Claim Missing Document
Check
Articles

Dinamika Seni Patung Abiansemal Badung Utara Sebagai Obyek Wisata Buda, I Ketut; Radiawan, I Made
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Institut Seni Indonesia Denpasar Vol 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.846 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.217

Abstract

Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung yang memiliki beberapa sentra seni patung dan telah berkembang sejak lama. Ada tiga wilayah sentra seni patung yang sangat terkenal yaitu Jagapati, Angantaka, dan Sedang yang sering disebut dengan JAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dinamika seni patung JAS. terutama yang terjadi setelah bom Bali I dan II dan masuknya pasar bebas dalam era Globalisasi. Penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat, seniman, akademisi, dan pemerintah sebagai studi komparatif dalam penciptaan dan pembinaan karya lebih lanjut Penelitian ini menggunakan adalah metode kualitatif karena masalah yang dibahas lebih banyak berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat, terutama sikap pematung dalam menghadapi persaingan pemasaran yang sangat ketat. Hasil penelitian lebih bersifat deskripsi, narasi melalui kata-kata. Teknik pengumpulan datanya yaitu studi pustaka, observasi, dan wawancara dengan beberapa imforman seperti seniman, perajin, pencinta seni, budayawan dan yang lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, seni patung JAS mengalami keterpurukan yang sangat drastis, banyak pematung yang tidak bisa melanjutkan pekerjaannya karena pemasaran seni patung sangat lesu. Pematung banyak yang beralih propesi yaitu kembali sebagai petani, peternak, tukang bangunan, dan pelaku wisata, karena penghasilan mengerjakan seni patung sangat rendah dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Abiansemal is one of districts in Badung regency which has some art sculpture collection and they have developed since a long ago. There are three regions of art sculpture that are very famous such as Jagapati, Angantaka, and Sedang and they are often called with JAS. This study aimed at finding out deeply about the dynamics of JAS art sculpture especially after the tragedy of first and second of bomb Bali and the existence of free market in globalization era. This study will be beneficial to society, artist, academician, and government as comparative study in creating and developing the work next.The method of the study was qualitative method with problems that were discussed more in relation to social life of society, especially for carpenter’s attitude in facing the strict competition of technical marketing. The result of the study was description, narration through words. The process of data collection used literature review, observation, interview with informants such as artists and craftsmen, art lover, cultural observer, and so on. Nowadays, JAS art sculpture decrease drastically, most of carpenters cannot continue their works because of the technical marketing which is so listless. Most of carpenters change their profession become farmer, breeder, builder, and guide. That situation happens because their salaries as carpenters are low and not enough to fulfil their necessary in daily life.
Faktor Penggugah serta Variasi Karya Seni Rupa dan Desain di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali Ardana, I Gusti Ngurah; Adnyana, I Wayan; Sudirga, I Komang; Rai Remawa, A.A Gede; Mudra, I Wayan; Radiawan, I Made; Sudika Negara, I Nengah; Suparta, I Made
Prabangkara : Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol 23 No 1 (2019): Juni
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1619.841 KB)

Abstract

Paper ini difokuskan untuk menganalisis faktor penggugah dan variasi karya seni rupa serta desain di sembilan desa Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali. Analisis perlu dilakukan, agar berbagai institusi yang memiliki program pelestarian dan pelatihan serta pengembangan seni memeroleh informasi yang lengkap sebagai pedoman pelaksanaan kegiatannya. Data dianalisis berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dikumpulkan dari seluruh banjar yang berada di sembilan desa Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali, diverifikasi dengan referensi yang dianggap relevan. Hasil analisis ini menggambarkan, ada dua jenis faktor penggugah pembuatan karya seni rupa dan desain di sembilan desa yang berada di Kecamatan Susut Kabupaten Bangli Provinsi Bali yaitu: 1) dorongan internal yang bersumber dari bakat yang dimiliki, keinginan mengembangkan keterampilan lainnya, sebagai ekspresi diri dan untuk mendapatkan penghasilan tambahan; 2) dorongan eksternal berupa permintaan langsung dari masyarakat, kegiatan yang membutuhkan produk seni rupa dan desain serta berkembangnya pariwisata. Jenis produk seni rupa dan desain yang sudah dihasilkan, menggunakan variasi material seperti kayu, bambu, ijuk, kertas, benang, tali, lidi, kain, stereo form, emas dan perak, tembaga, besi, batu alam, beton maupun pasir melela.
Dinamika Seni Patung Abiansemal Badung Utara Sebagai Obyek Wisata I Ketut Buda; I Made Radiawan
Segara Widya : Jurnal Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Vol. 3 (2015): November
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.846 KB) | DOI: 10.31091/sw.v3i0.217

