharapkan hasil penciptaan ini dapat memperkenalkan dan mengenang karya dari salah satu masterpiece ternama di Bali.
GELAP RUANG JIWA: TRADISI BONEKA NINI THOWONG PADA PENCIPTAAN KARYA BUSANA BERGAYA ANDROGINI Patrow, Corlyne Janselia Marcelly; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Sudharsana, Tjok Istri Ratna Cora
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i2.4406

Abstract

Kesenian Nini Thowong adalah seni tradisi masyarakat Dusun Grudo, Bantul yang dimainkan sejak tahun 1938. Tradisi Boneka Nini Thowong merupakan karya seni peninggalan Jawa kuno dengan unsur ritual yang tinggi dengan memasukan roh ke dalam media boneka. Dalam ritual tradisi ini, Nini Thowong biasanya diberikan beberapa pertanyaan, ia akan menjawab dengan mengangguk atau menggelengkan kepalanya, terkadang juga dengan gerakan tidak terkontrol diiringi dengan alunan gamelan, dolanan, dan juga mantra yang dibacakan oleh sang pawang boneka Nini Thowong. Pada dahulu kala sebenarnya Nini Thowong bukan sekedar permainan biasa, tetapi adalah upacara untuk memanggil hujan, pengobatan, pesugihan, atau juga mencari barang yang hilang. Dari waktu ke waktu seni tradisi ini menyedot perhatian berbagai pihak dan menjadikan tradisi ini beralih fungsi menjadi aset wisata mistik. Penciptaan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan couture ini diwujudkan ke dalam karya dengan ide pemantik Tradisi Boneka Nini Thowong dengan style androgini. Tradisi Boneka Nini Thowong diwujudkan dengan menggunakan gaya ungkap analogi. Metode penciptaan yang digunakan terdiri dari delapan tahapan penciptaan “Frangipani” Desain Fashion dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, pada tahun 2016 yaitu meliputi design brief, research and sourcing, analizing art fashion, narrating art fashion, production business. Diharapkan ide dari penciptaan busana ini dapat menambah refrensi kepustakaan tentang Tradisi Boneka Nini Thowong, juga diharapkan hasil busana ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat luas tentang keberadaan Tradisi Boneka Nini Thowong dengan keunikannya yang sudah mulai terancam punah.
NGARUWAT MARCAPADA: ANALOGI TRADISI APITAN SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN BUSANA MODEST BERKOLABORASI DENGAN LUH JAUM FASHION DESIGN AND TAILOR Amanda, Dea Anggun; Priatmaka, I Gusti Bagus; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i2.4408

Abstract

Asal muasal acara ritual sedekah bumi (tradisi Apitan) dilaksanakan oleh penduduk Desa Juwangi di awali dengan peristiwa tidak amannya orang-orang setelah bepergian ataupun pulang dari berbelanja karena selalu kehilangan barang bawaan, kemudian menimbulkan keresahan bagi masyarakat Desa Juwangi. Ki Margopati selaku sesepuh Desa Juwangi melakukan semedi memohon petunjuk, Ki Margopati dalam semedinya dijumpai oleh Nyai dan Kyai Danyang dan mendapat petuah, setiap selesai panen, masyarakat harus mengadakan sesaji. Masyarakat Desa Juwangi selalu menyelenggarakan upacara ritual Apitan sampai sekarang sebagai bentuk ucapan syukur atas panen dan terbebasnya dari gangguan keamanan. Dalam melakukan upacara ritual Apitan selalu disertakan pertunjukkan tayub, ancakan, menyebarkan uang logam dan sesaji upacara ritual Apitan. Oleh karena itu penulis ingin memperkenalkan tradisi Apitan kepada masyarakat luas melalui penciptaan busana modest dan dipadukan dengan edgy style. Penciptaan busana ini mempergunakan teori Frangipani, The Secret Steps of Art Fashion (Frangipani, Tahapan-Tahapan Rahasia dari Seni Fesyen) oleh Ratna Cora merupakan tahapan penciptaan busana. Penciptaan karya busana ready to wear busana pria, ready to wear deluxe busana wanita, dan semi couture busana wanita dengan gaya ungkap analogi. Hasil dari penciptaan karya busana ini diharapkan dapat memberikan manfaat pengetahuan dalam bidang fashion.
BEKTI AMERTHA : TRADISI NGALANGI DI DESA JEMPITU SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA BUSANA BERKOLABORASI DENGAN YUA SIGNATURE Suari, Luh Dian; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; I Wayan Sujana
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i2.4413

Abstract

Tradisi Ngalangi merupakan tradisi tahunan yang sudah dilakukan secara turun menurun semacam sedekah laut oleh masyarakat Jepitu sebagai ungkapan rasa syukur pada Tuhan atas anugerah yang diberikan dan memohon rejeki untuk masa datang. Anugerah yang dimaksud terutama adalah hasil tangkapan ikan yang jumlahnya lumayan banyak, hingga bisa mencukupi kebutuhan masyarakat setempat. Dari tradisi tersebut, dituangkan menjadi ide pemantik untuk mewujudkan desain busana ready to wear, ready to wear deluxe dan haute couture yang kemudian dikemas dengan konsep busana edgy romantic. Penerapan busana menggunakan 5 keyword dalam wujud metafora yaitu: laut, kemakmuran, cinta, jaring, dan sesaji dengan menggunakan metode penciptaan frangipani oleh Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana. Ide dari busana ini nantinya diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan mengenai Tradisi Ngalangi. Serta nantinya busana ini dapat memperkenalkan tradisi nusantara kepada masyarakat Indonesia sehingga tradisi nusantara Indonesia tetap lestari.
IRENG ING PURWA: ANALOGI TRADISI NYEPEG SAMPI SEBAGAI IDE PEMANTIK DALAM RANCANGAN BUSANA EDGY STYLE Rahayu, Ni Wayan Essya Putri; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Pradnya Paramita, Ni Putu Darmara
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 4 No. 2 (2024): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v4i2.4422

