Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Hubungan Perhatian Orang Tua dengan Prokrastinasi Akademik Peserta Didik Kelas XI Fase F SMAN 1 Akabiluru Melinda, Diana; Dianto, Mori; Adison, Joni
PEMA Vol. 5 No. 2 (2025)
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/pema.v5i2.925

Abstract

Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya peserta didik yang mengalami prokrastinasi yang terjadi pada kalangan peserta didik. Masih banyak peserta didik yang kesulitan dalam menyelesaikan tugas, sehingga diantaranya banyak yang mengalami keterlambatan dan gagal menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang seharusnya atau bisa disebut dengan prokrastinasi. Tujuan dari penelitian ini adalah 1). Gambaran perhatian orang tua di SMA 1 Akabiluru 2). Gambaran prokrastinasi siswa di SMA 1 Akabiluru 3). Hubungan perhatian orang tua dengan prokrastinasi akademik di SMA 1 Akabiluru. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa: 1) Gambaran ketercapaian perhatian orang tua di SMA 1 Akabiluru. 2) Gambaran ketercapaian prokrastinasi siswa di SMA 1 Akabiluru. 3) Hubungan perhatian orang tua dengan prokrastinasi akademik di SMA 1 Akabiluru dinyatakan efektif.
Workshop Regulasi Emosi Remaja di SMP N 2 Koto XI Tarusan Suryadi, Suryadi; Adison, Joni
PEMA Vol. 5 No. 3 (2025): In Process
Publisher : Perkumpulan Manajer Pendidikan Islam Indonesia (PERMAPENDIS) Prov. Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56832/pema.v5i3.1557

Abstract

Setiap manusia pernah merasakan sensasi emosi dalam kehidupannya. Perasaan itu adakala berupa ekspresi emosi positif dan negatif misalnya; tertawa, menangis, menari-nari, berlari-lari, mencubit, ndomblong, terbelalak matanya dan lain sebagainya. Semua itu sesuai dengan lingkungan kebudayaan masyarakatnya. Bahkan emosi yang kuat dan tidak terkendali dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan yang merusak. Misalnya emosi marah, orang yang sedang marah sekali maka dapat merusak barang apa yang ada di dekatnya, misalnya piring dibanting dilantai, gelas dipecah, meja digebrak dan sebagainya. Tetapi sebaliknya, dengan perasaanperasaan dan emosi luhur, terarah, dan terkendalikan dapat melahirkan karyakarya besar. Regulasi emosi merupakan proses individu dalam mengelola emosinya. Regulasi emosi adalah strategi yang dilalukan secara sadar dan di bawah alam sadar untuk meningkatkan dan mempertahankan,atau mengurangi satu atau lebih komponen dari respon emosi. Permasalahan yang muncul pada peserta didik di SMP N 2 Koto XI Tarusan ini adalah masih ada peserta didik yang menyindir temannya yang bermasalah, Peserta didik marah tanpa sebab yang pasti, Peserta didik yang menjauhi teman tanpa alasan yang masuk akal. Adanya peserta didik yang menghina temannya. Menyimpan dendam pada temannya, Adanya peserta didik yang mudah mengamuk, adanya peserta didik yang mudah tersinggung, adanya peserta didik yang tidak menyapa temannya yang bermasalah, adanya peserta didik yang langsung melampiaskan kemarahanya dengan teman yang bermasalah, adanya peserta didik yang membalas teman yang menghinanya dan adanya peserta didik yang marahnya meluap-luap.
KOLABORASI GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MEMFASILITASI PENYESUIAN DIRI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (STUDI KUALITATIF PADA PESERTA DIDIK DI SMAN 6 SOLOK SELATAN) Pransiska, Meta; Nita, Rahma Wira; Adison, Joni
SOCIAL : Jurnal Inovasi Pendidikan IPS Vol. 5 No. 3 (2025)
Publisher : Pusat Pengembangan Pendidikan dan Penelitian Indonesia (P4I)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51878/social.v5i3.6906