Abstract

Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung yang memiliki beberapa sentra seni patung dan telah berkembang sejak lama. Ada tiga wilayah sentra seni patung yang sangat terkenal yaitu Jagapati, Angantaka, dan Sedang yang sering disebut dengan JAS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam dinamika seni patung JAS. terutama yang terjadi setelah bom Bali I dan II dan masuknya pasar bebas dalam era Globalisasi. Penelitian ini akan bermanfaat bagi masyarakat, seniman, akademisi, dan pemerintah sebagai studi komparatif dalam penciptaan dan pembinaan karya lebih lanjut Penelitian ini menggunakan adalah metode kualitatif karena masalah yang dibahas lebih banyak berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat, terutama sikap pematung dalam menghadapi persaingan pemasaran yang sangat ketat. Hasil penelitian lebih bersifat deskripsi, narasi melalui kata-kata. Teknik pengumpulan datanya yaitu studi pustaka, observasi, dan wawancara dengan beberapa imforman seperti seniman, perajin, pencinta seni, budayawan dan yang lainnya. Dalam beberapa tahun terakhir ini, seni patung JAS mengalami keterpurukan yang sangat drastis, banyak pematung yang tidak bisa melanjutkan pekerjaannya karena pemasaran seni patung sangat lesu. Pematung banyak yang beralih propesi yaitu kembali sebagai petani, peternak, tukang bangunan, dan pelaku wisata, karena penghasilan mengerjakan seni patung sangat rendah dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Abiansemal is one of districts in Badung regency which has some art sculpture collection and they have developed since a long ago. There are three regions of art sculpture that are very famous such as Jagapati, Angantaka, and Sedang and they are often called with JAS. This study aimed at finding out deeply about the dynamics of JAS art sculpture especially after the tragedy of first and second of bomb Bali and the existence of free market in globalization era. This study will be beneficial to society, artist, academician, and government as comparative study in creating and developing the work next.The method of the study was qualitative method with problems that were discussed more in relation to social life of society, especially for carpenter’s attitude in facing the strict competition of technical marketing. The result of the study was description, narration through words. The process of data collection used literature review, observation, interview with informants such as artists and craftsmen, art lover, cultural observer, and so on. Nowadays, JAS art sculpture decrease drastically, most of carpenters cannot continue their works because of the technical marketing which is so listless. Most of carpenters change their profession become farmer, breeder, builder, and guide. That situation happens because their salaries as carpenters are low and not enough to fulfil their necessary in daily life.
Transformasi Digital pada Budaya Tradisi Menenun Endek Nyoman Dewi Pebryani; Tjok Istri Ratna C.S; Anak Agung Rai Remawa; I Made Radiawan
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 37 No 1 (2022): Februari
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v37i1.1886

