This study aims to describe the collaboration between Guidance and Counseling (BK) teachers and subject teachers in facilitating the adjustment of children with special needs, particularly children with intellectual disabilities. The study used a descriptive qualitative approach, with data collection techniques including interviews and observations, and data analysis through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results indicate that children with intellectual disabilities experience various obstacles in the learning process, such as difficulty maintaining concentration, being easily distracted, and requiring intensive guidance. In writing skills, children are unable to write neatly and organized, characterized by inconsistent letterforms and slow writing. Children also show hesitation in answering questions and delays in understanding teacher instructions. From a social perspective, children with intellectual disabilities experience obstacles in communication and interaction, although they still show a desire to socialize and participate in activities with their peers. Collaboration between BK teachers and subject teachers is carried out through services such as praise, educational games, and decision-making guidance. This collaboration has been proven to help increase children's independence, self-confidence, self-acceptance, and involvement in learning and social activities at school. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kolaborasi antara guru Bimbingan dan Konseling (BK) dan guru mata pelajaran dalam memfasilitasi penyesuaian diri anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi, serta analisis data melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunagrahita mengalami berbagai hambatan dalam proses pembelajaran, seperti kesulitan mempertahankan konsentrasi, mudah terdistraksi, dan membutuhkan pendampingan intensif. Dalam keterampilan menulis, anak belum mampu menulis secara rapi dan terorganisasi, ditandai oleh bentuk huruf yang tidak konsisten dan proses menulis yang lambat. Anak juga menunjukkan keraguan dalam menjawab pertanyaan serta keterlambatan memahami instruksi guru. Dari aspek sosial, anak tunagrahita mengalami hambatan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, meskipun masih menunjukkan keinginan untuk bersosialisasi dan mengikuti kegiatan bersama teman sebaya. Kolaborasi antara guru BK dan guru mata pelajaran dilakukan melalui layanan berupa pemberian pujian, permainan edukatif, dan bimbingan pengambilan keputusan. Kolaborasi ini terbukti membantu meningkatkan kemandirian, kepercayaan diri, penerimaan diri, serta keterlibatan anak dalam kegiatan belajar dan sosial di sekolah.