Abstract

This study aims to describe the collaboration between Guidance and Counseling (BK) teachers and subject teachers in facilitating the adjustment of children with special needs, particularly children with intellectual disabilities. The study used a descriptive qualitative approach, with data collection techniques including interviews and observations, and data analysis through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The results indicate that children with intellectual disabilities experience various obstacles in the learning process, such as difficulty maintaining concentration, being easily distracted, and requiring intensive guidance. In writing skills, children are unable to write neatly and organized, characterized by inconsistent letterforms and slow writing. Children also show hesitation in answering questions and delays in understanding teacher instructions. From a social perspective, children with intellectual disabilities experience obstacles in communication and interaction, although they still show a desire to socialize and participate in activities with their peers. Collaboration between BK teachers and subject teachers is carried out through services such as praise, educational games, and decision-making guidance. This collaboration has been proven to help increase children's independence, self-confidence, self-acceptance, and involvement in learning and social activities at school. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kolaborasi antara guru Bimbingan dan Konseling (BK) dan guru mata pelajaran dalam memfasilitasi penyesuaian diri anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi, serta analisis data melalui tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunagrahita mengalami berbagai hambatan dalam proses pembelajaran, seperti kesulitan mempertahankan konsentrasi, mudah terdistraksi, dan membutuhkan pendampingan intensif. Dalam keterampilan menulis, anak belum mampu menulis secara rapi dan terorganisasi, ditandai oleh bentuk huruf yang tidak konsisten dan proses menulis yang lambat. Anak juga menunjukkan keraguan dalam menjawab pertanyaan serta keterlambatan memahami instruksi guru. Dari aspek sosial, anak tunagrahita mengalami hambatan dalam berkomunikasi dan berinteraksi, meskipun masih menunjukkan keinginan untuk bersosialisasi dan mengikuti kegiatan bersama teman sebaya. Kolaborasi antara guru BK dan guru mata pelajaran dilakukan melalui layanan berupa pemberian pujian, permainan edukatif, dan bimbingan pengambilan keputusan. Kolaborasi ini terbukti membantu meningkatkan kemandirian, kepercayaan diri, penerimaan diri, serta keterlibatan anak dalam kegiatan belajar dan sosial di sekolah.
Kolaborasi Guru BK dan Guru Mata Pelajaran dalam Membangun Karakter Peserta Didik(Studi Kualitatif di SMPN 3 Lubuk Sikaping) Oktaria, Missi; Wira Nita, Rahma; Adison, Joni
Edukasiana: Jurnal Inovasi Pendidikan Vol. 4 No. 4 (2025)
Publisher : Papanda Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56916/ejip.v4i4.2299

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurang optimalnya kolaborasi antara guru bimbingan dan konseling (BK) dan guru mata pelajaran dalam membangun karakter peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kolaborasi antara guru BK dan guru mata pelajaran dalam membentuk karakter peserta didik, ditinjau dari: 1) bentuk kolaborasi, 2) tantangan, dan 3) efek dari kolaborasi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan data deskriptif. Informan kunci adalah guru BK (Bapak APD) dan guru mata pelajaran (Ibu FR), serta tiga informan tambahan yaitu wali kelas (Bapak WAG), wakil kesiswaan (Bapak RA), dan peserta didik (SR). Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan observasi, sedangkan analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi guru BK dan guru mata pelajaran terjalin melalui saling bertukar informasi tentang peserta didik, diskusi kasus, dan pembiasaan perilaku positif. Tantangan yang dihadapi meliputi perbedaan pandangan, kurangnya komunikasi, dan keterbatasan waktu. Namun, kolaborasi ini memberikan dampak positif dalam meningkatkan disiplin, kejujuran, dan tanggung jawab peserta didik. Kolaborasi juga berdampak pada peningkatan profesionalisme guru dan kualitas lingkungan belajar. Guru BK diharapkan menjalin komunikasi aktif dan menjadi penggerak kolaborasi. Guru mata pelajaran diharapkan proaktif berkoordinasi dan mengintegrasikan nilai karakter dalam pembelajaran. Pihak sekolah diharapkan mendukung dengan fasilitas dan pelatihan, serta peserta didik aktif dalam kegiatan pembentukan karakter.