Abstract

Endekis traditional textile produce in Bali using a single ikat weaving technique. In single ikat, the resist is formed by binding individual yarns or bundles of yarns with a tight wrapping applied in the desired pattern on one side of threads, either the warpor the weft. Specifically, for Endek, the weft is the threads to form the pattern. Producing patterns in Endekinvolves creativity and intricate calculation; therefore, not many people are able to master this expertise. Transforming the design process of Endekto a digital application provides easiness, as the user only needs to focus on creating the pattern design, while the digital application will calculate the number of threads and visualize the result. To understand the process of creating Endek, the researcher conducted research in the weaving place by interviewing and observing the weavers and pattern makers. The algorithm received from the fieldwork then is translated into programming language to create a digital application. This application is created with a simple user interface so that the user who is not familiar with technology still can practice the apps easily. This application contributes to the efficiency in production process where previously in the production process needs one to two days, while with this application, it can be shortened to one to two hours.
APPLICATION OF BALINESE ORNAMENT (KEKETUSAN KAKUL-KAKULAN) IN ENDEK WOVEN FABRIC WITH AIRBRUSH TECHNIQUE FOR EVENING DRESS I Made Radiawan; Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana; Ni Kadek Yuni Diantari
Journal of Aesthetics, Design, and Art Management Vol. 2 No. 1 (2022): Journal of Aesthetics, Design, and Art Management
Publisher : Yayasan Sinergi Widya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58982/jadam.v2i1.188

Abstract

Purpose : The use of endek fabrics in creating evening clothing can increase creativity so that it can produce innovative evening dress designs with curvaceous ornaments, besides that it can be a cultural heritage. Research methods : The stages in the process of creating evening dress designs consist of three main stages, namely the idea stage, the mindmap method stage, and the design process stage. Findings : The creation of evening dress takes modern tradition as the concept. The traditional concept can be seen from the application of traditional Balinese ornaments, namely keketusan kakul-kakulan as a motif on endek woven fabrics with the airbrush technique. While the modern concept can be seen in the silhouette of the evening dress which is designed not out of date, unique and fashionable, and comfortable to use. Implications : Evening dress with endek woven fabric with a kakul-kakulan motif is one of the innovative evening wear choices for women to be used on formal occasions and as a form of appreciation for Balinese cultural heritage and endek cloth weavers
Renteng Maharya Pertiwi: Metafora Sesaji Sate Renteng Dalam Busana Gaya Exotic Dramatic Sari, Ni Made Ayu Widya; Radiawan, I Made; Mayun KT, A.A Ngurah Anom
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i1.286

Abstract

Kebudayaan, agama dan tradisi memiliki peran penting di setiap daerah khususnya umat Hindu di Bali. Keyakinan umat Hindu sehari-hari diungkapkan melalui banten sebagai persembahan dalam menjalankan aktivitas ritual. Banten memiliki keanekaragaman bentuk dan fungsi seperti sate renteng yang memiliki karakteristik bentuk yang berbeda dari jenis sate lainnya. Adanya aktivitas merangkai daging babi dan ornamen yang terbentuk dari kulit babi menjadikannya ciri khas pada sate ini. Sate renteng memiliki arti bergelantungan atau ngelenteng. Selain itu, sate renteng merupakan simbol dari senjata nawa sanga serta bermakna keseimbangan dalam menjaga makrokosmos dan mikrokosmos. Sate renteng terwujud dari peperangan Dewi Durga melawan asura. Keunikan sate renteng ini menginspirasi saya menjadikan ide pemantik dalam penciptaan koleksi busana Renteng Maharya Pertiwi. Penciptaan karya tugas akhir ini berupa busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture dengan menggunakan metode Frangipani yaitu delapan tahapan penciptaan busana dari disertasi Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, serta beberapa teori yang mendukung dalam perencanaan desain busana. Teori tersebut meliputi: teori semiotika dengan gaya ungkap metafora, teori warna, teori estetika serta teori strategi pemasaran, merek, dan penjualan. Karya busana ini juga dipadupadankan dengan style exotic dramatic, look boho-chic dan trend svarga. Koleksi Renteng Maharya Pertiwi memiliki siluet H dan X. Hasil karya yang diciptakan tak lepas dari elemen dan prinsip desain yang membuat suatu koleksi dapat menjadi satu kesatuan, keselarasan dan keharmonisan dengan konsep. Koleksi yang diciptakan akan di branding dengan strategi pemasaran dari Business Model Canvas (BMC) Osterwalder dan Pigneur untuk mengembangkan dan meningkatkan mutu busana.
Gammara Lopi : Metafora Ritual Kapal Pinisi Dalam Karya Busana Exotic Dramatic Style Puspa Yeni, Ni Putu Ryani; Ratna Cora S., Tjok Istri; Radiawan, I Made
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i1.294