Abstract

Rancangan busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture dengan ide pemantik Tradisi Nyepeg Sampi menggunakan metodelogi Tjok Istri Ratna C.S. FRANGIPANI, The Secret Steps of Art Fashion (FRANGIPANI, Tahapan Rahasia dari Seni Mode). Filosofi, prosesi, sarana dan prasarana pelaksanaan tradisi nyepeg sampi akan dianalogikan kedalam bahasa fashion pada penciptaan karya busana edgy style. Tradisi nyepeg sampi merupakan serangkaian upacara usaba kaulu di Desa Adat Asak, Karangasem tradisi nyepeg sampi yang tergolong dalam Upacara Butha Yadnya. Pelaksanaan tradisi nyepeg sampi dilakukan dengan menjadikan sapi sebagai korban suci, dan ditebas oleh sekaa teruna. Tradisi nyepeg sampi dilaksanakan pada sasih kaulu yaitu bulan Januari atau Februari. Pelaksanaan tradisi nyepeg sampi pada saat Usaba Kaulu umumnya dilaksanakan sepenuhnya oleh Sekaa Teruna Deha, mulai dari persiapan sarana upacara, susunan acara, hingga pendanaan ditanggungjawabi sepenuhnya oleh Sekaa Teruna Deha Desa Adat Asak, khususnya sekaa teruna-nya. Tujuan pelaksanaan Tradisi nyepeg sampi yaitu agar tercapai kehidupan yang dianugrahi keseimbangan, kemakmuran, keselamatan, dan kebahagiaan lahir-batin bagi masyarakat Desa Asak.
Anunga Dharma Ing Loka: Metafora Wayang Lemah Dalam Busana Sexy Alluring Udayani, Ni Luh Putu Dian Paramita; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 5 No. 2 (2025): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v5i2.6039

Abstract

Tradisi wayang lemah (wayang gedog) merupakan pementasan wayang yang dilaksanakan hanya pada siang hari (lemah), awalnya pementasan ini dilaksanakan pada tahun 1980 dan dikembangkan hingga saat ini. Wayang lemah ini adalah salah satu wayang yang di sakralkan, ketiga wayang tersebut ialah wayang sudhamala, wayang lemah, dan wayang sapuh leger. Berbeda dengan pementasan wayang pada umumnya, pementasan wayang lemah ini tanpa layer atau kelir dan lampu belencong melainkan hanya menggunakan gedebong atau pelepah pisang, benang tukelan, kayu pohon dadap, dan keropak. Wayang lemah ini merupakan pementasan ngiring pedanda atau disebut juga dengan pementasan pengiring pedanda. Pementasan wayang lemah sampai sekarang kerap dipertunjukkan untuk memberi pelajaran dharma untuk masyarakat di Bali. Oleh karena itu penulis ingin menunjukan dan memperkenalkan tradisi wayang lemah ini dalam bentuk penciptaan busana dipadukan dengan gaya sexy alluring. Penciptaan karya busana ini menggunakan teori Frangipani: The Secret Steps of Art Fashion oleh Ratna Cora. Penciptaan busana Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, dan Semi Couture menggunakan gaya bahasa metafora. Penciptaan karya ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat mengenai adanya tradisi wayang lemah di Bali yang merupakan salah satu kekayaan budaya yang memiliki nilai kearifan lokal.
Pajaga Tari Nusantara : Metafora Menara Pinisi Dalam Gaya Busana Edgy Futuristic di UD Charisma Bali Dwipayana, I Kadek Krisna; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 5 No. 2 (2025): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v5i2.6044

Abstract

Menara Phinisi di Makassar adalah landmark ikonik yang terinspirasi dari perahu tradisional Bugis-Makassar, pinisi, yang melambangkan kejayaan pelayaran dan perdagangan maritim Indonesia. Sebagai simbol budaya, Menara Pinisi merepresentasikan semangat eksplorasi dan ketangguhan masyarakat pesisir. Konsep Pajaga Tasi Nusantara, yang berarti "Penjaga Laut," menggambarkan figur pelaut yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan alam dan keselamatan komunitas pesisir. Sosok ini memiliki pengetahuan mendalam tentang laut, cuaca, serta cara bertahan hidup di perairan luas, menjadikannya bagian penting dari tradisi maritim Nusantara.Terinspirasi dari filosofi ini, karya busana dikembangkan melalui konsep Frangipani yang terdiri dari sepuluh tahapan. Proses ini mencakup penelitian, analisis estetika, visualisasi, serta penciptaan desain dengan pendekatan kapitalis humanis. Setiap tahapan bertujuan menghadirkan koleksi yang tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga makna mendalam tentang budaya dan sejarah maritim.Koleksi yang dihasilkan terdiri dari tiga kategori utama: ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture. Setiap rancangan mengadopsi pendekatan metafora dengan gaya edgy, menghadirkan interpretasi modern dari semangat pelayaran dan keberanian para penjaga laut. Melalui eksplorasi desain yang inovatif, karya ini diharapkan menjadi bentuk penghormatan terhadap warisan budaya Bugis-Makassar sekaligus memperkenalkannya dalam dunia fashion kontemporer.