Abstract

“Gammara Lopi” adalah judul dalam karya busana Tugas Akhir bertemakan “Diversity of Indonesia” yang diwujudkan dalam busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture dengan mengadopsi exotic dramatic style. Karya busana Gammara Lopi terinspirasi dari ritual kapal Pinisi yang dilakukan selama proses pembuatan kapal Pinisi di daerah Bulukumba, Sulawesi Selatan. Karya busana Gammara Lopi diciptakan menggunakan delapan tahapan yaitu Design Brief, Research and Sourcing, Design Development, Prototypes, Final Collection, Promotion Branding and Marketing, Production, dan Business. Karya busana ini diciptakan dengan memetaforakan ide pemantik ritual kapal Pinisi yang dikaitkan dengan teori estetika dan teori semiotika yang diimplementasikan ke dalam unsur desain, prinsip desain dan elemen desain. Dalam karya busana Gammara Lopi diambil beberapa kata kunci yaitu serpihan kayu, lunas, annyorong lopi, lontara, darah dan pembakaran kemenyan. Busana ini menggunakan material berupa cotton oxford natural, tenun dobby, cotton printing, kulit sintetis, jacguard, cordurouy yang dipadukan dengan warna nude, coklat dan hitam. Pada proses pengerjaan karya busana Gammara Lopi meletakkan beberapa detail dengan menggunakan teknik macrame serta beberapa teknik fabric manipulation untuk mendukung penciptaan detail dalam karya busana Gammara Lopi.
Anyutirupa Of Ngelawang Barong Bangkal: Metafora Ngelawang Barong Bangkal Dalam Busana Edgy Style Trisnadewi, Anak Agung Sagung Istri; Ratna Cora S., Tjok Istri; Radiawan, I Made
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i1.295

Abstract

“Anyutirupa of ngelawang barong bangkal” adalah judul koleksi busana Tugas Akhir bertemakan Diversity of Indonesia yang terinspirasi dari tradisi ngelawang barong bangkal di Pura Hyang Api dengan memadukan style edgy dan gothic look. Koleksi ini merupakan jenis busana ready to wear, ready to wear deluxe dan semi couture. Penciptaan koleksi Anyutirupa of Ngelawang Barong Bangkal menggunakan delapan tahapan yang bertajuk “Frangipani”, Tahapan – tahapan Rahasia dari Seni Fashion Art. Ide pemantik ini diimplementasikan melalui gaya ungkap metafora yang akan diuraikan pada teori semiotika dan keyword berupa penolak bala, sakral, mistik, pelindung, rwa bhineda, dan kemenangan. Keyword tersebut kemudian diolah sedemikian rupa dan diaplikasikan pada koleksi busana dengan teori estetika mencakup prinsip desain dan elemen desain yang tampak dari desain busana, detail dan pemilihan bahan sehingga terbentuk nilai keindahan dalam koleksi busana ini. Adapun warna yang dipilih merupakan warna – warna yang berkaitan dengan konsep tradisi ngelawang barong bangkal yaitu hitam, putih, abu, dan gold. Melalui perpaduan material utama, yaitu faux fur, leather look, suede, tulle, poleng, woven scatola, dan cotton combed. Proses pengerjaan koleksi Tugas Akhir Anyutirupa of Ngelawang Barong Bangkal terdapat ukiran bali yang nantinya akan di prada menggunakan teknik lukis dengan kuas, pemasangan kaca cermin pada kulit serta teknik payet yang membentuk sesuai dengan desain. Selain itu terdapat teknik rumbai, drapery, dan manipulasi tekstil dibeberapa bagian – bagian pada busana.
Penolak Bala: Metafora Tradisi Mejaga-Jaga Dalam Busana Exotic Dramatic Indradewi, Dewa Ayu Diah Arie; Radiawan, I Made; Sukawati, Tjokorda Gde Abinanda
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i1.298

Abstract

Tradisi Mejaga-jaga di Desa Pakraman Besang Kawan Tohjiwa, Kelurahan Semarapura Kaja, Klungkung dilaksanakan pada Tilem Sasih Karo . Tradisi ini digelar tiap tahun dengan tujuan untuk menghidari terjadinya malapetaka bagi warga desa. Kegiatan tradisi ini dipusatkan di catus pata desa setempat. Tradisi ini menggunakan seekor banteng sebagai kurban suci yang di arak keliling desa dan di tebas untuk di cecerkan darahnya di jalanan, karena dipercaya sebagai penetralisir desa. Darah tersebut juga di yakini warga setempat sebagai obat berbagai macam penyakit sehingga warga berebut mengambil darah yang bercucuran untuk dilumuri di seluruh badan.Tradisi Mejaga-jaga menjadi inspirasi dalam penciptaan karya busana. Proses karya busana berdasarkan delapan tahapan penciptaan busana yang terdiri dari ; design brief, research and sourcing, design development; prototypes, sample and contruction, final collaction; promotion marketing, branding and sales, prodaction, dan the business. Koleksi busana tersebut juga diciptakan dengan pendekatan teori semiotika dan estetika. Berdasarkan analisis teori dari Charles Sander Peirce dan metode penciptaan busana yang terdiri dari busana ready to wear, ready to wear delux dan haute couture Tradisi Mejaga-jaga yang divisualisasikan dengan menggunakan motif yang berkaitan dengan tradisi tersebut.
SA’O RIA TENDA BEWA: PENCIPTAAN KARYA BERKONSEP RUMAH ADAT SUKU LIO-ENDE DENGAN KAIN TENUN DAN TEKNIK ECO PRINT Lori, Florentina Yuniati; Radiawan, I Made; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 2 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i2.729

Abstract

Pencemaran lingkungan karena limbah telah memberikan dampak buruk bagi bumi , yang akan berdampak pula bagi Kesehatan dan kenyamanan bersama. Misalnya saja lingkungan tempat tinggal menjadi tidak nyaman karena air tercemar oleh limbah pewarnaan garment, banyak ikan mati karena racun limbah tersebut, hingga lapisan ozon yang menipis akibat dari kegiatan produksi di pabrik.Maka dari itu, solusi untuk mengantisipasi masalah tersebut salah satunya yakni menerapkan sistem mode yang berkelanjutan. Disisi lain industri mode dunia bergerak cepat, berbagai kalangan dengan latar kebudayaan yang beragam berlomba mencuri perhatian penikmat mode dunia. Menyikapi kenyataan tersebut, sebuah ide penciptaan busana berkonsep kebudayaan mengangkat kearifan local merupakan salah satu pergerakan yang mempunyai nilai lebih, didukung dengan penggunaan bahan alami seperti tenuntradisional dan kain eco print . Simbol-simbol, sejarah, serta makna filosofi yang terkandung dalam rumah adat suku Lio-Ende direpresentasikan secara metafora, sehingga perwujudan busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture menjadi bentuk hasil karya yang autentik.Perwujudan karya ini dilakukan dengan metode penciptaan yang dituangkan dalam 8 tahapan desain frangipani, terdiri dari : (1) ide pemantik, (2) riset dan sumber, (3) pengembangan desain, (4) tahap sampel, (5) koleksi akhir, (6) tahapan promosi, (7) tahapan produksi, (8) bisnis.Dengan menggunakan beberapa tambahan teori seperti teori bentuk/wujud, teori kebudayaan, teori terkait strategi pemasaran, branding, dan penjualan, serta teori terkait produksi dan bisnis, koleksi busana “Sa’o Ria Tenda Bewa” dengan style exotic dramatic bercampur dengan etnik tercipta suatu karya yang autentik yang diharapkan dapat menambah warna dalam industry mode dunia.